Mohon tunggu...
Ika NurFitriana
Ika NurFitriana Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa UIN MALANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anda Simpati atau Hanya Empati?

13 November 2022   21:53 Diperbarui: 13 November 2022   22:07 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia kedua setelah Tiongkok. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan volume sampah di Indonesia pada tahun 2022 naik mencapai 70 juta ton setelah 68,5 juta ton pada tahun 2021. Hal ini tentu menjadi perbincangan bagi banyak orang. "Wahh parah, ternyata yang berkembang tidak hanya orang-orangnya saja tetapi sampahnya pula ikut berkembang" begitu yang pernah saya dengar saat sedang jalan santai di sekitar desa saya. 

Masalah ini juga menjadi perdebatan dimana Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia yang sudah tidak asing lagi dengan lafadz "Kebersihan itu sebagian dari iman" namun jarang diimplementasikan. Justru kita kalah dengan negara non-muslim, Jepang misalnya. Bisa kita ketahui dari banyak berita bahwa Jepang termasuk  negara terbersih dan teraman di dunia. 

Namun bagaimana dengan Indonesia yang dimana-mana ada tulisan 'Buang sampah pada tempatnya'. Kenapa harus ada tulisan itu dimana-mana? Apakah masih banyak orang Indonesia yang belum bisa membaca? Bukankah pendidikan di Indonesia sudah mulai merata? Banyak yang menyalahkan pemerintah, tapi apa benar hanya pemerintah yang salah? Bukankah tong sampah sudah ada dimana-mana tapi sampahnya saja yang keluar kemana-mana?.

Inilah bebalnya orang Indonesia dimana tanggung jawab anak bangsa perlu dipertanyakan. Banyak yang merasa bahwa apa yang bukan miliknya bukan tanggung jawabnya. "Lah wong itu bukan punya saya" "Udah biarin nanti ada yang bersihin" "Buangin kan kamu yang terakhir makan" "Lah kan kamu juga ikut makan" Saya juga sering mendengar "Ih kotornya" tapi tidak mau membersihkannya. Kita itu banyak yang empati tapi hanya sedikit yang simpati dan berpartisipasi.

Definisi Emosi Prososial

Empati merupakan respon afektif yang membuat orang dapat memahami keadaan, perasaan, dan emosional orang lain. Seperti merasa kasihan melihat temannya sedih. Sedangkan simpati merupakan respon afektif yang berasal dari empati dan kognisi disertai aspirasi sebagai bentuk kepeduliannya. Empati dan simpati merupakan bagian dari perilaku prososial.

Perilaku prososial adalah kebalikan dari anti sosial. Perilaku prososial merupakan perilaku yang bertujuan untuk membantu orang lain dengan sukarela. Simpati dianggap sebagai respon yang berkaitan dengan keinginan individu untuk mengurangi penderitaan orang lain dan pemikiran itulah yang memotivasi individu untuk berperilaku prososial. 

Sehingga empati dapat menyebabkan simpati untuk memotivasi perilaku prososial. Semakin tinggi empati yang dimiliki, maka semakin tinggi pula perilaku prososialnya dan seiring bertambahnya usia, maka empati dan simpati akan meningkat. 

Perkembangan Emosi Prososial 

Tangisan bayi mencerminkan empati secara global, kemudian dari waktu ke waktu empati bayi beralih dari reaksi yang lebih terfokus pada diri sendiri menjadi lebih perhatian pada orang lain.

Pada akhir tahun pertama, bayi memasuki fase egosentris dimana bayi bepikir untuk mencari benteng diri yang akan melindunginya dari kesusahan. Namun karena bayi belum mampu untuk membedakan antara dirinya dengan orang lain, maka reaksi bayi terhadap kesusahan dirinya sendiri dengan orang lain itu sama. Seperti jika dia sedih dia akan menangis, pun ketika dia melihat orang lain menangis maka bayi juga ikut menangis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun