Suasana di sekolah lebih ramai dari biasanya. Mereka yang masih mau masuk kelas satu didampingi oleh orangtuanya. Bapak ibu guru tampak tersenyum ramah sambil berjabat tangan dengan orang tua anak didik yang akan didaftarkan.
Baiklah, kini saatnya anak-anak baru akan mengenal lingkungan sekolah mereka bersama wali kelas.
"Selamat pagi anak-anak." Ibu guru memberikan sapaan awal dengan suara yang terdengar bahagia.
"Selamat pagi ibu guru." Anak-anak menjawab dengan kompak.
"Selamat datang untuk anak-anak. Kita nanti akan belajar bersama-sama di sekolahan ini. Semoga anak-anak senang ya. Supaya lebih semangat belajarnya, ayo kita jalan-jalan dulu melihat-lihat tempat belajar kita."
Ibu guru mengajak anak-anak untuk melakukan orientasi lingkungan sekolah. Tempat mereka memiliki banyak ruangan menarik untuk dijadikan tempat anak-anak belajar. Diantaranya ada perpustakaan dengan rak-rak buku berbentuk pohon, ada juga yang membentuk lingkaran dan buku-bukunya sangat banyak.
Pada saat masuk ke perpustakaan ada yang duduk-duduk di bawah rak buku berbentuk lingkaran. Mereka asyik membuka-buka buku yang ada di sana.
"Halo. Perkenalkan nama aku Putra. Kamu siapa?"
Putra adalah salah satu murid baru di sekolahan tersebut. Ia anak yang sangat menyukai buku. Setiap hari orangtuanya membacakan buku. Baik itu mau tidur, ketika perjalanan di mobil atau bahkan saat pagi hari.
"Hai...aku Rio." (Dengan suara yang kurang lancar dan menggunakan bahasa isyarat)
"Maaf, aku tidak tau apa yang kamu ucapkan. Kenapa tangan kamu bergerak-gerak ketika berbicara?" Putra menjawab dengan nada pelan.
Melihat teman yang diajaknya berkenalan menjawab dengan suara yang belum bisa dipahami oleh Putra, tampaknya membuat ia sedikit ketakutan. Terlihat saat membalas percakapan kepada Rio.
Putra sejak sebelum masuk ke sekolah dasar sering bermain dengan teman-teman sebayanya di sekitar rumah. Ketika harus bertemu dengan teman baru pun ia juga tidak malu, tetapi kali ini ia sedikit kebingungan dengan respon yang diberikan oleh teman barunya itu.
"Anak-anak ayo kita lanjut ke ruangan berikutnya ya!" Bu guru berdiri di dekat pintu sambil mengisyaratkan anak-anak untuk berbaris rapi keluar kelas.
Sekarang anak-anak menuju ke taman. Putra duduk di salah satu kursi taman. Ia melirik tersembunyi ke arah temannya yang diajak kenalan tadi. Tampaknya Putra masih penasaran. Apalagi ia melihat ada benda yang menempel di telinga temannya itu sejak tadi.
Bu guru juga begitu, beliau ketika berbicara dengan Rio selalu menggerak-gerakkan tangannya.
"Baik anak-anak kita istirahat dulu jalan-jalannya. Masuk kelas sambil mendengar cerita yang asyik hari ini ya!"
Kegiatan orientasi lingkungan sekolah sudah selesai. Anak-anak menuju ruang kelas sambil berbincang-bincang dengan teman baru yang sudah mereka kenal. Eh, ada juga yang masih berjalan sendiri loh karena belum berani berkenalan langsung dengan temannya.
Saat masuk ruang kelas anak-anak diberi kesempatan oleh ibu guru memilih tempat duduknya sendiri-sendiri. Suara anak-anak berteriak sambil berlari berebut tempat duduk. Secara cepat Putra langsung meletakkan tasnya di kursi bagian paling depan.
Tepat sekali. Putra duduk berpasangan dengan Rio. Ia sangat bahagia bisa duduk bersamanya. Meskipun masih ada penasaran dan sedikit ketakutan ketika berbicara dengan Rio.
"Hai..." Putra menyapa Rio kembali sambil melambaikan tangan.
Rio tersenyum kepada Putra sambil memberikan sebuah gambaran yang sangat indah di selembar kertas.
"Wah, gambarnya sangat bagus. Ini seperti pohon yang aku lihat di taman tadi. Kamu yang menggambar?"
Betapa kagumnya Putra ketika melihat gambaran itu. Ketika bertanya kepada Rio, ia pun mengagukkan kepala sambil tersenyum. Sebagai tanda bahwa ia yang menggambar.
"Halo anak-anak. Tadi kita sudah jalan-jalan ya melihat lingkungan sekolah kita. Bu guru yakin pasti sudah ada beberapa yang tahu nama temannya. Sebelum ibu tanya nama teman-teman yang kalian ketahui, ada sesuatu yang harus bu guru sampaikan."
Wajah anak-anak saat bu guru menyampaikan hal tersebut ada yang tersenyum dengan teman-teman yang sudah ia kenal. Ada juga anak yang masih terdiam karena belum tau nama teman-temannya.
"Sebelum bu guru mempersilahkan anak-anak untuk menyebutkan nama kalian. Di sini kita punya teman yang berkebutuhan khusus. Ia memiliki hambatan di pendengaran dan berbicara. Jadi anak-anak kalau berbicara dengannya pelan-pelan ya Gerakan bibirnya. Supaya teman kita bisa tahu apa yang sedang kita bicarakan."
Ibu guru memberikan sedikit penjelasan kepada murid-muridnya sambil menggerak-gerakkan tangan. Anak-anak belum ada yang tahu dengan maksud gurunya tersebut.
"Selain bibirnya digerakkan pelan-pelan, anak-anak juga boleh mengisyaratkan dengan gerakan anggota tubuh ya. Seperti bu guru saat ini."
Anak-anak mulai memahami apa yang sedang disampaikan oleh ibu guru dengan memberikan respon menganggukan kepala.
"Teman kita yang berkebutuhan khusus diizinkan untuk duduk di depan ya anak-anak, supaya bisa lebih dekat melihat ibu guru ketika menjelaskan sesuatu."
Supaya tidak terjadi rasa berebut tempat duduk di depan, bu guru memberikan pemahaman kepada anak-anak.
"Anak-anak juga tidak perlu takut ya ketika mendengar teman kita berbicara. Bisa saja suaranya tidak sama dengan kita, karena seperti yang sudah ibu sampaikan tadi. Dan di bagian telinga teman kit aitu ada sebuah alat. Namanya Alat Bantu Dengar (ABD). Gunanya untuk membantu teman kita supaya bisa mendengarkan suara dari luar."
Anak-anak pun semua terpusat kepada Rio. Mereka tidak berbicara. Hanya terus memperhatikan alat yang digunakan ditelinganya. Setelah mendengar penjelasan bu guru kini anak-anak mulai mengetahui bahwa ada salah satu teman yang berbeda dan harus memperhatikan apa yang sudah diperintahkan ibu guru.
Rio pun tampak bahagia karena bisa mendengar apa yang disampaikan oleh gurunya. Ia juga bahagia karena teman-temannya bisa menerima Rio. Salah satunya adalah Putra. Ia berkenan untuk duduk bersama Rio.
 .........................................................................................................
Hari sudah menunjukkan pukul 10.30 WIB. Saatnya anak-anak kelas satu pulang ke rumah. Mereka banyak yang sudah disambut oleh orangtuanya di depan pagar sekolah. Satu persatu berjabat tangan kepada ibu guru untuk berpamitan.
Sesampainya di rumah, Putra melepaskan semua seragamnya dan ganti dengan baju biasa. Saat itu ada ibunya yang sedang duduk di dekat Putra sambil membaca koran.
"Ibu. Tadi aku di sekolah diajak jalan-jalan sama ibu guru. Terus disuruh masuk kelas dan aku duduk paling depan dengan temanku."
"Wah....asyik ya sepertinya. Ibu senang mendengarnya. Kalau boleh tahu, siapa nama teman yang duduk bersama Putra?"
"Namanya Rio bu. Kata bu guru dia anak berkebutuhan khusus. Dan ada alat di telinga yang membantu dia untuk mendengar. Awalnya Putra takut bu. Sewaktu aku mengajak dia berbicara suaranya berbeda."
Ibu Putra meletakkan korannya dan menyimak pembicaraan anaknya itu dengan senyuman. Beliau ingin memberikan contoh kepada anaknya ketika ada yang sedang berbicara maka harus didengarkan dan menatap orangnya.
"Putra tidak perlu takut ya. Pasti bu guru tadi sudah menjelaskan. Rio adalah teman Putra. Meskipun ada yang berbeda tetapi ibu yakin pasti Rio anaknya juga pintar."
"Benar bu, tadi Putra dikasih gambar ini oleh Rio. Bagus ya bu gambarannya."
Kini Putra memiliki teman yang istimewa di kelasnya. Putra menjadi teman baik Rio. Mereka saling membantu satu sama lain tanpa ada sesuatu yang menjadi pembatas mereka untuk berteman dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H