Mohon tunggu...
Me Here
Me Here Mohon Tunggu... -

im just me

Selanjutnya

Tutup

Politik

Akankah Jokowi Menjadi SBY Kedua?

22 September 2012   09:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:00 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

image : http://m.rimanews.com/read/20120718/69850/kehadiran-jokowi-bisa-bikin-sby-rontok Gegap gempita kemenangan jokowi atas pilkada Jakarta baru-baru ini tak ubahnya seperti gempita kemenangan SBY pada pemilu nasional delapan dan empat tahun lalu, yang dimenangkan secara dramatis oleh dia yang ‘terdzalimi’.

Kalau mau diflashback lebih jauh, metode pencitraan Jokowi di media pun tak kalah miripnya dengan metode SBY, metode orang yang teraniaya, metode ‘dia yang terdzalimi.’

Dulu SBY, menggunakan metode ini sehingga menyentuh perasaan bangsa Indonesia yang memang mudah merasa kasihan. Kini Jokowi sekali lagi berhasil membius warga Jakarta.

Apalagi kehadiran foke dengan dukungan beberapa dari mereka yang menggunakan unsur sara. Saya pikir, adalah hal yang sangat tolol secara politis, namun sangat lugu dan jujur ketika Roma Irama menyebarkan kampanye jangan pilih pasangan nomor urut tiga dikarenakan agama. Ya, lugu namun salah kaprah. Tidakkah mereka belajar pada megawati? Pada ariel yang dipuja selama masa penahanan sekalipun? Padahal backingan foke adalah partai-partai besar yang sudah lama berkecimpung di dunia politik. Meski faktanya, hasil quick qount pilkada hanya selisih satu digit persen.

Temperamen foke yang meluap-luap dan statusnya sebagai mahasiswa di luar negeri pun menjadi blunder seakan mengingatkan kita pada tokoh antagonis yang biasanya kaya dan educated namun jahat dalam drama Indonesia.

Sekarang, saya bukannya, seorang fanboy foke maupun jokowi. Apa yang saya tulis ini hanya berdasarkan ingatan saya pada blunder yang SBY lakukan atas politik pencitraannya. Saya tentu tidak berharap jokowi dan ahok pun demikian sehingga menyengsarakan warga Jakarta selama masa kepemimpinannya. Masalahnya adalah pada ekspektasi berlebihan yang disematkan pada Jokowi. Jangan berlebihan, jokowi belum tentu bisa menyelesaikan masalah ibukota seperti tukang sulap. Perubahan Jakarta ada pada warga Jakarta. Realistis saja. Realistis namun dengan semangat optimis untuk merubah Jakarta bersama-sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun