Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dari Rumah; Disiplin ala Sekolah di Tengah Pandemi Corona

10 April 2020   13:33 Diperbarui: 11 Juli 2020   21:31 2685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foucault ternyata memperluas penjelasannya mengenai disiplin, penghukuman dan penjara ini ke aspek pendidikan dalam masyarakat modern.  Beberapa pembaca Foucault, sebutlah seperti Cladis (1999) dan Coelen (2007), menunjukkan,  penjara dan sekolah memiliki kemiripan dalam membentuk individu sosial. Jika penjara bisa digunakan sebagai sarana individualisasi (membentuk individu) dengan disiplin tertentu, maka demikian halnya sekolah.

Sekolah pada awalnya menerapkan  pendisiplinan dengan cara-cara penghukuman. Anak Didik yang tidak bisa disiplin, lamban dan sulit memahami pelajaran dengan baik, melanggar aturan dan seterusnya, diberikan hukuman tertentu. Ada yang dijemur di halaman sekolah, berdiri di depan kelas dengan kaki diangkat sebelah atau bahkan dipukul pakai penggaris. Efek yang disasar adalah ancaman terhadap siswa bersangkutan dan anak didik lainnya.  Di sini sedang dipertontonkan adanya satu rezim pendidikan yang menakutkan yang mau tidak mau harus ditaati.

Namun semakin modern dunia pendidikan kita, proses pendisiplinan pun berubah. Polanya kini to obtain a cure. Pendisiplinan bukan dengan menghukum, tetapi ditata dan diperbaiki perilakunya, tentu termasuk cara belajarnya. Proses penataan siswa dilakukan dalam sebuah proses administrasi dan pengawasan pendidikan.

Dalam penataan administrasi; siswa diberi patokan tentang pengetahuan yang standar, bagaimana harus mencapainya dalam seminggu/sebulan, jika ingin lulus dengan baik maka nilai mata pelajaran grafiknya harus terus menanjak, bukan flat, apalagi turun,  dan seterusnya. Sementara pengawasan dilakukan melalui guru, dilakukan dengan memberikan penilaian. Angka-angka penilaian tersebut menjadi alat ukur apakah siswa yang bersangkutan telah menjadi individu yang diinginkan sekolah atau belum.

Apa yang terjadi ketika proses belajar itu dilakukan dengan cara Belajar Dari Rumah karena situasi pandemi corona ini?  Saya memandangnya, sistem pendidikan kita masih berkutat menerapkan proses pendisiplinan ala penjara sebagaimana konsep Foucault dalam Discipline and Punish tadi. Bahkan lebih kronis dari sebelumnya.

Jika sebelumnya, proses pendisiplinan sekolah hanya menjalankan salah satu dari proses pendisiplinan ala penjara, yakni antara menghukum atau menata,  maka kini, sadar atau tidak, telah menerapkan dua-duanya. 

Pertama,  Siswa ditata secara administratif agar tetap belajar secara disiplin.

Salah seorang guru, misalnya,  yang saya intip di media sosial, memberlakukan jadwal yang ketat. Jam berapa siswa harus bangun, melakukan apa setelah bangun, kemudian belajar apa dan seterusnya. Proses ini dilengkapi dengan penilaian.

Sementara itu, di tempat berbeda, seorang saudara saya menceritakan via telepon bagaimana anak-anaknya sejak baru bangun dari tidur dipaksa berjibaku dengan tugas-tugas sekolah yang seabrek. Niscaya dikerjakan, sebab secara administrasi mereka telah diberi target untuk mencapai hal-hal tertentu dalam sehari dan dilaporkan melalui smartphone.

Seorang ibu lain bercerita pengalaman anaknya.  Jika anaknya bangun pagi, nyalinya ciut membuka WhatsApp grup sekolah, karena khawatir segera disergap tugas-tugas dari sekolah.

Untuk menyukseskan hal tersebut, sekolah menerapkan pengawasan  melalui media sosial. Anak didik harus melaporkan hasil belajarnya secara berkala di medsos atau email, baik laporan tertulis maupun melalui video. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun