Mohon tunggu...
Kebijakan Pilihan

Korban Kecelakaan Kapal Sudah Banyak, Kapan "Zero Accident"?

27 Juli 2018   11:44 Diperbarui: 27 Juli 2018   16:08 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecelakaan kapal penumpang di negara kita terus terjadi. Bahkan akhir-akhir ini terjadi berkali-kali.  Korbannya, baik manusia dan barang sudah banyak. Tentu kecelakaan-kecelakaan kapal  tidak boleh dibiarkan terjadi terus menerus. Harus dicari persoalan mendasar dan solusinya, sehingga tidak ada lagi korban.

 Memang negara kita adalah negara kepulauan dengan lautan yang sangat luas. Moda transportasi  angkutan air pada daerah-daerah terpencil dan  antarpulau menjadi alat  penyeberangan utama. Masyarakat selalu hilir-mudik menggunakan jasa angkutan air, yaitu kapal yang ukurannya beragam. Tapi dengan lautan yang sangat luas itu tidak boleh menjadi  pembenar terjadinya kecelakaan-kecelakaan kapal penumpang dimana pun.  

Pemerintah sebagai pengayom dan pelindung masyarakat   --termasuk keselamatan dalam transportasi---   mau tidak mau harus melakukan langkah-langkah jitu agar kecelakaan  kapal laut bisa dikurangi bahkan ditiadakan. Ketika terjadi kecelakaan KM Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara, 18 Juni 2018 dengan korban hilang sekitar 164 orang dan tiga meninggal dunia; Presiden Jokowi meminta agar kecelakaan kapal tidak terulang kembali. Tapi ternyata pada tanggal 3 Juli 2018 KM Lestari Maju kandas di Selayar, Sulawesi Selatan yang menyebabkan 36 orang meninggal dunia.

Pada era informasi ini, kabar tenggelamnya kapal-kapal penumpang itu  langsung menyeruak ke seluruh dunia dan diikuti perkembangannya oleh masyarakat, termasuk para wisatawan mancanegara yang akan berkunjung ke Indonesia. Dengan adanya kecelakaan-kecelakaan kapal penumpang yang terjadi di negara kita; otomatis akan membuat wisatawan mancanegara berpikir untuk berwisata ke Indonesia. 

Apalagi jika tujuan wisatanya menggunakan moda transportasi air.  Kecelakaan-kecelakaan kapal  itu akan merugikan sektor pariwisata Indonesia, padahal pemerintah dewasa ini sedang gencar-gencarnya mempromosikan sektor pariwisata ini dan berharap menjadikan pariwisata menjadi unggulan guna meraup devisa.

Menyikapi keprihatinan itu, Institut Keamanan dan Keselamatan Maritim Indonesia (IK2MI) menggelar round table discussion (RTD) dengan topik "Membenahi  Angkutan Sungai dan Penyeberangan", di Jakarta, Rabu (25/7/2018) dengan menampilkan pembicara Drs Triyuswoyo, M.Sc, MmarEng seorang praktisi bidang maritim yang juga pernah menjabat   di Kemenhub, Bakorkamla, dan Mahkamah Pelayaran; Waasops Kasal Laksma TNI Yusup, S.E, M.M. yang diwakili Kolonel Laut (KH) Farid Ma'ruf yang menjabat Kadiskum Koarmada I, dan Kombes Pol S Badhar dari Polairud Baharkam Polri.

Ketua IK2MI Laksamana Madya TNI (Purn) Y Didik Heru Purnomo ketika membuka kegiatan yang dihadiri berbagai kalangan itu menyatakan kesedihan dan keprihatinan atas terjadinya kecelakaan kapal-kapal penumpang itu.  Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kapal penumpang tersebut, mulai dari pembangunan kapal yang tidak memeroleh pengawasan dari pemerintah, kurangnya pengawasan pada manajemen di pelabuhan atau dermaga yang menyebabkan kelebihan penumpang dan barang;  pengabaian terhadap cuaca,  dan pengawak yang tidak berkompeten.

Padahal itu semua menyangkut keselamatan penumpang. Dari kasus-kasus kecelakaan kapal itu menandakan bahwa pengawasan, regulasi, manajemen, dan penataan kelembagaan terkait keselamatan kapal penumpang di negara kita tidak diselenggarakan dengan baik. Untuk itu  IK2MI sangat terpanggil dan menaruh perhatian terhadap keselamatan ini. Keselamatan penumpang atau manusia haruslah diutamakan!

Senada dengan pernyataan  Ketua IK2MI, Drs Triyuswoyo dalam paparannya juga menyatakan keprihatinan yang mendalam atas berulang-ulangnya kejadian  kecelakaan kapal yang menyebabkan  banyak korban. Hal itu harus menjadi perhatian serius dan pembelajaran bagi semua pihak terkait, regulator, pebisnis, masyarakat, dan siapapun yang berkaitan dengan domain keselamatan dan keamanan transportasi di laut.

Kesadaran dan tanggung jawab yang mendalam perlu dibangun dan ditata ulang, karena moda transportasi di laut itu langsung  menyentuh kehidupan masyarakat banyak. Ini merupakan momentum bagi kita semua dan bersama-sama menyelesaikan masalah-masalah mendasar di laut sebagai langkah konkret menuju terwujudnya Indonesia sebagai negara maritim yang maju dengan "zero accident".

Kombes Pol S Badhar membeberkan pada tahun 2018 ini terjadi kecelakaan kapal laut yang menonjol, yaitu tanggal 1 Januari KM Anugerah Express terbalik di Tanjung Selor, sebanyak delapan orang meninggal dunia; 20 Februari KM Kayong Utara terbalik di Banyuasin, Sumsel; 13 Juni KM Arista terbalik di Paotere, Sulsel sebanyak 11 orang meninggal dunia;  18 Juni KM Sinar Bangun tenggelam di Danau Toba, tiga orang meninggal dunia dan 164 orang hilang; dan 3 Juli KM Lestari Maju kandas di Selayar, Sulsel menyebabkan 36 orang meninggal dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun