Mohon tunggu...
Ika Solikhah
Ika Solikhah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seorang pecinta alam,sedang belajar photography, dan pecinta buah & sayur....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tak Kenal Maka Tak Sayang

13 Januari 2015   23:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:13 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pepatah tak kenal maka tak sayang itu berlaku kepada siapapun,bahkan berlaku pada hubungan antara ibu & anak. aku yang dari kecil dibesarkan oleh simbah kakung & putri memang tidak dekat dengan simbok yang telah tinggal jauh dariku.aku di jawa,sedang simbok tinggal di pontianak bersama suaminya yang sekarang. entah karna jarak yang jauh atau simbok yang menjaga jarak dengan keluarga bapak sehingga simbok baru datang bersilaturahim ke keluarga bapak setelah 15tahun lamanya, itu pun karna kakak menikah. dan berselang 7 tahun kemudian, aku baru bisa bertemu dengan ibu lagi. di pertemuan pertama, terasa canggung sekali pertemuan itu. tidak ada rasa kangen yang menggunung apalagi tangis haru saat kami bertemu pertama kali, entahlah. saat masih di sekolah dasar, mungkin aku masih belum bisa mencerna bagaimana ibu meninggalkan aku & kakak dirumah simbah dari pihak bapak dan lebih memilih membawa adik kami. kami belum mengerti kenapa bapak & simbok berpisah waktu itu,hanya tahu bahwa keluarga sering datang kerumah dan memastikan kami baik-baik saja. baru ketika menginjak SMP, aku merasakan kesepian tanpa orangtua.sering menangis sendirian dikamar, menanyakan kenapa ibu tidak ada disisi kami, dan bahkan pernah mencoba mengakhiri hidup karna tekanan batin yang teramat tak bisa ditahan saat itu. apakah karna aku terlalu sering menangis dan rindu itu telah habis setelah berpuluh tahun lamanya penantian itu tak pernah berujung? durhaka kah aku?

kadang aku tak tahu kenapa ikatan batin ini seolah hilang tanpa jejak. dan ketika aku mencoba untuk menyambungnya lagi, terasa begitu sulit. pertemuan kedua kemarin, masih terasa asing saja. tak ada tangisan,apalagi pelukan seperti yang aku harapkan?Ya Tuhan,aku hanya menangis dalam hati. kenapa simbok ga pengen meluk aku? seorang teman bilang kenapa bukan aku yang memulai pelukan itu? ya,kenapa bukan aku? entahlah, aku merasa sungkan untuk memeluknya.merasa seolah lancang jika aku memeluknya terlebih dahulu. aku berharap dapat banyak penjelasan ketika pertemuan kedua kami. tapi, kami hanya terdiam membisu meskipun kami duduk berdampingan.dan itu terjadi selama beberapa hari kunjungan aku kerumah simbok. duh Gusti,sebenarnya hubunga apakah ini? dan apakah masih sebesar itu rasa benci simbok terhadap bapak?sehingga kami masih harus menanggung dampaknya?

perpisahan antara bapak&simbok memang tidak berakhir secara baik2, namun dari sudut pandang seorang anak aku menilai bahwa keputusan itu adalah keputusan orang yang telah dewasa.yang mengerti baik&buruk akan keputusan yang mereka ambil.termasuk keputusan simbok untuk meninggalkan kami, kami ga menganggap bapak&simbok jahat karna mengesampingkan ego mereka dibanding keberadaan anak mereka itu. apakah harus aku katakan bahwa harusnya permusuhan ini harusnya berakhir saja demi kebaikan anak-anak kalian?simbok tak perlu memusuhi bapak sebesar ini, karna bapak juga sudah mengaku salah dan minta maaf.sebagai korban dari permusuhan kalian,kami sebagai anak merasa tersingkirkan.

simbok, aku hanya ingin mendapat sebuah pelukan hangat layaknya anak lain di dunia. tapi pelukan itu seolah begitu susahnya aku dapatkan, dengan bentang jarak yang jauh dihati kita.buka jarak tempat,tapi hati kita seolah memberi jarak yg teramat lebar untuk berdamai. apakah akan seperti ini terus hubungan kita?menjadi asing satu sama lain?aku ingin mengenalmu lebih dekat,simbok.agar rasa sayangku tumbuh kembali, dan buih2 rindu itu muncul lagi dihatiku. simbok, aku sayang simbok.

"tak kenal maka tak sayang"

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun