Berawal dari DPR tandingan yang diprakarsai oleh Koalisi Indonesia Hebat (KIH) karena merasa tidak puas dengan jatah pimpinan alat kelengkapan dewan. Kini, virus tandingan mulai merambah kesegala hal. Contohnya, seperti Front Pembela Islam (FPI) yang merasa tidak sreg dengan karena Ahok menjadi Gubernur juga ikut-ikutan menampilkan Gubernur tandingan. Kemudian yang lagi hangat-hangatnya saat ini. Ketua umum Golkar tandingan.
Jika, ditelaah mendalam yang serba tandingan itu muaranya berawal dari rasa ketidakpuasan. Ada yang merasa tidak demokratislah, merasa kurang tepatlah, dan lain sebagainya. Ujung-ujungnya berakhir untuk memperebutkan kekuasaan.
Membayangkan saja, coba yang serba tandingan itu endingnya bukan soal kekuasaan. Contohnya seperti, harga BBM tandingan atau harga bahan pokok tandingan. Pasti masyarakat tidak akan jenuh melihatnya. Bisa jadi masyarakat akan mendukung tandingan itu.
Tapi apakah akan pernah ada tandingan seperti itu? Saya yakin hal itu tidak akan pernah terjadi. Sebab, tandingan itu memang sengaja diciptakan hanya untuk meraih kekuasaan. Bukan untuk mendapatkan kesejahteraan.
Namanya, juga tandingan jadi segala antara masing-masing kubu yang bertanding tidak akan pernah mau mengalah. Semoga saja wabah tandingan ini dapat cepat berlalu. Seperti sebuah lagu badai pasti berlalu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H