Mohon tunggu...
Ika Kristin Diana
Ika Kristin Diana Mohon Tunggu... -

Aku adalah Aku, Kamu adalah Kamu. Kita boleh beda, tapi kita tetap bersaudara. :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Inilah Permasalahan Ibukota

8 April 2014   12:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:55 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu Kota sebuah Negara adalah cermin segalanya. Masyarakat  berfikir kalau Jakarta adalah pusat segalanya, yang menjanjikan kemewahan, ketenaran, kegemerlapan, sehingga banyak orang dari Desa berduyun-duyun ke Jakarta. Padahal sebenarnya ibu kota adalah ibu kita. Apa hubungannya antara ibu kota dengan ibu kita? Semua orang punya ibu, ibu sebenarnya tempat kita mengadu, menumpahkan beban. Begitupula dengan ibu kota ini, ia telah menahan beban yang tak tertahankan. Tapi karena seorang ibu yang biasanya penuh akan kasih sayang, semua beban ditanggungnya, semua beban ditahannya, dan itulah ibu kota, beban apapun ada di Jakarta.

Dibalik gemerlapnya Jakarta ada hal-hal yang sebenarnya sangat memprihatinkan. Ada yang cantik, yang menarik, yang bersih, yang mewah, namun ada juga yang kumuh, yang kotor, yang bermukim di gubuk reot. Bahkan sampah masyarakatpun ada di ibu kota.

Ibu kita tidak akan pernah mengeluh menanggung beban anak-anaknya. Begitu juga ibu kota, tidak akan pernah mengeluh menanggung beban, menanggung sampah-sampah manusia, sampah-sampah peradapan. Tapi kita harus tahu diri, memperlakukan ibu kota selayaknya ibu kita. Harus kita sayangi, menyayangi ibu kota berarti kita harus disiplin, tidak boleh semena-mena.

Meskipun ada yang bilang, “Sekejam-kejamnya ibu kita, masih kejam dan sadis ibu kota.” Karena di sini orang hidup menjadi individualistis, loe… loe… gue.. gue… Dalam artian banyak orang yang datang dari Desa merasa tercampakkan, kecewa, stress berat, karena ternyata ibu kota tak seperti yang ia bayangkan. Harapannya ke kota adalah untuk mendapatkan citra bagus, kemewahan, dan segela gemerlap yang dipamerkan oleh saudaranya baik lewat TV, maupun waktu idul fitri saat saudaranya mudik, semua uang di bawa, semua pakaian di bawa, mobil dan kendaraan mewahnya di bawa. Sehingga dianggapnya ibu kota ini adalah surga. Padahal Jakarta ini juga neraka bagi banyak orang yang tidak mampu bersaing. Karena itu kita harus sadar, bahwa ibu kota tidak hanya milik Jakarta, tapi ibu kota adalah milik Indonesia. Kita harus beritahukan pada saudara kita bahwa di Jakarta tidak hanya ada surga, tapi banyak juga neraka, kalau orang yang masuk tidak siap dengan pengetahuan dan keterampilan untuk bersaing.

Oleh karena itu, mari kita memilih wakil rakyat yang peduli menjadikan Jakarta ini tidak hanya untuk orang Jakarta, tapi untuk seluruh warga Indonesia, bahkan dunia.

*Parni Hadi

Pengamat Masalah Ibukota

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun