Memeluk bayangmu dalam tidurku adalah kesenangan dan ketenangan sendiri untukku, walaupun tak ada ku dalam hadirmu....
Hmmm membayangkan, mengingat ataupun berharap adalah kesenangan sendiri bagi para pelakunya, walaupun hanya sekedar kesemuan dan kefanaan tapi masih mempunyai kenikmatan dalam melakoninya. Apalagi saat yang dibayangkan adalah sesuatu yang sangat diinginkan atau diharapkan itu akan ada ataupun terwujud. Walaupun secara fisik dan wujud mungkin yang diharapkan itu masih jauh dari pelupuk mata.
So, biarkan aku tetap berkelana liar dalam bayangan-bayangan yang entah kapan itu akan benar-benar bisa aku dapatkan.
Membayangkan memang adalah pekerjaan yang bisa dibilang mudah, hanya perlu terdiam beberapa menit bahkan lebih dan menerawang melampaui waktu menuju kemasa depan, membuat suatu skenario sendiri yang indah, menciptakan dunia yang hanya kita dan Tuhan yang tahu. Tak ada yang akan mengganggu, tak perlu orang lain ikut campur.. bahkan Tuhanpun tak perlu mencampuri tentang bayangan-bayangan kita saat itu. Untuk tak seberapa lama kita menikmati dunia yang mungkin berbanding terbalik dengan keadaan yang ada sekarang ini.
Tapi itu adalah suatu kesenangan dan ada kenikmatan sendiri olehnya. Walaupun hanya sekedar impian dinegeri antah berantah, namun serasa tak ingin berhenti ataupun terbangun dari mimpi saat itu.
Walaupun mungkin akan banyak yang mengajukan argumen-argumen kontroversi, antara hitam dan putih yang sebenarnya sama namun hanya keegoisan dan kebutaan saja yang membuatnya berbeda. Mereka akan berkata “tapi itukan hanya mimpi..”, “wooyyy.. bukan saatnya kamu Cuma bermimpi, bangun!! dan lihat seperti apa dirimu yang sebenarnya” atau “jangan terlalu banyak bermimpi, Just do it in real action!!!”
Pernyataan-pernyataan itu memang benar, tak ada yang salah dengan itu. Karena “hitam bisa menjadi putih dan putih bisa jadi hitam”. Tapi apa salahnya dengan bermimpi atau membayangkan? Bukankah semua keberhasilan juga dimulai dari mimpi. Ataukah keduanya berbeda?, hmmm... Entahlah aku tidak mau memikirkan itu dan aku tidak perduli.
Biarkan saja mereka yang berintelektual, berwawasan yang mempunyai ilmu-ilmu itu saling bergulat dengan opsi-opsi pendapat mereka sendiri. Dan aku tidak perduli dengan itu. Dan yang kulakukan adalah masih tetap disana, berdiam diri dan membayangkan dunia yang kucipta sendiri dalam pikiranku.
Memang terlihat egois, memang seperti mementingkan kehendak sendiri, tapi mau bagaimana lagi?? aku menyukainya. Dan bukankah pada hakikatnya manusia itu melakukan sesuatu yang dia sukai. Jadi biarkanlah aku bersenang-senang dengan apa yang aku sukai.
Asalkan aku tidak mengganggu hidup siapapun, aku tidak melanggar norma agama, aku juga tidak menghancurkan ukhuwah islamiyah bukan??? .. karena aku masih tetap disana, membayangkan mu dalam setiap detik didiam ini.
Tiba-tiba ada teriakan disisi yang lainnya “Hai.. tapi itu tidak baik, bukankah agama melarang untuk membayangkan yang terlalu jauh?, lebih baik kita lakukan apa yang ada dihadapan kita saja..”.
Mungkin yang aku lakukan hanyalah sejenak melihatnya , tanpa membantah sedikitpun. Dan akan muncul pertanyaan baru dalam otakku “kenapa dilarang?”.
Dan jawaban yang diberikan dengan berbagai macam dalil terus dilontarkan, sehingga membuat kesimpulan dia benar dan aku salah.
Tapi kamu tahu apa yang aku lakukan? Aku hanya masih tetap diam, dan lucunya aku masih tetap menbayangkanmu, padahal saat itu berbagai kata yang seakan jumlahnya ribuan masih dia ucapkan. Dan entahlah aku mendengarkannya atau tidak. Akhirnya hanya “Ooo.. Begitu” dengan senyuman tipis yang aku berikan sebagai respon atas semua opsi-opsinya.
Hehehehe.. yah seperti inilah gilanya aku, atau mungkin aku sudah benar-benar kehilangan akalku, tersenyum sendiri, menangis tanpa alasan yang jelas. Dan hanya goresan rentetan kalimat-kalimat ini yang mampu aku berikan.
Aku bukanah orang yang hebat dalam menulis, aku juga bukan penyair, perangkai kata, filsuf ataupun sebutan yang lain, aku hanya seorang gadis yang menemui kebuntuan hingga menulis adalah jalan terakhir yang aku pikirkan. Saat semua orang sudah mulai menyalahkanku.
Lagipula kamu tidak taukan? Apa yang aku bayangkan tentang dirimu? Kamu hanya bisa menyalahkanku, dan berkata bahwa semua yang aku lakukan adalah kesia-siaan. Dan pahitnya untukku itu memang benar, semua yang aku lakukan memang sia-sia.
Banyak yang sudah menasehatiku, memberiku berbagi macam kata-kata dan dalil yang membangun, tapi kumohon jangan salahkan aku jika aku belum mampu. Walaupun aku sering bilang aku sudah pasrah namun sejujurnya dalam kepasrahan itu, aku masih tetap berharap.
Hmmm.. Sudah cukup kita keluar dari jalurnya, karena jika toh aku menuliskan semuanya sekarang ini, mungkin butuh ribuan kata lagi.
Dan itulah kenapa aku tidak bisa berhenti membayangkanmu, karna itulah jalan yang bisa membuatku tetap memilikimu walaupun hanya lewat mimpi.
Dan sekali lagi aku mohon, apapun dalilnya biarkan aku tetap memikirkan dan membayangkanmu dalam diamku, biarkan aku tetap menangis, tersenyum, terharu dalam pikiranku sendiri.
Kamu mau tahu tidak apa yang aku bayangkan tentangmu dalam otakku? Hehehe sekarang ini aku membayangkanmu disana, membaca tulisanku dan kemudian mengerti atas semua perasaanku, menghargainya, bahkan membalasnya dengan ucapan suka. Saat aku berjalan, aku membayangkan kamu yang ada disampingku, tak akan sedetikpun waktuku untuk tidak melihatmu. Saat aku berbicara, kamu berada didepanku.. yah didipanku tertawa bersama. Dan saat tertidur, kamu memelukku dalam tidurmu, begitupun sebaliknya.
Indah bukan???, walaupun itu hanya sekedar bayangan, tapi terkadang aku merasakannya Sangat Nyata dalam hidupku.
Aku memang sudah gila, mungkin itu yang kamu pikirkan, tapi ya sudahlah.. karna aku masih menikmatinya. Hehehe
So salam hangat dariku..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H