Mohon tunggu...
Ika Akbarwati Oktavia
Ika Akbarwati Oktavia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahasa Gaul Bukan Syarat Eksis di Media Sosial

9 Juni 2022   12:10 Diperbarui: 9 Juni 2022   12:35 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan teknologi yang pesat memiliki pengaruh bagi semua aspek kehidupan di dalam masyarakat. Teknologi yang semakin berkembang mengakibatkan perubahan positif yang ditandai dengan semakin mudahnya berbagi informasi maupun berkomunikasi tanpa khawatir terhalang oleh jarak yang jauh. Jika dahulu orang-orang menjalin komunikasi dengan cara surat menyurat, maka dengan adanya kemajuan teknologi sebuah komunikasi terasa sangat mudah dan efektif, contohnya menggunakan e-mail atau pun chatting.

Penggunaan media sosial tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat karena hampir semua kegiatan masyarakat berkaitan dengan media sosial, terutama pada generasi milenial. 

Penggunaan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Tiktok, WhatssApp, Youtube, dan lain-lain telah menjadi kebutuhan bagi setiap orang. Hal ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku dan pola pikir pengguna sosial media karena tidak ada batasan dalam penggunaannya. Suatu interaksi di media sosial tentu tidak dapat dipisahkan dengan cara seseorang berbahasa. 

Pemakaian bahasa dalam media sosial sangat bervariasi, mulai dari bahasa daerah, bahasa asing, dan bahasa gaul. Generasi milenial sulit menerima bahasa Indonesia yang baik dan benar serta memahami kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara karena seringnya menggunakan bahasa gaul dan kata asing atau istilah baru. 

Hal ini menjadi perhatian para bahasawan, baik di Indonesia maupun negara-negara lain. Mereka berpendapat bahwa media sosial memberikan pengaruh yang kurang baik bagi perkembangan bahasa nasional masing-masing negara karena tidak merujuk pada penerapan tata bahasa yang baku. Ketidakmurnian penggunaan bahasa dalam media sosial dipengaruhi oleh budaya, bahasa daerah, serta kata serapan bahasa asing. 

Saat ini anak muda lebih suka menggunakan bahasa gaul karena akan terlihat lebih eksis di media sosial. Tak jarang juga anak muda menggabungkan dua bahasa dalam satu kata, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, contohnya jujurly yang berasal dari kata jujur dengan mendapat tambahan –ly yang artinya sejujurnya. 

Pada dasarnya, seluruh orang dituntut untuk menciptakan sesuatu yang baru supaya menarik seluruh orang termasuk pengguna media sosial. 

Namun, mengunggah sebuah konten yang menarik supaya terlihat eksis dengan menggunakan bahasa gaul adalah hal yang kurang baik. Selain itu, masih banyak contoh lainnya, seperti istilah mengsedih, yang bermakna bersedih, mengkaget, mengcapek, dan lain-lain sering digunakan di kalangan anak muda. 

Istilah ini tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan Indonesia. Dalam kebahasaan Indonesia, awalan meng- dapat melebur jika digabungkan dengan kata yang berawalan huruf /k, p, t, s/. Kata dasar kaget apabila dirangkai dengan imbuhan meng-...-kan, maka berubah menjadi mengagetkan. Begitu juga dengan kata dasar sedih, jika digabung dengan imbuhan meng-...-kan maka menjadi menyedihkan. 

Lalu, apakah bahasa yang digunakan dalam media sosial harus mengikuti bahasa gaul dan bukan bahasa baku yang baik dan benar? Jawabannya tentu tidak. Contohnya beberapa akun media sosial milik orang nomer satu di Indonesia menggunakan bahasa formal dan baku dalam menyampaikan pesannya. 

Hal ini merupakan sebuah tanda bahwa media sosial tidak harus menggunakan ragam media sosial. Unggahan yang demikian seharusnya dijadikan contoh oleh anak muda untuk berbahasa yang baik dan benar. Karena tidak ada kewajiban untuk menggunakan bahasa gaul dalam media sosial. Hal ini sangat penting sebab bahasa adalah lambang identitas nasional yang harus dijaga keasliannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun