"Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah." - Lao Tzu
Kutipan bijak dari Lao Tzu tersebut menggambarkan pentingnya dalam setiap langkah yang kita ambil dalam menjalani hidup. Dalam konteks perjalanan saya, langkah-langkah tersebut memberikan pengalaman yang berharga dan tidak terlupakan. Pengalaman untuk bisa menjelajahi keindahan dan kekayaan budaya Bali, pulau yang saya sebut sebagai rumah. Perjalanan ini bukan hanya sebatas kuliah lapangan atau hanya berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Akan tetapi, perjalanan ini merupakan batin yang mengajak saya untuk merenungkan akan identitas dan budaya saya sebagai Orang Bali.Â
Langkah awal perjalanan ini dimulai dengan semburat mentari pagi di ufuk timur. Terlihat awan mengiringi siulan burung merpati di atas atap kos. Sempat berpikir hari ini merupakan langkah spesial dalam menelusuri petualangan pada langkah yang sulit. Perjalanan yang membawa pada berbeda pada setiap mahasiswa yang ikut kuliah lapangan. Saya sebagai mahasiswa yang berasal dari Bali, tidak merasa ada perbedaan dalam menjalani perjalanan yang panjang ini. Sudah terbiasa melewati perjalanan jauh dari Yogyakarta-Bali dan begitu sebaliknya merasa ini merupakan kesempatan saya untuk bernostalgia dengan suasana dan panorama yang ada selama perjalanan. Langkah yang membawa saya untuk mensyukuri nikmat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang diberikan sebagai orang yang besar di Bali. Perjalanan dimulai dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada dengan menggunakan 2 bus yang sudah dipersiapkan berdiri dengan gagah di dekat fakultas.Â
Perjalanan dimulai dengan rasa yang sedikit pilu karena harus meninggalkan kampus tercinta untuk sementara waktu. Dalam rute yang dilalui, terlihat sinar mulai meredup dengan gemerlapnya malam yang dihiasi oleh bintang-bintang malam. Saya mulai menyadari ketika terbangun dari tidur ketika perjalanan selama di Bus hingga sampai di pelabuhan Ketapang. Terlihat sinar kecil yang bertebaran di atas air menghiasi dari setiap sudut. Tidak terasa saya sudah berada di atas kapal laut menuju perjalanan yang semakin dengan tujuan ke Bali. Perjalanan menggunakan kapal laut merupakan sensasi yang saya tunggu untuk menikmati desiran angin malam. Terlihat kapal laut saling menyapa dengan terompetnya memisahkan diri antar waktu untuk setiap arti dari perjalanan yang bermakna. Tidak terasa hingga waktu berlalu, kami tiba di Tanah dewata, pulau surga dengan sejuta cerita.
Perjalanan ini, kami awali dengan menyusuri jalan di tengah sejuknya angin semilir yang semakin pagi. Saya menyadari kami semakin erat dengan tujuan pertama kami di The Blooms Garden. Tidak menyangka saya bisa ikut bagian menikmati pagi dengan semburat senyum mentari menatap saya di taman. Saya sangat takjub akan bangunan seni tradisional yang dihiasi oleh aliran air, seperti air terjun yang fenomenal yang tiada henti mengalir memberikan semilir susana sendu. Saya terjun langsung melihat taman yang ada disana dengan hamparan semerbak bunga-bunga yang menghiasi setiap sudut yang memberikan makna disetiap cerita dengan penuh arti. Saya merasa bahwa ini merupakan awal bagi saya untuk memahami langkah dalam menjelajahi keasrian tanah surgawi di tengah pulau Bali. Saya sangat bersyukur atas karunia Tuhan yang tiada henti memberikan nikmat kepada kami dalam menikmati taman yang ada disini.
Tidak terasa perjalanan di taman yang kami rasakan hanya bisa cukup sebentar untuk menuju ke sebuah desa alami dengan ramahnya warga desa, yaitu Desa Batuan di Gianyar, Bali. Saya sungguh terlena dengan suasana sendu ketika melihat sawah yang terhampar luas menyelami jiwa dalam perasaan semilir mengisi kekosongan hati. Melihat bangunan yang ikonik dengan struktur bangunan Bali membuat rasa nostalgia pada tempat tinggal saya. Tidak terasa membuat jiwa saya bergetar untuk ingin kembali ke kampung halaman. Namun, dalam tugas yang penting ini, saya menunda rasa pekatnya rindu di dalam hati. Ketika mulai menyadari ini merupakan langkah yang berat untuk saya, maka langkah kecil untuk menunda kembali membuat saya memahami bahwa masih perlu dalam melewati setiap tantangan dalam hidup ini.Â
Sampai waktunya tiba, kami mulai mengunjungi Pura yang ada di desa ini, saya sangat kagum akan keindahan dari arsitektur yang ada disini. Melihat ini membuat saya terpikat untuk belajar lebih dalam terkait dengan arsitektur Bali. Selain itu, arsitektur yang ada di pura ini sangat ikonik dan mendalam karena sudah terbagun lama sejak zaman kerajaan. Kemudian, tidak terasa waktunya, kami menuju ke sanggar untuk menikmati dan sekaligus belajar Tari bali. Saya juga mengambil bagian dalam perjalanan ini yang terjun dalam suasana menggelora jiwa untuk menari Tari Bali. Saya tidak menyangka jika saya diundang untuk naik ke panggung untuk diajak menari Tari Bali. Sampai akhirnya sang guru penari terheran-heran dengan saya ketika diatas panggung karena sudah bisa menari Tari Bali. Saya menyadari ini karena sejak kecil sudah terbiasa menari tari Bali hingga ke beberapa tempat suci yang ada di seluruh Bali. Ini merupakan berkat dan juga jiwa yang bangkit dalam diri sebagai orang bali yang mencintai seni. Hingga tidak terasa malam sudah tiba membuat saya dan teman-teman harus kembali ke tempat persinggahan menetapkan hati dalam rasa yang lebih menyelami hati.
Di pagi yang semilir ini, saya mulai melanjutkan cerita perjalanan dengan sarapan pagi di Hotel Puri Nusa Indah. Ketika saya mulai menyadari bahwa hari ini merupakan kesempatan emas bagi saya bertemu dengan pemandu yang akan mengawal dalam perjalanan ke tiga destinasi wisata. Pertama, kami mengawali dengan pergi ke Pantai Kuta, perjalanan yang menuntun kami untuk memakai kendaraan lebih kecil untuk menyusuri lorong jalan. Ketika sampai di Pantai Kuta memberi angin segar akan panorama birunya laut, desiran angin, dan denyutnya gelombang laut yang menyayat hati. Membuat saya menyadari bahwa perjalanan ini merupakan langkah dalam menyusuri keindahan lanskap pantai yang duniawi. Hingga perjalanan kami berlanjut ke Pantai Melasti dengan ikon hewan unggas yang membuat saya terpukau pada hiasan-hiasan yang ada di pinggir jalan menuju pantai. Saya melihat ada pasangan yang berfoto ria dengan aksesoris menjuntai dalam sesi foto yang mengesankan dalam perayaan pernikahan yang dilakukan di jalan menuju pantai ini. Hal tersebut membuat saya memahami bahwa pantai ini menyimpan cerita cinta pada setiap pasangan yang hadir akan ternggelam pada arus gelombaang rasa cinta yang mendalam.Â
Kemudian, perjalanan ini membuat saya harus menyadari sedikitnya waktu untuk pergi ke destinasi lain yang tidak kalah memikat hati. kami bergegas untuk pergi ke Garuda Wisnu Kencana. Perjalanan ini memerlukan waktu yang tidak terlalu lama karena selama perjalanan kami disambut oleh sejuknya angin dan panorama yang memukau mata dengan hamparan laut di sekitar jalan Tol Bali Mandara yang menyenangkan hati. Saya melihat ini merupakan berkat sebagai orang Bali untuk bisa menikmatinya bersama dengan teman-teman dari berbagai latar belakang dalam pengalaman kuliah lapangan. Ketika kami sampai di Garuda Wisnu Kencana, saya mulai menyiapkan berbagai skema yang sudah saya persiapkan dalam menggunakan waktu selama perjalanan di sana. Dalam hal ini, saya mulai membaca setiap tanda dan papan informasi untuk memberikan saya pemahaman terkait dengan destinasi agar saya tidak terlena dalam keindahan yang penuh dengan cerita alami.