Mohon tunggu...
ikia maulidatin
ikia maulidatin Mohon Tunggu... -

you are handsome

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Lagi dan Lagi

25 Januari 2016   14:04 Diperbarui: 25 Januari 2016   14:07 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

~Setiap orang yang pernah hadir dalam hidup kita pasti akan pergi, mereka datang hanya untuk membuat kita merasa bahagia sementara waktu dan membuktikan bahwa kefanaan dunia itu nyata.~

Aku sudah terlalu biasa merasakan perasaan sedihnya ditinggalkan. Bukan ditinggalkan kekasih atau apa, tapi aku selalu ditinggalkan oleh sang inspiratorku. Mereka meninggalkanku bagaikan aku telah siap terjun dari duniaku saat ini dan mereka percaya aku pasti bisa. Namun aku, manusia lemah tak berdaya yang selalu membutuhkan mereka hanya diam termangu memandangi mereka pergi dengan air mata yang tanpa diperintahkan mengalir dengan sendirinya. Aku tahu mereka pergi dengan alasan menginginkan dunia yang lebih baik, dunia yang mereka senangi dan mungkin karena tuntutan keluarga. Namun aku masih terlalu egois untuk menerima itu, aku tahu dengan tanpa hadirnya mereka disampingku, akupun masih bisa berguru pada mereka tapi itu tak pernah cukup bagiku.

Aku adalah seorang murid lemah yang tidak ingin melanjutkan sekolah karena merindukan orang tuaku. Aku pergi jauh dari rumah untuk menuntut ilmu namun aku tidak kuat akan kerasnya dunia perantauan. Jauh dengan orang tua rasanya begitu nmenyakitkan. Namun, Tuhan memamg Maha Adil. Aku dipertemukan dengan seorang malikat tak bersaayap yang berhasil meyakinkanku bahwa aku harus bertahan demi mereka. Aku bertahan mencoba merangkak untuk meraih cita-citaku, aku percaya bahwa aku akan selalu kuat menjalani kerasnya belajar di perantauan asalkan malaikat ini selalu ada. Aku mulai mengukir prestasi dari kelebihan-kelebihan yang aku miliki.

Dia selalu menyapaku, menyemangatiku dan memotivasiku. Aku berusaha terus menerus untuk membahagiakan orang tuaku dan dia. Disaat aku sudah sampai pada titik yang indah dia pergi dengan begitu saja, tanpa aku tahu sebelumnya. Menangis, iya aku menangis kenapa harus dia yang menyuruhku bertahan malah pergi dan membiarkan aku yang memenangkan dunia yang kejamk ini. Kenapa kita tidak menang bersama-sama saja?

Lagi, disaat yang tak lama dari kesedihanku waktu itu. Satu orang lagi pergi dalam hidupku. Dia adalah seorang penyair dengan karya-karya yang sulit dilogika, bahasa yang tinggi serta arti yang menghujam hati. Aku mengenalnya di kelas, aku melontarkan puisinya saat dia melangkah disampingku, dari situlah dia mulai mengenalku. Dia mulia menyarankan apa-apa yang harus aku baca, mana yang memiliki bahasa yang bagus, mana yang baik untuk melatihku mengerti dan mulai menulis. Dia mulai meminjamiku sebuah buku yang aku sendiri butuh waktu sejam untuk membaca satu halaman.

Aku mulai belajar bagaimna dia menulis, aku tahu belajar bahasa adalah hal yang harus aku pelajari lebih awal. Namun lagi, dia pergi tanpa aku mengetahuinya. Aku tak pernah tahu bahwa berniat pergi. Aku baru saja bisa menulis satu kalimat namun dia telah pergi. Dan lagi air mata harus mengalir.

San lagi, aku ditinggalkan. Orang yang berhasil membuatku percaya bahwa sejarah itu indah, sejarah itu nyata dan kita tak harus melupakan itu semua. Orang ini mengajarkanku bagaimana membaca itu penting dan aku telah membuktikannya. Dengan dia mengajar di kelasku, aku mulai satu-persatu mengenali sosok-sosok terlupakan dalam sejarah. Aku menjadi menikmati sejarah-sejarah yang ada meskipunaku tahu banyak dari sejarah itu sangatlah kejam. Dia adalah sesosok luar biasa, mungkin dia sesosok yang menyebalkan bagi mereka yang tak mengenalnya. Tapi aku, aku selalu senang saat harus masuk ke kelas orang ini. Buku-bukunya sangatlah berbeda dengan penulis lain. Dia sangatlah baik untuk pergi dari tempat ini. Dan lagi, ini adalah karena hobi diaa harus pergi.

Bosan, aku sudah bosan ditinggalkan. Tapi, dengan mereka hadir aku jadi tahu bahwa fani itu nyata.

 

Tulisan ini aku persembahkan untuk:

Bu Vita (guru Bahasa Indonesia)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun