Mohon tunggu...
Ijtihadi Yaumil Mukarom
Ijtihadi Yaumil Mukarom Mohon Tunggu... Lainnya - Man Jadda Wa Jadda

Siapa yang besungguh-sungguh maka ia akan menemukan atau siapa yang bersungguh-sungguh ia akan dapat

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sosialisasi Stunting dan Tumbuh Kembang Anak oleh Mahasiswa UNIPMA di Posyandu Dusun Gemarang

20 Februari 2022   08:54 Diperbarui: 22 Februari 2022   09:57 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dok. pribadi
Dok. pribadi
 

Salah satu program kuliah yang dinanti dan ditunggu mahasiswa adalah kuliah kerja nyata (KKN). KKN termasuk ke dalam salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian. Pengabdian ini adalah bentuk kegiatan mahasiswa dalam implementasi pengabdiannya kepada masyarakat dengan hasil nyata yang di bimbing oleh Ibu Dian Ratnaningtyas Afifah M.Psi., Psikolog. Mahasiswa KKN-T MBKM UNIPMA kelompok 5 dusun Gemarang juga berperan aktif dalam pelaksanaan KKN yang dilaksanakan di salah satu kelompok posyandu Dusun Gemarang Desa Gemarang. Kelompok KKN ini terdiri dari 14 mahasiswa dari berbagai program studi yang berbeda. Sasaran sosialisasi stunting dan tumbuh kembang anak adalah orang tua yang memiliki balita dalam keluarganya sehingga diharapkan setelah pelaksanaan sosialisasi ini dapat menambah pengetahuan para orang tua mengenai stunting dan tumbuh kembang anak. Sosialisasi yang dilakukan mahasiswa ini dihadiri oleh sebanyak 20 ibu-ibu dengan menerapkan protokol kesehatan dan berjalan dengan lancar. Ibu Suyati selaku ketua posyandu menyampaikan kegiatan posyandu yang diikuti oleh 33 balita, dari data di posyandu yang kami dapat tidak ada kasus stunting di Dusun Gemarang.

Dalam Kegiatan Sosialisasi yang menjadi pemateri dari mahasiswa KKN adalah Debby Rizna Pratama sebagai pembicara menyampaikan bahwa stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak yang mencakup pertumbuhan tubuh dan otak sebagai akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak menjadi lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Kekurangan gizi dalam waktu yang lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran). Penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani. Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik. Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak. (Kemkes, 2018). Stunting merupakan hal yang dianggap orangtua sebagai sesuatu yang biasa. Orangtua menganggap bahwa anak mereka masih bisa mengalami pertumbuhan sebab usianya masih balita padahal bila stunting tidak terdeteksi secara dini, minimal sebelum berusia 2 tahun, maka perbaikan untuk gizinya akan mengalami keterlambatan untuk tahun berikutnya.

Stunting pada anak balita merupakan konsekuensi dari beberapa faktor yang sering dikaitkan dengan kemiskinan termasuk gizi, kesehatan, sanitasi dan lingkungan. Ada lima faktor utama penyebab stunting yaitu kemiskinan, sosial dan budaya, peningkatan paparan terhadap penyakit infeksi, ancaman pangan dan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Faktor yang berhubungan dengan status gizi kronis pada anak balita tidak sama antara wilayah perkotaan dan pedesaan, sehingga upaya penanggulangannya harus disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhi. Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Selain itu, stunting dapat berpengaruh pada anak balita pada jangka panjang yaitu mengganggu kesehatan, pendidikan serta produktifitasnya di kemudian hari. Anak balita stunting cenderung akan sulit mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal baik secara fisik maupun psikomotorik. (Aridiyah et al, 2015).

Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi. Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak. Untuk mencegahnya, perbanyak makan makanan bergizi yang berasal dari buah dan sayur lokal sejak dalam kandungan. Kemudian diperlukan pula kecukupan gizi remaja perempuan agar ketika dia mengandung ketika dewasa tidak kekurangan gizi. Selain itu butuh perhatian pada lingkungan untuk menciptakan akses sanitasi dan air bersih. (Kemkes, 2018).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada di bawah normal. Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD. Masalah balita pendek menggambarkan adanya masalah gizi kronis, dipengaruhi dari kondisi ibu/calon ibu, masa janin, dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita.. Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-23 bulan, karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif dilakukan pada 1.000 HPK. Periode 1.000 HPK meliputi yang 270 hari. Upaya intervensi dalam pencegahan stunting, terbagi menjadi 2 intervensi yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif dengan rincian sebagai berikut :

A. Intervensi Gizi Spesifik

  1. Ibu hamil
  2. Ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan
  3. Ibu menyusui dan anak usia 7-23 bulan

B. Intervensi Gizi Sensitif

  • Melakukan fortivikasi bahan pangan
  • Menyediakan akses kepada layanan kesehatan atau keluarga berencana (KB)
  • Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
  • Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (JAMPERSAL)
  • Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua
  • Memberikan pendidikan Anak Usia Dini Universal
  • Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat
  • Meningkatan Ketahanan pangan dan Gizi

Sosialisasi mahasiswa KKN UNIPMA ditutup dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa susu kedelai dan agar - agar sebagai salah satu upaya pencegahan stunting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun