Mohon tunggu...
Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono
Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono Mohon Tunggu... -

perenung arti materialisme, dialektika dan logika

Selanjutnya

Tutup

Politik

Catatan Pinggir Jalan ; aHOK vs lULUNG ; is it truly good vs evil ?

10 Maret 2015   18:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:51 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak sulit untuk kepincut, jatuh cinta, kesengsem, ataupun simpati dan berempati pada Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) sangWakil (Wakil, Red: penulis dulu hanya memilih Ahok sebagai wakil, namun karena Jokowi promosi, jadilah dia naik pangkat) Gubernur Jakarta saat ini.

Gaya Bicara Ahok yang transparan, blak-blakan, apa adanya, kadang terus terang dan cenderung (dianggap) kasar bagi kita yang terbiasa dengan adat dan etika ketimuran, dianggap sebagai genre baru dalam politik Indonesia, tagline-nya yang seperti “lebih baik ngomong bajingan tapi gak nyolong, daripada (pura-pura) santun tapi nilep uang rakyat” dianggap sebagai pendobrak tradisi perpolitikan Indonesia selama ini yang penuh dengan kepura-puraan dan kemunafikan, dimana para pejabat sibuk terlihat baik secara simbolis, namun busuk secara praktis.

Sebaliknya, tidak sulit pula untuk membenci Haji (entah mabrur entah mabur) Lulung (Abraham Lunggana, sang jawara dan penguasa Tenabang), track record cara dia memperoleh kekuasaan di Tenabang gak usah dibahas lagi, sebagian besar penghuni ibu kota paham sepak terjangnya mulai dari preman pinggir jalan, pengusaha jasa keamanan, sampai jadi wakil rakyat (entah rakyat mana yang diwakili)

Bolak balik terpilih sebagai wakil rakyat di DPRD Jakarta juga tidak membuat dia makin dekat dengan rakyat. Masih segar dalam ingatan bentuk dan warna Lamborghini (Lamborghini, Red: mudah-mudahan benar ejaannya, karena penulis gak pernah naik benda ini) hijau mentereng yang dia parkir di depan DPRD pada hari pelantikan, dengan nomor palsu pula, walau dengan segala underlying bahwa itu pinjaman ataupun dia memang mampu membelinya, tetap saja itu adalah sebuah pertunjukkan kemewahan yang tidak patut dipertontonkan pada hari pelantikan anggota dewan yang (katanya) mewakili rakyat.

Kesimpulan sementara: kalau disuruh memilih antara tesis aHOK atau antitesis lULUNG, saya rasa pembaca tidak akan kesulitan untuk memilih bukan ?

Tapi kita simpan dulu sementara kesimpulan itu, kita segarkan ingatan kita dengan berita dan peristiwa lama di waktu yang belum terlalu lampau ... ... ...


CASE 1 : SARI PETOJO ICE FACTORY

http://forum.kompas.com/nasional/36212-gubernur-bibit-waluyo-ngotot-bangun-mall-di-solo.html

silahkan klik link berita diatas, maka kita bisa lihat betapa jumawa, sombong, dan jahatnya Bibit Waluyo (saat itu Gubernur Jawa Tengah), dan betapa rendah hati serta bijaknya Pak Jokowi (saat itu Walikota Solo), sungguh ini bagaikan pertarungan antara Serigala jahat buruk rupa melawan Kelinci putih dan baik hati. Apakah rakyat akan diam melihat kejumawaan ini ? TENTU TIDAK

http://politik.kompasiana.com/2012/10/20/bibit-waluyo-yang-tinggi-hati-dan-tidak-tahu-sopan-santun-502908.html

tidak cukup dengan kekurang-ajaran pertama, kekurang-ajaran Bibit Waluyo dilanjutkan dengan episode-episode selanjutnya, silahkan klik lagi link diatas, pasti kita tambah panas ingin menyelamatkan Kelinci tadi dari terkaman Serigala jahat.

Kalau pembaca punya waktu luang, silahkan googling sendiri dengan berbagai keyword terkait, ada ratusan (bahkan ribuan) berita sejenis yang membuat kita makin ingin menyelamatkan Kelinci baik hati dari terkaman Serigala tersebut.

... waktupun berlalu, rodapun berputar, masapun berganti ...

Syahdan kisah di negeri ini berbalik, sang Serigala tetap menjadi Serigala, namun sang Kelinci telah bertransformasi menjadi Harimau Jantan penguasa negeri, tentu kita berharap (bahkan mungkin yakin) bahwa kalau dulu waktu jadi Kelinci saja dia berani melawan Serigala untuk menyelamatkan Sari Petojo, maka sang Harimau kini pasti telah berbuat lebih bukan ?

FAKTANYA ?

http://politik.kompasiana.com/2013/04/18/soal-saripetojo-bibit-waluyo-dan-jokowi-hanya-salah-paham-552314.html

Pabrik Es Legendaris Sari Petojo kini sudah rata dengan tanah, Hotel dan Mal akan segera (bahkan mungkin sudah) dibangun.

WHAT ?

Jadi apa makna segala pertarungan itu sebelumnya ?

Simpan rasa penasaran anda sampai bagian akhir tulisan ini ...

CASE 2 : ESEMKA NATIONAL CAR

http://www.solopos.com/2012/01/03/bibit-nilai-jokowi-sembrono-gunakan-mobil-esemka-154187

http://jateng.tribunnews.com/2014/07/26/jokowi-pertaruhkan-jabatan-demi-mobil-esemka

wow.. lihat kombinasi dan pertentangan dua link berita diatas, sang Serigala kembali berupaya menerkam sang Kelinci yang mencoba membangun kemandirian Bangsa melalui pembangunan industri otomotif nasional berbasis kerakyatan, ayo, lawan sang Serigala, bantu sang Kelinci berjuang demi kemajuan putra-putri terbaik bangsa di bidang otomotif !

... waktupun berlalu, rodapun berputar, masapun berganti ...

Syahdan kisah di negeri ini berbalik, sang Serigala tetap menjadi Serigala, namun sang Kelinci telah bertransformasi menjadi Harimau Jantan penguasa negeri, tentu kita berharap (bahkan mungkin yakin) bahwa kalau dulu waktu jadi Kelinci saja dia berani melawan Serigala untuk mewujudkan pembangunan Mobil Nasional berbasis intelektual lokal dan berjiwa kerakyatan, maka sang Harimau kini pasti telah berbuat lebih bukan ?

FAKTANYA ?

http://www.tempo.co/read/news/2015/02/11/090641499/Begini-Nasib-Esemka-Bekas-Mobil-Dinas-Jokowi

http://infozaman.blogspot.com/2015/02/nasib-esemka-bekas-mobil-dinas-jokowi.html

http://news.detik.com/read/2015/02/06/192112/2826206/10/didukung-jokowi-hendropriyono-garap-mobnas-bareng-proton-malaysia

http://www.tempo.co/read/news/2015/02/06/090640509/CEO-Proton-Hendropriyono-Teken-MoU-Mobil-Nasional

Mobil ESEMKA kini mangkrak tak ter-urus, mobil nasional yang digembar gemborkan Sang Harimau kini dipercayakan pada Karib Sang Harimau dengan menggandeng para saudagar negeri jiran yang oleh Bung Karno dulu hanya dianggap sebagai bagian dari propinsi Kalimantan.

WHAT ?

Jadi apa makna segala pertarungan membela ESEMKA sebagai MOBNAS itu sebelumnya ?

Simpan rasa penasaran anda sebentar lagi ...

Kelinci dan Harimau di CASE: BUDGETING ANGGARAN JAKARTA

Kembali ke pembahasan awal, saya rasa dengan kasus yang berbeda kita sudah bisa menyimpulkan Siapa Kelinci bermata sipit berbudi luhur dan siapa Serigala berbulu lamborghini berhati busuk bukan ?

lULUNG (tanpa haji dan tanpa huruf besar di awalan namanya) adalah contoh ideal dari serigala jahat yang harus dilawan demi melindungi Sang Kelinci (yang pada akhirnya ingin menjadi Harimau penguasa dengan didukung rakyat)

lULUNG adalah antitesis dari Kelinci, yang dengan mudah akan dikenali oleh rakyat sebagai figur yang harus dilawan

TAPI PERTANYAAN BESARNYA adalah, apakah kita membela Kelinci yang tepat ?

Apakah kita bertempur bersama Kelinci di medan pertempuran yang tepat ?

Apakah saat sang Kelinci menjelma menjadi sang Harimau nanti akan ingat pada jargon dan pembelaannya terhadap rakyat sekarang ?

Kita mungkin tidak pernah membela ataupun memilih lULUNG sebagai wakil rakyat, tapi kita juga harus ingat bahwa aHOK juga bukan Nabi Adam yang turun dari langit dengan hanya membawa dosa memakan buah khuldi.

ASAL MUASAL aHOK

http://id.wikipedia.org/wiki/Basuki_Tjahaja_Purnama

aHOK (atau Ban Hok sebagaimana ayahnya dulu memanggil) dahulu adalah politisi berbagai partai serta pengusaha tambang sepanjang masa orde baru s.d. reformasi, mulai dari Partai Indonesia Baru (PIB, bentukan almarhum Sjahrir), lalu loncat ke Partai Golkar (apakah ada politisi partai golkar sepanjang masa orde baru yang kita bisa kategorikan 100% bersih ?), hingga akhirnya berlabuh di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra, yang akhirnya dia nafikan juga)

OK-lah kalaupun seandainya dia bersih, toh dia pernah menjadi anggota DPR, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, yang sekarang menurut aHOK (di level daerah) hanya penuh berisi dengan politisi politisi busuk tukang embat anggaran, kalau itu yang aHOK yakini, apa saja yang dia kerjakan selama menjadi anggota DPR ?

OK-lah kalaupun seandainya dia gak ngapa-ngapain selama menjadi anggota DPR, tapi kemana aHOK yang saat ini gagah berani melawan korupsi selama masa orde baru berkuasa dan reformasi terjadi ? kemana keberanian dan kelantangan dia melawan serigala-serigala orde baru saat itu ?

Kemana aHOK saat para mahasiswa dan rakyat bersimbah darah dan meregang nyawa menumbangkan orde baru dan mewujudkan reformasi ?

Saat itu dia duduk manis dan diam mewakili PARTAI GOLONGAN KARYA di DPR,

pilar utama ORDE BARU yang berhasil bertahan melewati hantaman reformasi

CONCLUSION of all CASES

lULUNG adalah penjahat kelas kakap yang gak perlu dibela dan kalau perlu disingkirkan dari DPRD DKI Jakarta, tapi apakah dari ratusan anggota DPRD itu busuk semua ? apakah tidak mungkin ada 1 atau 2 orang anggota DPRD yang mungkin bersikap baik, seperti aHOK dahulu saat di DPR ? (kalau dia memang benar bersih)

apakah 1 atau 2 orang ini juga tidak punya hak untuk menentukan penggunaan anggaran Jakarta (suatu hak yang diatur dan diwajibkan dalam Undang Undang untuk dijalankan oleh 1 – 2 orang wakil rakyat yang masih baik itu, seperti aHOK saat dulu dia menjadi anggota DPR)

let me ask you this one simple question :

saat kita sebagai kepala rumah tangga yang mencari penghasilan (bisa suami atau istri), pulang ke rumah membawa uang, lalu istri (atau suami) kita mengusulkan lebih dari separuhnya digunakan untuk jalan-jalan ke las vegas sambil berlibur dan main judi, apa yang akan terjadi ?

akankah kita marah ? SUDAH PASTI

akankah kita tolak usulan itu ? SUDAH TENTU

akankah kita tinggalkan istri (atau suami) kita ? BELUM TENTU

akankah kita tidak mengajak istri (atau suami) kita dalam pembahasan anggaran belanja rumah tangga kita bulan-bulan depan ? APA MAKNA KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA KALAU TIDAK ADA DISKUSI dan SALING MENASIHATI LAGI

MY LAST and FINAL CONCLUSION

Saya Cuma rakyat kecil, saya benci koruptor, saya ingin KPK diperkuat dan membantai para koruptor.

Saya ingin politisi baik seperti I.J. Kasimo dan M. Natsir berkuasa. Saya ingin Polri dipimpin oleh titisan Hoegeng. Saya ingin TNI dipimpin oleh titisan Sudirman.

NAMUN saya juga menolak rakyat dimanipulasi oleh agitasi dan provokasi gaya baru dalam bentuk PENCITRAAN Kelinci vs Serigala, dimana saya ingin membantai Serigala itu, namun terlambat menyadari bahwa Kelinci itu hanya sang aktor yang dikendalikan oleh sutradara-sutradara lain yang akan memetik hasil dan tertawa setelah berhasil melakukan agitasi dan provokasi via pencitraan gaya baru dalam bentuk berita media, timeline twitter, sampai penyebarluasan meme yang berusaha mengambil simpati massa.

Jadilah pemimpin yang baik bagi dirimu, keluargamu, dan masyarakatmu ...

Carilah pemimpin yang memang baik di sekelilingmu ...

Tapi jangan mudah percaya dengan pemimpin yang (dicitrakan) baik dan dizholimi, percayalah... mereka yang terlihat dizholimi itulah yang sesungguhnya zholim saat berkuasa nanti...

Sejarah telah membuktikan itu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun