Mohon tunggu...
I Kadek Dwik Widiadnyana 13
I Kadek Dwik Widiadnyana 13 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hallo disini saya bernama i kadek dwik widiadnyana sekarang saya masih mengemban pendidikan di perguruan tinggi negri universitas pendidikan ganesha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjaga Wawasan Kebangsaan dengan Tradisi Megibung: Menguak Nilai-nilai Kebangsaan dalam Kegiatan Tradisional di Kampung Singaraja

28 Juni 2024   09:07 Diperbarui: 28 Juni 2024   09:48 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Made Wijaya Kusumab

Pulau dewata adalah sebutan untuk Bali sebagai pulau seribu pura yang kaya akan budaya dan tradisinya. Bali memiliki 8 kabupaten dan 1 kotamadya, salah satu diantaranya Kabupaten Buleleng dengan ibu kota Singaraja yang dalam kehidupan sehari-harinya selalu memegang teguh toleransi kehidupan sosial. Misalnya, komunitas agama yang berbeda berinteraksi dengan harmonis, mereka saling mengunjungi dan saling mengundang dalam berbagai acara, seperti pernikahan, syukuran, kematian. Kegiatan seperti ini akan membantu memperkuat hubungan sosial dan kerukunan antaragama. Partisipasi ini dalam upacara adat akan mendukung lahirnya modernisasi umat beragama. Hal ini menandakan meskipun mereka berbeda keyakinan, umat beragama akan selalu ikut dalam suatu kegiatan agama yang sedang melakukan upacara adat, hal ini menunjukkan rasa saling menghormati dan kemampuan untuk bersatu dalam kegiatan penting dalam kehidupan masyarakat.

Kampung Singaraja merupakan suatu daerah yang terkenal di Buleleng dengan kerukunan masyarakatnya yang sangat baik. Kerukunan umat beragama di Kampung Singaraja terlihat dari harmoni antarkomunitas yang berbeda keyakinan budaya dan adat istiadatnya. Meskipun masyarakat Kampung Singaraja menganut agama Hindu, masyarakat hidup berdampingan dengan minoritas agama lain, seperti Islam dan Kristen. Dalam kehidupan sosial, kerukunan umat beragama di Kampung Singaraja banyak dipengaruhi oleh adat istiadat. Peran adat istiadat sangat penting bagi pola hidup masyarakat di kampung Singaraja, seperti adat budaya masyarakat kota Singaraja yang senantiasa melibatkan komunitas dari agama satu dengan agama lain. Representasi keharmonisan di sudut kampung Singaraja dapat dilihat melalui Tradisi Megibung, bagaimana adat dan budaya menjadi satu pertemuan dan memperkuat ikatan sosial. Adat istiadat masyarakat Singaraja menciptakan nilai yang menghormati perbedaan dan mempromosikan kerukunan.

Kampung Singaraja merupakan suatu daerah yang terkenal di Buleleng dengan kerukunan masyarakatnya yang sangat baik. Kerukunan umat beragama di Kampung Singaraja terlihat  dari harmoni antarkomunitas yang berbeda keyakinan budaya dan adat istiadatnya. Meskipun masyarakat Kampung Singaraja menganut agama Hindu, masyarakat hidup berdampingan dengan minoritas agama lain, seperti Islam dan Kristen. Dalam kehidupan sosial, kerukunan umat beragama di Kampung Singaraja banyak dipengaruhi oleh adat istiadat. Peran adat istiadat sangat penting bagi pola hidup masyarakat di kampung Singaraja, seperti adat budaya masyarakat kota Singaraja yang senantiasa melibatkan komunitas dari agama satu dengan agama lain. Representasi keharmonisan di sudut kampung Singaraja dapat dilihat melalui Tradisi Megibung, bagaimana adat dan budaya menjadi satu pertemuan dan memperkuat ikatan sosial. Adat istiadat masyarakat Singaraja menciptakan nilai yang menghormati perbedaan dan mempromosikan kerukunan.

Dalam tradisi Megibung ini memiliki adat dan etika pada saat pelaksanaan tradisi yaitu sebagai berikut: 1. Ritual Cuci Tangan: Sebelum bergabung dalam perjamuan, peserta melakukan ritual cuci tangan sebagai simbol kesucian dan rasa hormat terhadap tradisi. 2. Makan dengan Tangan Kanan: Sesuai dengan adat Bali, peserta makan dengan tangan kanan, karena tangan kiri dianggap tidak suci. 3. Menikmati dengan Hening: Selama perjamuan, bicara dijaga serendah mungkin sebagai tanda penghormatan terhadap makanan dan rasa syukur atas kebersamaan. 4. Menyelesaikan Hidangan: Adat mengharuskan peserta untuk menyantap seluruh hidangan di piringnya, sebagai tanda terima kasih atas makanan dan untuk menghindari pemborosan. 5. Menyisakan Makanan di Dulang: Sebagai simbol kelimpahan dan kemakmuran, sedikit makanan dibiarkan di dulang bersama.

Tradisi Megibung ini juga dilaksanakan saat Hari raya idul fitri di Kampung Singaraja yang dimana kegiatan bertujuan mejaga silahturahmi dan memumupk rasa toleransi antar umat beragama. Dalam pelaksanaan acara ini ikut dihadiri oleh Keluarga Puri Kanginan Singaraja, Puri Buleleng yakni Anak Agung Ngurah Parwata Panji. Seusai melaksanakan salat Idul Fitri warga akan berkumpul di masjid Nur Rahman Dajan Puri Buleleng, setelah itu akan dihidangkan makanan dan kemudian makan bersama.

Puri Kanginan mempunyai hubungan erat dengan Kampung Singaraja, semenjak zaman kerajaan Buleleng tahun 1600-an. Hubungan ini terus di jaga hingga kini dengan cara menyama braya. Seperti tradisi megibung ini, keadilan yang terdapat dalam tradisi megibung di Kampung Singaraja mengandung nilai keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia, yang mencakupi perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan, perwujudan keadilan sosial meliputi seluruh rakyat Indonesia, keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan kemusyawaratan dan kebijaksanaan di dalam masyarakat. Dalam tradisi megibung di Kampung Singaraja, warga mempercayai tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang mereka untuk memupuk rasa silaturahmi dan mempererat persaudaraan antar sesama tanpa membedakan status sosial. Semua makanan dan minuman dibuat oleh seluruh masyarakat setempat, dan tidak ada batasan jenis makanan atau jumlah yang dibuat. Tradisi megibung di Kampung Singaraja merupakan bagian dari proses pendidikan bagi masyarakat, dan harus dilestarikan oleh masyarakat dan pemerintah. Hal ini akan membantu generasi muda kita agar mencintai budaya leluhur dan mempererat persaudaraan antar sesama tanpa membedakan status sosial.

Tradisi megibung di Kampung Singaraja memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat setempat, antara lain: 1. Mempererat Tali Silaturahmi: Tradisi megibung memungkinkan masyarakat Kampung Singaraja untuk menjaga dan mempererat hubungan silaturahmi antar sesama tanpa memandang status sosial. 2. Membangun Persaudaraan: Melalui tradisi megibung, masyarakat dapat membangun persaudaraan yang kuat dan mendalam, yang merupakan nilai yang diwariskan secara turuntemurun dari leluhur mereka. 3. Menjaga Tradisi Leluhur: Tradisi megibung merupakan bagian dari warisan budaya dan adat yang harus dilestarikan, sehingga masyarakat dapat terus menghormati dan menjaga nilai-nilai yang telah diterima dari nenek moyang mereka. 4. Menciptakan Keharmonisan Antar Umat Beragama: Tradisi megibung di Kampung Singaraja juga menjadi wujud toleransi antar umat beragama, di mana umat Muslim dan Hindu dapat bersama-sama merayakan tradisi ini tanpa hambatan. 5. Pendidikan dan Pembelajaran: Tradisi megibung juga menjadi bagian dari proses pendidikan bagi masyarakat, di mana generasi muda dapat belajar tentang pentingnya menjaga tradisi, silaturahmi, dan persaudaraan.

Tradisi megibung yang ada di Kampung Singaraja, Buleleng. Sangat mengacu terhadap kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama di Kampung Singaraja. Melalui tradisi dan adat istiadat yang kuat ini, masyarakat Kampung Singaraja telah berhasil menciptakan lingkungan yang mendukung moderasi beragama. Pengintegrasian ajaran agama dengan nilai-nilai budaya dan tradisi lokal telah membantu menjaga harmoni dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari, sembari tetap mempertahankan identitas mereka sebagai kebudayaan dan adat istiadat masyarakat Kampung singaraja yang unik. Bali memiliki beragam kekayaan adat dan budaya yang begitu menarik untuk kita pelajari karena menarik dan penuh makna. Kita sebagai masyarakat Bali terutama generasi muda, sudah sepatutnya menjaga apa yang menjadi warisan leluhur kita.

Banyaknya nilai yang dapat dipetik dari tradisi megibung tersebut menjadikan tradisi ini sebagai salah satu tali pemersatu keharmonisan antar sesama. Tidak hanya sebagai sebuah tradisi makan bersama, melainkan juga sebagai simbol persaudaraan, kebersamaan, dan toleransi dalam masyarakat untuk mempererat hubungan yang harmonis. Oleh karena itu mari ikut serta menjaga dan melestarikan tradisi-tradisi dan budaya yang telah ada sejak dulu.

Oleh: I Kadek Dwik Widiadnyana, Program Studi Pendidikan Bahasa Bali, Universitas Pendidikan Ganesha

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun