Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar makanan berlebih? Makanan yang tidak layak secara tampilan, mendekati masa kadaluarsa, makanan yang berpotensi terbuang, dll. Ternyata, Indonesia adalah salah satu negara penghasil sampah makanan (food loss and waste) terbesar di dunia, selain Arab Saudi dan Amerika Serikat (The Economist Intelligence, 2017).
Berdasarkan kajian dari kementerian PPN/Bappenas (Badan Perancangan Pembangunan Nasional), sampah makanan yang terbuang pada tahun 2000-2019 di Indonesia mencapai 23-48 ton per tahun atau sekitar 115-184 kilogram per tahun. Padahal menurut Global Hunger Index 2021, tingkat kelaparan Indonesia menempati peringkat ketiga di Asia Tenggara. Skor yang diperoleh sebesar 18 poin yang termasuk dalam tingkat moderat.
Berangkat dari permasalahan tersebut food bank yang berlokasi di Semolo, Surabaya dan dikenal dengan Garda Pangan menjalankan prinsipnya untuk menyalurkan makanan berlebih kepada masyarakat prasejahtera.
Garda Pangan berdiri sejak tahun 2017 dan bergerak di bidang sosial, lingkungan dan penyelamatan makanan berlebih. Awalnya, kegiatan food rescue atau penyelamatan makanan berpotensi terbuang ini berasal dari pengalaman salah seorang founder, Dedhy Trunoyudho yang memiliki usaha katering pernikahan. Ia sering menghadapi masalah pembuangan makanan tiap minggunya.
Jika dilihat dari kacamata bisnis, membuang makanan adalah pilihan yang tepat karena cepat, murah dan praktis untuk dilaksanakan. Kebiasaan itu lalu diamati oleh istrinya, Indah Audivtia yang melihat pembuangan makanan sebagai hal yang menyedihkan dan mengganggu. Dari keresahan itu, mereka berupaya untuk melakukan sesuatu, yaitu mendonasikan makanan berlebih. Dalam kegiatan itu, mereka bekerjasama dengan bakery, restoran, hotel, organisasi, perusahaan, sekolah, dll. (gardapangan.org/tentang-kami/)
Dari Hotel yang bekerjasama dengan Garda Pangan yaitu The Westin Surabaya, Four Points by Sheraton Pakuwon, Grand Mercure Surabaya serta Sheraton & Four Points Tunjungan. Makanan yang diperoleh dari hotel berupa kue, roti, lauk dan sayur lalu dipanaskan di kantor milik Garda Pangan dan disortir kelayakannya sebelum dibagikan ke penerima. “Prosedurnya biasanya kami makanan-makanan itu dari hotel satu ke hotel lain nya, setelah itu ada proses reheat makanan sekaligus memastikan makanan-makanan itu layak untuk didistribusikan ke masyarakat pra sejahtera.
Prosedur pengambilan tiap hotel juga berbeda, karena tiap hotel punya peraturan sendiri.” ujar Kevin Gani, Koordinator lapangan kegiatan rescue dan relawan inti di Garda Pangan. “Biasanya kita ngadain dapur umum tiap hari minggu, karena donasi dari hotel diambil di hari Sabtu”, imbuhnya. Kevin telah menjadi relawan di Garda Pangan selama 4 tahun.