Mohon tunggu...
M Ijlal Rafi
M Ijlal Rafi Mohon Tunggu... Lainnya - Sociological Imagination

Jakarta State Islamic University

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

MUSLIMAH FEMINIS "Penjelajahan Multi Identitas"

1 Mei 2019   19:54 Diperbarui: 3 Juni 2022   19:16 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak tantangan yang di hadapi nenek penulis saat mendirikan sekolah dasar islam tetapi ia tidak peduli akan hal itu, yang terpenting adalah melahirkan peserta didik dari generasi ke generasi. Nenek penulis tidak mengenal kata feminis dan tidak menyadari dirinya feminis,tetapi perjalanan hidupnya mencerminkan nilai-nilai feminis dengan kemandirian dan kemerdekaan dirinya sendiri. Pertemuan penulis dengan diskusi feminis yang berada di Formaci membuat kesadaran baru yang muncul dari dirinya, bahwa terdapat ketidakadilan yang dirasakan oleh perempuan. Kesadaran tersebut membuat penulis menyosialisasikannya ke dalam masyarakat luas. Bersama dengan teman penulis yaitu Yuniati Chuzaifah membuka program Feminisme dan Islam di sekitar kampus Ciputat dengan menginternalisasikan pemikiran Fatima Mernissi,Rif`at Hassan dan Amina Wadud Muhsin.Aktivitas tersebut juga di sosialisasikan lewat media milik organisasi besar islam di Indonesia yaitu Warta NU PBNU Jakarta (1992) karena penulis juga merupakan salah satu pengelolanya. Penulis juga sering terlibat di dalam diskusi yang di selenggarakan oleh Kalyanamitra sebuah LSM perempuan pertama di Jakarta dan juga ikut serta dalam Organisasi Solidaritas perempuan. Dengan adanya aktivitas tersebut penulis juga menginternalisasikan dirinya di dalam keluarga kiai yang dimana tokoh-tokoh agama lainnya sangat dekat dengan budaya patriarki. Walaupun penulis mempunyai semangat yang bergelora dalam gerakan feminis tapi ia tidak lupa untuk merefleksikan nilai-nilai keislaman di dalam gerakan feminisnya.

"Aku Sebagai Anak Bangsa": dalam bab ini penulis menceritakan  dirinya yang belum merasakan hadirnya identitas kebangsaan, penulis beranggapan hal ini terjadi karena pada usia tertentu penulis kurang berinteraksi dengan sesama anak bangsa yang berbeda etnis,budaya, dan agama di indonesia serta tidak mengetahui keberadaan wilayah-wilayah lain selain etnis sunda,tetapi setelah penulis berjumpa dengan etnis yang berbeda di berbagai wilayah,penulis sudah bisa merasakan betapa penting nya kehadiran identitas keindonesiaan dalam mengiringi perjalanan hidup penulis selanjutnya. Penulis merasakan dan menyaksikan indonesia yang dipimpin oleh rezim otoriter presiden Soeharto yang menjabat lebih dari tiga puluh tahun membuat negri ini mengalami pergolakan ekonomi yang sangat memprihatinkan dan penyelewengan kekuasaan yang semena-mena. Penulis merupakan salah satu aktivis yang terlibat langsung dalam pelengeseran rezim otoriter Soeharto pada tahun 1998,sampai-sampai janin anak pertama penulis yang berumur tiga bulan mengalami keguguran. Dan pada saat era reformasi penulis juga pernah berdialog dengan Abdurahman Wahid (Gus Dur) yang sangat menginspirasi dirinya mengenai wawasan islam dan kebangsaan.

Buku ini sangat menginspirasi pembaca bagaimana kontribusi penulis dalam gerakan feminis yang bersandarkan nilai-nilai keislaman dan keikutsertaan nya dalam memperjuangkan keadilan perempuan. Penulis membuat pembaca sadar akan penting nya keikutsertaan banyak orang dalam mengatasi ketimpangan gender yang sudah berada di tengah-tengah masyarakat. Sangat di sayangkan jika penulis tidak menuangkan kisah-kisah perjalanan hidupnya ke dalam edisi lanjutan dari buku ini, mungkin jika penulis ingin membuat edisi lanjutan dari buku ini perlu menambahkan keestetikan terhadap cover nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun