Mohon tunggu...
Ika Ariyani
Ika Ariyani Mohon Tunggu... Jurnalis - Writer

Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Financial

Ruang Kerja Inklusif Sampai Mendorong Kesetaraan Gender: Nilai-nilai yang Diadopsi BRI dalam ESG

6 Desember 2023   17:39 Diperbarui: 6 Desember 2023   17:39 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pegawai Disabilitas BRI : Solopos

Hari ini isu-isu seperti perubahan iklim, polusi global bahkan ketimpangan gender telah menjadi isu yang umum diperbincangkan di semua kalangan. Kesadaran akan semakin panasnya bumi dan mendesaknya aksi afirmasi untuk kelompok rentan membuat masyarakat global harus berpikir bagaimana mengatasi hal ini.

Namun, pernahkah kita terpikir bagaimana jika terdapat standar yang bisa menjadikan perusahaan harus memenuhi prinsip-prinsip kesadaran lingkungan dan sosial? Perusahaan dan investor seringkali dikaitkan sebagai mesin kapitalis yang akan meraup untung sebanyak-banyaknya dengan modal sekecil-kecilnya tanpa peduli terhadap lingkungan apalagi isu sosial. Bagaimana jika dunia bisnis menerapkan prinsip pro kehidupan lestari dan kesetaraan? Dan lebih jauh, pernahkah kita membayangkan bagaimana jika perbankan menerapkan prinsip ini juga?

Mari kita berkenalan dengan ESG, sebuah prinsip yang disepakati secara global sebagai standar perusahaan dianggap akuntabel dengan pilar yang bersandar pada lingkungan, sosial dan tata kelola professional.

Environmental, Social, Governance (ESG) adalah sebuah konsep yang lahir dari kesadaran pemangku kepentingan akan investasi bertanggung jawab terhadap lingkungan dan kehidupan sosial. Konsep ini muncul sejak tahun 1960-an, pada waktu itu muncul gerakan-gerakan yang mendorong pembatasan emisi gas dari efek rumah kaca dan perubahan iklim. Kesadaran akan pentingnya investasi berkesadaran lingkungan dan sosial ini akhirnya mencapai ranah bisnis, dimana investor dan perusahaan harus menerapkan prinsip-prinsip ESG ini dalam menjalankan bisnisnya.

Melansir dari Kompas, perjalanan konsep ESG ini terus berlanjut hingga pada tahun 1995, Conference of the Parties (COP) yang merupakan konferensi kesadaran iklim global mulai diadakan dan dijalankan rutin setiap tahun. Hal ini dilanjutkan Pada 1997, disepakatilah Protokol Kyoto untuk mendorong pemerintah di seluruh dunia mengurangi emisi GRK guna memerangi pemanasan global. Dalam Protokol Kyoto, sebanyak 192 negara berjanji untuk menetapkan target untuk membatasi dan mengurangi emisi GRK yang mulai berlaku pada tahun 2005.

Pembicaraan mengenai kesadaran akan kelestarian lingkungan ini semakin mendesak ketika pada tahun 2010 terjadi tumpahan minyak terbesar dalam sejarah kelautan di teluk Meksiko. Peristiwa ini membangkitkan kesadaran global, karena tidak ada yang bisa dimintai pertanggung jawaban atas insiden tersebut. Dari hal ini, akhirnya berdirilah Sustainability Accounting Standards Board (SASB) pada 2011 untuk menyusun informasi keuangan secara berkelanjutan.

Pada tahun 2015, PBB menyepakati Sustainable Development Goals (SDGs) yang berisi 17 tujuan pembangunan berkelanjutan. Terakhir, Paris Agreement diratifikasi untuk membatasi kenaikan suhu global tak sampai 1,5 derajat celsius. Hal inilah yang pada akhirnya menjadi kerangka ESG sebagai standar perusahaan yang akuntabel dan terpercaya.

ESG sendiri sesuai namanya memiliki 3 pilar utama, yaitu lingkungan, sosial dan tata kelola perusahaan. Pilar lingkungan mengevaluasi cara perusahaan merawat lingkungan, termasuk langkah-langkah kebijakan yang diambil untuk menanggulangi pemanasan global dan perubahan iklim. Pilar sosial menilai bagaimana perusahaan mengelola interaksi dengan karyawan, pemasok, pelanggan, dan komunitas di sekitar perusahaan. Pilar tata kelola mengevaluasi tata kelola perusahaan, kepemimpinan perusahaan, tingkat gaji eksekutif, audit, kontrol internal, dan hak pemegang saham.

Perusahaan penting menerapkan prinsip ESG dalam bisnis mereka. ESG inilah yang menjadi panduan tentang bagaimana perusahaan mengelola dana yang mereka miliki agar berdampak jangka panjang dan menjadi kompensasi seimbang dengan apa yang sudah mereka dapatkan. ESG menjadi standar untuk mengukur akuntabilitas dan transparansi perusahaan agar masyarakat dan investor bisa menilai sejauh mana sebuah perusahaan bertanggung jawab.

Dalam dunia bisnis, perbankan menjadi salah satu lini vital yang mengambil peran besar dalam perekonomian makro. Sudah semestinya perbankan mengadopsi prinsip ESG ini karena mereka akan memiliki dampak substantif kepada dunia secara luas. BRI sebagai salah satu bank negeri dan bank terbesar di Indonesia memiliki track record positif akan hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun