Saat ini pendidikan modern membutuhkan pendekatan yang bisa mengintegrasikan nilai-nilai luhur dalam bentuk karakter positif dengan keterampilan praktis agar lebih relevan dengan perkembangan zaman. Filsafat idealisme dan realisme menyediakan fondasi bagi pengembangan pendidikan yang seimbang antara pembentukan karakter positif dan penguasaan kompetensi. Harmonisasi antara idealisme dan realisme dalam pendidikan merupakan konsep yang sangat penting untuk menciptakan sistem pendidikan yang seimbang dan memiliki kebermanfaatan. Fislsafat idealisme menekankan pada pengembangan potensi individu secara holistik, sementara filsafat realisme berfokus pada penerapan praktis dan relevansinya secara kontekstual. Kombinasi kedua filsafat ini dapat menghasilkan individu yang tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga memiliki nilai-nilai moral dan spiritual yang kuat sebagai pengembangan karakter positif.
Filsafat idealisme dan realisme merupakan dua aliran utama dalam epistemologi dan ontologi yang telah mempengaruhi pemikiran manusia sepanjang sejarah. Filsafat idealisme menekankan bahwa realitas pada dasarnya bersifat mental atau spiritual, sementara filsafat realisme berpendapat bahwa dunia eksternal ada secara independen dari persepsi seseorang. Perkembangan filsafat idealisme dan realisme dapat ditelusuri kembali ke zaman Yunani kuno. Idealisme Sokrates dan Plato menekankan dunia ide yang sempurna dan abadi, sementara realisme Aristoteles menekankan pentingnya dunia fisik dan empiris (Zerffi, 1877). Beberapa filsuf telah berupaya menyatukan idealisme dan realisme. Salah satu contohnya adalah teori realisme langsung, yang berpendapat bahwa persepsi kita terhadap dunia eksternal bersifat veridikal (sesuai dengan kenyataan). Pandangan ini dapat diharmonisasikan dengan idealisme Hegelian, yang menekankan bahwa realitas eksternal dan persepsi kita tentangnya saling terkait dan tidak sepenuhnya terpisah. Pendekatan ini menunjukkan bahwa hubungan antara subjek dan objek dalam pengalaman manusia lebih kompleks daripada sekadar oposisi antara idealisme dan realisme.
Filsafat idealisme dan realisme, meskipun sering dianggap bertentangan, sebenarnya menawarkan perspektif yang saling melengkapi mengenai sifat realitas dan pengetahuan. Idealisme menekankan peran kesadaran, pikiran, dan gagasan dalam membentuk realitas, sementara realisme berfokus pada keberadaan dunia eksternal yang independen dari persepsi manusia. Perbedaan esensi dari kedua filsafat ini, alih-alih menjadi penghalang, akan tetapi akan membuka peluang untuk dialog yang mendalam khususnya dalam pendidikan. Beberapa filsuf telah berhasil mengintegrasikan elemen-elemen dari kedua aliran ini, menciptakan pendekatan yang lebih holistik terhadap pemahaman dunia dan pengalaman manusia. Mereka menunjukkan bahwa realitas bukanlah sesuatu yang sepenuhnya terlepas dari pikiran, tetapi juga tidak sepenuhnya ditentukan oleh pikiran. Berdasarkan pandangan ini, realitas eksternal diakui keberadaannya, tetapi dipahami melalui struktur kesadaran yang memungkinkan kita memberi makna pada dunia. Integrasi ini membuka jalan bagi perspektif yang lebih seimbang. Idealisme memberikan landasan untuk memahami nilai-nilai, tujuan, dan makna yang melekat dalam pengalaman manusia, sedangkan realisme memastikan bahwa pandangan tersebut tetap terkait dengan kenyataan empiris. Hasilnya adalah pemahaman yang tidak hanya mencakup aspek material dari dunia, tetapi juga dimensi spiritual, moral, dan intelektual yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman manusia.
Filsafat idealisme dalam pendidikan bertujuan membentuk kepribadian yang utuh sekaligus menginspirasi individu untuk menjadi pencipta budaya karakter yang positif, peradaban, spiritualitas, dan masyarakat yang aktif. Pendekatan ini menekankan pentingnya pendidikan holistik yang mencakup aspek intelektual, moral, dan spiritual. Pendidikan idealis berupaya mengembangkan potensi penuh setiap individu dengan menghubungkan sifat personalnya dengan nilai-nilai moral dan karakter. Pendekatan ini juga berfokus pada integrasi nilai-nilai humanisme dan spiritualitas, menciptakan pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan tetapi juga membangun karakter, memberikan makna, dan memperkuat hubungan manusia dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri.
Filsafat realisme dalam pendidikan menekankan pentingnya pengalaman praktis dan pengamatan langsung sebagai metode pembelajaran yang efektif. Pendekatan ini berfokus pada kenyataan objektif yang dapat diakses melalui observasi dan analisis rasional, serta menitikberatkan pada tujuan pendidikan yang pragmatis, yaitu mempersiapkan individu menghadapi dunia nyata dengan pemahaman yang lebih mendalam. Guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang membimbing siswa untuk memahami realitas secara mendalam sekaligus mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Sehingga, pendidikan berdasarkan realisme tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan teoretis tetapi juga keterampilan praktis yang relevan untuk menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.
Penerapan harmonisasi idealisme dan realisme sebagai pilar dalam pengembangan Pendidikan modern, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
- Integrasi nilai dan fakta melalui kurikulum. Kurikulum yang efektif harus mampu mengintegrasikan pengetahuan faktual dengan nilai-nilai luhur yang dapat membimbing siswa dalam menghadapi tantangan kehidupan. Ini berarti bahwa selain menyampaikan materi akademik, seperti sains atau sejarah, pendidikan juga harus mencakup pemahaman tentang tanggung jawab moral dan sosial. Kurikulum Merdeka menerapkan prinsip integrasi pengetahuan faktual dengan nilai-nilai luhur sangat ditekankan untuk menciptakan siswa yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berkarakter. Kurikulum ini mendorong pembelajaran yang lebih fleksibel, berbasis pada pemahaman dan pengembangan kompetensi, serta memberi ruang bagi siswa untuk mengaitkan pengetahuan dengan realitas kehidupan sehari-hari.
- Pengembangan karakter dan keterampilan. Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual siswa, tetapi juga membentuk karakter dan keterampilan praktis yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata. Program pendidikan karakter, yang menekankan pada nilai-nilai seperti kejujuran, disiplin, empati, dan tanggung jawab, harus diimbangi dengan pengajaran keterampilan praktis yang relevan dengan dunia kerja.
- Pendidikan Kontekstual. Pendidikan kontekstual mengacu pada pendekatan yang menghubungkan konsep-konsep abstrak yang dipelajari di kelas dengan aplikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Melalui harmonisasi ini, pembelajaran menjadi lebih relevan dan mudah dipahami oleh siswa, karena mereka dapat melihat bagaimana materi yang diajarkan diterapkan dalam situasi nyata. Sebagai contoh, dalam pelajaran IPA terkait pemahaman siswa mengenai konsep bahaya zat aditif sintetis, maka siswa diajak untuk mengamati komposisi makanan kemasan yang berpengaruh terhadap Kesehatan jika berlebihan. Pendekatan ini menggabungkan aspek idealisme (pemahaman tentang konsep-konsep dasar) dengan realisme (pengaplikasian konsep tersebut dalam dunia nyata).
- Guru sebagai mediator. Integrasikan idealisme dan realisme dalam konteks pendidikan, peran guru sebagai mediator menjadi sangat penting. Guru tidak hanya berfungsi sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai fasilitator yang membantu siswa menghubungkan antara pengetahuan teoretis dan kenyataan praktis. Selain itu, guru juga harus menjadi teladan dalam penerapan nilai-nilai luhur yang diajarkan di kelas. Guru yang efektif adalah yang mampu membimbing siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan yang bijak, serta menjalani kehidupan dengan prinsip moral yang kuat.
Manfaat harmonisasi dari filsafat idealisme dan realisme bagi pendidikan modern adalah pembentukan generasi berkarakter dan kompeten. Siswa tidak hanya memiliki keterampilan teknis tetapi juga memiliki integritas moral yang tinggi. Keseimbangan Antara abstraksi dan praktik, pendidikan modern memastikan siswa mampu bermimpi besar dan tetap realistis dalam mencapai tujuan mereka. Kesiapan siswa dalam menghadapi tantangan global yaitu, siswa dibekali dengan keterampilan berpikir kritis, nilai-nilai etis, dan kompetensi praktis untuk menghadapi tantangan dunia modern.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa harmonisasi filsafat idealisme dan realisme menjadi pilar utama dalam menciptakan pendidikan modern yang lebih bermakna, terutama dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter dengan komptensi pengetahuan yang dimiliki siswa. Pendekatan ini tidak hanya mencerdaskan pikiran, tetapi juga membentuk jiwa dan keterampilan siswa, sehingga mereka dapat menjadi individu yang berguna bagi diri sendiri, masyarakat, dan dunia. Pendidikan yang seimbang antara idealisme dan realisme adalah kunci dalam menciptakan masa depan yang berkelanjutan dan bermakna.
Daftar Pustaka
Zerffi, G. G. (1877). The Historical Development of Idealism and Realism. Transactions of the Royal Historical Society, 5, 117-143.