Mohon tunggu...
Zulfa Zaida
Zulfa Zaida Mohon Tunggu... Teacher - Teacher

Seseorang yang masih fakir ilmu dan ingin terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

HGN 2022: Saatnya Guru Merdeka dalam Mengajar

25 November 2022   21:57 Diperbarui: 25 November 2022   22:03 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak pandemi Covid 19, banyak perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Pandemi yang telah terjadi menjadi pertanda bahwa dunia ini terus berjalan secara dinamis. Sehingga membuat Pemerintah berpikir keras agar generasi selanjutnya dapat terus beradaptasi terhadap segala perubahan, salah satunya dengan di keluarkannya Kurikulum Merdeka. 

Ketika pertama kali mendengar pemaparan program Kurikulum Merdeka yang dibawakan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim beberapa waktu lalu, saya merasa tertarik dan penasaran. Kurikulum Merdeka yang menitikberatkan pada pembelajaran yang bersifat substansional dan kontekstual, menurut saya dapat menjadi salah satu jawaban agar generasi Indonesia dapat lebih survive.

Banyak pihak yang merespon baik atas adanya dobrakan ini, namun ada juga pihak yang kurang setuju. Pasti yang namanya kebijakan, tidak bisa langsung diterima semua oleh masyarakat.

Tanggal 25 November yang bertepatan dengan Hari Guru Nasional, menjadi titik refleksi bagi kami yang mengemban amanah menjadi guru. Jika dikaji lebih dalam arti kata merdeka dan inti tujuan Kurikulum Merdeka, guru memiliki peran yang sangat vital. 

Sebelum siswa merdeka belajar, maka gurunya pun harus lebih dahulu merdeka mengajar. Tagline merdeka belajar dan merdeka mengajar ini sering digaungkan pemerintah dalam Kurikulum Merdeka. Namun yang menjadi titik refleksi bagi diri saya adalah, sudahkah kita merdeka dalam mengajar?

Merdeka dalam mengajar yang saya maknai adalah ketika dapat meluangkan waktu untuk duduk bersama siswa dan mendengarkan segala curahan hatinya. Ya, salah satunya dengan menjadikan diri kita sebagai pendengar bagi mereka. 

Bukan dalam waktu yang formal, namun kita bisa mengambil waktu-waktu dimana mereka dapat bicara dengan santai, seperti jam-jam istirahat atau jam-jam setelah bel pulang berbunyi. Impact yang saya dapatkan dari hal tersebut adalah saya dapat lebih mengetahui kebutuhan-kebutuhan siswa dalam belajar, sehingga ketika di dalam kelas kita akan mengajarkan sesuatu yang mereka butuhkan.

Selain itu, merdeka dalam mengajar menurut pandangan saya bukanlah guru yang selalu menyelesaikan segala macam administrasi tepat waktu demi terpenuhinya tuntutan pekerjaan, namun guru yang mengerjakan administrasi (seperti bahan ajar) karena memang ia butuh. Kita bisa melihat pada akhirnya keduanya sama-sama mengerjakan administrasi, namun yang membedakannya adalah mindset. 

Jika mindset kita masih berpikir mengerjakan sesuatu karena tuntutan, maka sudah seharusnya kita beralih dan menjadikannya sebuah kebutuhan yang akan kita terapkan di dalam kelas. Sehingga dalam praktiknya kita akan lebih bahagia dalam menjalankan peran sebagai guru.

Pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan manusia atas hidupnya lahir, sedang merdekanya hidup batin terdapat pada pendidikan (Ki Hajar Dewantara)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun