Mohon tunggu...
Ika Kartika
Ika Kartika Mohon Tunggu... Lainnya - Communicating Life

pelayan masyarakat selama lebih dari 20 tahun and keep counting, belajar ilmu komunikasi sejak lahir.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Generasi Strawberry, Mental Health, dan Galaunya Orang Tua

27 Oktober 2023   09:17 Diperbarui: 27 Oktober 2023   10:08 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

GENERASI STRAWBERRY, MENTAL HEALTH, DAN GALAUNYA ORANG TUA

"Seorang mahasiswa UGM ditemukan tewas bunuh diri dari lantai 11 sebuah hotel di Jogjakarta", berseliweran judul berita dengan headline serupa sejak kemarin di berbagai platform media. Sebagai orang tua yang punya anak tengah menimba ilmu di Jogjakarta saya sontak mengelus dada sambil kencengin doa. Sungguh, hanya itu yang bisa saya lakukan karena seketat apapun kita melindungi anak kita apalagi yang sudah beranjak dewasa, tetap, hidayah itu hakNya. Itu saja yang saya pedomani.

Eh tapi ini ternyata bukan sekadar saya yang khawatir anak-anak terlibat pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, dan kenakalan-kenakalan mengarah ke kriminal lho. Ini soal mental health yang saya amati kok akhir-akhir ini marak dibicarakan. Adik kita Tegar, mahasiswa baru program ilmu komunikasi di universitas mentereng dambaan setiap generasi ternyata diketahui tengah dalam perawatan kesehatan mental. Dia yang penulis, hobi main skateboard, datang dari keluarga berkecukupan dengan lingkungan yang baik tak dinyana, tak urung jua mengalami masalah yang sungguh tidak pernah kita bayangkan ternyata sampai merenggut nyawa.

Hari Kesehatan Mental Sedunia atau Hari Kesehatan Jiwa Sedunia jadi ajang peringatan tahunan yang jatuh setiap 10 Oktober. Peringatan ini diciptakan dan diasosiasikan langsung oleh lembaga kesehatan dunia bernama World Federation of Mental Health (WFMH).
Dikutip dari WFMH Global, negara-negara berpenghasilan tinggi memiliki laporan bahwa lebih dari 75 persen penduduknya yang mengidap depresi tidak menerima perawatan yang memadai. Dengan angka yang sama pula, negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak memberikan pengobatan sama sekali kepada pengidap gangguan mental.

Hati saya meringis, Tegar, dengan segala kemampuan ekonominya, memilih untuk mengakhiri hidupnya alih-alih berupaya tegar menghadapi penyakitnya. Lalu bagaimana dengan anak-anak muda lain yang tidak punya akses ekonomi yang memadai?. Akan ada berapa banyak lagi Tegar yang mati sia-sia karena tidak mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa yang memadai?

"Gua anak umur 21, gak nyangka ternyata kuliah itu seburuk itu untuk mental health, semester 1 kemarin gua udah dihujanin materi sama tugas yang bener2 banyak, akibatnya waktu gua untuk healing sama self reward jadi kurang banget. Yang tadinya gua masih bisa nonton netflix sama chat-chat-an dengan bestie sekarang jadi susah banget. Gua kayaknya belum siap kuliah deh. Gua udah ngomong ke ortu kalau gua mau cuti dulu semester ini. Gua mau fokus healing selama 6 bulan dulu. Tapi ortu gua malah ga setuju, bahkan gua dibilang manja. Gua bingung mau gimana takutnya kalau paksain ipk ku malah tambah anjlok. Gua juga susah komunikasikan ini ke ortu karena mereka ga aware sama mentalhealth kaya gua. Gua mesti gimana....??? (dan diakhiri dengan emot menangis)".

Paragraf di atas merupakan cuitan twitter salah satu mahasiswa semester 2 (dua) yang sempat viral beredar akhir-akhir ini di beberapa platform media sosial seperti facebook dan instagram, yang akhirnya menimbulkan pembahasan bagi khalayak mengenai istilah yang dianggap baru tentang generasi muda sekarang ini (generasi di bawah millenial) yakni strawberry generation / generasi strawberry.

Istilah strawberry generation pada mulanya muncul dari negara Taiwan, istilah ini ditujukan pada sebagian generasi baru yang lunak seperti buah strawberry. Pemilihan buah strawberry untuk penyebutan generasi baru ini juga karena buah strawberry itu tampak indah dan eksotis, tetapi begitu dipijak atau ditekan ia akan mudah sekali hancur

Menurut Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya, strawberry generation adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. Definisi ini dapat kita lihat melalui laman-laman sosial media. Begitu banyak gagasan- gagasan kreatif yang dilahirkan oleh anak-anak muda, sekaligus pula juga tidak kalah banyak cuitan resah penggambaran suasana hati yang dirasakan oleh mereka.

Jenis overthinking yang dialami oleh kaum muda dengan usia sekitar 25 tahun disebut sebagai quarter life krisis. Quarter life krisis tidak dialami oleh para generasi tua jaman dahulu karena hidupnya memang pada umumnya sedang berjuang dan susah. Tetapi anak muda jaman sekarang mudah cemas ketika melihat temannya pada usia 25 tahun sudah menikah, punya anak, punya karir yang terlihat baik sudah punya mobil dan lain-lain. Kemudian sosial media sekarang ini menjadikan pencapaian-pencapaian itu mudah sekali dipublikasikan dan menjadikan kecemasan berlebih pada sebagian kaum muda lainnya yang belum dapat mencapainya.

Overthingking tersebut membuat anak muda sekali lagi dengan mudah mengatakan bahwa mereka butuh healing karena kepenatan-kepenatan akibat banjirnya informasi pada media sosial, yang tidak dapat mereka saring dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun