Mahasiswa KKN Reguler 83 Posko 2 UIN Walisongo Semarang mengadakan sosialisasi stunting di masjid Al-Hidayah Desa Bejalen. Kegiatan ini dilakukan usai pengajian rutinan, Kamis (14/11/2024).
Masalah stunting di Kabupaten Semarang masih menjadi sorotan. Data stunting di Kabupaten Semarang tahun 2024 tercatat 3,2 persen anak tergolong stunting dari 66.287 balita sasaran. Angka stunting mengalami sedikit penurunan dibanding tahun lalu yang masih 3,9 persen. Dengan begitu, sosialisasi stunting masing sangat perlu digerakkan.
Kegiatan tersebut dihadiri sekira 50 orang perempuan dengan menggandeng bidan desa Bejalen sebagai pemateri. Pemateri, Citra, menjelaskan apa itu stunting dan ASI. Pubertas terlambat merupakan salah satu ciri stunting pada anak.
"Ciri-ciri anak yang stunting yaitu tanda pubertas terlambat, performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar, pertumbuhan gigi terlambat, usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam tidak banyak melakukan eye contact, pertumbuhan melambat, serta wajah tampak lebih muda dari usianya", jelasnya.
"Balita-balita yang stunting ada pemberian makanan tambahan (PMT) yang diberikan setiap hari selama 3 bulan, itu cermin ke-1 nanti dipantau perkembangannya seperti apa. Kalau masih belum bisa mentas lanjut 3 bulan lagi cermin ke-2 sampai lulus", lanjutnya.
Selain masalah stunting, pemateri juga mengingatkan pentingnya pemberian ASI pada bayi. Pemberian ASI dilakukan sampai bayi berusia 2 tahun.
"Berikan ASI eksklusif pada bayi kita hingga usia 6 bulan tanpa tambahan makanan/minuman lainnya. Teruskan pemberian ASI sampai bayi berusia 2 tahun di samping pemberian makanan pendamping ASI", tuturnya.
Divisi Kesehatan Lingkungan Posko 2, Nur Saidah mengatakan angka stunting di Desa Bejalen tercatat 14 persen. Melalui ibu-ibu diharapkan bisa memperhatikan perkembangan anak.
"Angka stunting di desa Bejalen masih 14% jadi kita sasarkan pada ibu-ibu melalui pengajian ini. Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan bisa menjadi perhatian bersama terutama pada perkembangan jangan sampai terkena stunting", ujarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H