Mohon tunggu...
Ika Kartika
Ika Kartika Mohon Tunggu... Lainnya - Communicating Life

pelayan masyarakat selama lebih dari 20 tahun and keep counting, belajar ilmu komunikasi sejak lahir.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Benar, Cuma Gen Z yang Tak Lagi Lirik Facebook?

7 Mei 2024   13:44 Diperbarui: 7 Mei 2024   14:12 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagai gen X saya merasa 'tersinggung', dengan hasil sebuah survey yang mengklaim isi Facebook sekarang didominasi ibu-ibu dan bapak-bapak usia 30-50 tahun. Sebagai yang hendak berusia 50 (lima puluh) tahun dalam beberapa tahun lagi,  sebagai informasi, saya  sudah lebih dari 2 (dua) tahun ini deactivated akun Facebook saya.

Pada masa jayanya di Tahun 2009 hingga 2015, saya lah salah seorang yang membawa virus Facebook ke lingkungan kerja. Sebagai seorang staf yang dinggap cukup mengikuti perkembangan teknologi, saat itu dalam sehari saya bisa dipanggil hingga ke 5 (lma) ruang kerja untuk membuatkan akun Facebook bapak ibu pejabat.

Belum lagi, dalam sehari saya bisa hingga 7 (tujuh) kali  'menjawab' pertanyaan Facebook  yang hits itu: "Whats on your mind". Saya yang gampang banget 'terbawa suasana', menganggap pertanyaan itu adalah kesempatan bagi saya untuk benar-benar membagikan apa yang saat itu sedang saya pikirkan.

Jika scroll up akun Facebook saya, betapa saya tak habis pikir jika pernyataan-pernyataan itu saya posting di era saat ini. Dengan kondisi netizen Facebook yang galak-galak dan pada 'kebanyakan waktu luang', maka pernyataan-pernyataan saya dalam kolom status itu sudah dapat dipastikan akan menjadi sasaran empuk hujatan.

Belum lagi jika dicapture, diedit, tambahin sound yang mendukung plus narasi ngawur, lalu diposting di Tiktok. Mungkin hidup saya tak akan tenang karena akan banyak teror bahkan akan dipolisikan atas pelanggaran UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Sekitar Tahun 2011 aktivitas mem-Facebook saya sudah sangat menurun, namun saya masih memantau, dan saya lihat begitu banyak hal yang sudah sangat tidak relevan. Bisa jadi karena di Facebook kita hanya bisa melihat aktivitas akun-akun yang kita follow, dan makin hari saya pikir sudah tak lagi ada manfaatnya.

Belum lagi hoaks dan sumpah serapah bertebaran seolah hidup di alam tanpa hukum. Ditambah konon katanya password Facebook lebih gampang di-hack. Data gampang bocor. Jangan lupa, Facebook banyak malware. Masih ingat kan akun kita yang tiba-tiba memposting konten porno padahal kita tidak pernah melakukannya?.

Di Awal 2020 mulai bermunculan orang-orang yang tampaknya memang niat banget cari-cari akun Facebook saya untuk dibedah isinya. Bahkan akun suami saya pun ikut-ikut dikejar. Untuk apa?, rupanya postingan-postingan lawas yang tentu saja sudah out of context jika diedarkan pada masa sekarang, dia jadikan bahan untuk keuntungan pribadinya. Syukur deh jika postingan itu masih dapat diambil untungnya ya, Mas-nya. Kami sih beneran percaya bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain

Bahkan saat sudah sama sekali tak tengok-tengok akun Facebook, dengan berbagai cara link-link alamat akun Facebook yang mereka pikir akan memancing reaksi saya, gencar dikirim melalui nomor Whatsapp saya.

Beruntung saya segera tersadar, bahwa media sosial terutama Facebook bukan tempat yang tepat untuk bertukar pikiran, mencari jawaban, mengasah jiwa, mengasuh logika, menajamkan analisa dan memelihara sikap kritis..bukan, sama sekali bukan.  Naif sekali selama ini saya yang menjadikan alasan-alasan tersebut saat menggunakan media sosial terutama Facebook dan aktif sebagai penggunanya.

Tak heran jika dalam hasil survey Digital 2024 yang dilakukan We Are Social, alasan utama seseorang menggunakan media sosial adalah sekedar mengisi waktu luang. Alasan ini meraup angka 58,9% dari total pengguna media sosial Indonesia usia 16-64 tahun. Sedangkan alasan saya yang di atas tadi ternyata hanya didukung oleh 28,9% saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun