Bertahun-tahun kemudian, saya sering berjumpa dengan Jamaah Tabligh ini ketika mereka sedang melakukan khuruj. Â Pernah jumpa di kampung halaman. Di saat yang lain mendatangi rumah tempat tinggal saya. Pernah pula bersua di Musallah satu rumah sakit. Setiap bertemu, selalu sama, mereka tidak kenal lelah bertablig. Â Mereka dengan sabar menyampaikan ajaran agama dan mengajak salat di masjid, meskipun yang sedang diceramahi terkesan ogah-ogahan.
Pada akhirnya, saya memang tidak pernah bergabung dengan Jamaah Tabligh, tetapi saya mengapresiasi semangatnya berdakwah. Â Dalam beberapa hal saya telah menyaksikan keberhasilannya mengajak umat Islam rajin salat berjamaah di masjid.
Di beberapa negara lain, termasuk di Amerika, keberadaan Jamaah Tabligh juga tidak banyak dipersoalkan oleh masyarakat dan pemerintahnya. Hal ini tidak lain karena Jamaah Tabligh murni hanya gerakan mengajak umat Islam beribadah dengan baik. Ia tidak mencampuri urusan politik. Tidak ikut dengan gerakan kelompok jihadi. Â Jamaah Tabligh adalah cermin dari kelompok asketisme religius yang apolitis.
Jika kita telusuri sejarahnya, Jamaah Tabligh yang lahir pada tahun 1927 M/1303 H ini adalah kelompok yang memang fokus untuk mengajak umat Islam melaksanakan ajaran agamanya dengan sungguh-sungguh. Â Â Kelompok yang berdiri di kawasan Muzhafar Nagar, Bangladesh-India, didirikan oleh Muhammad Ilyas bin Muhammad Isma'il Al-Hanafi Ad-Diyubandi Al-Jisyti Al-Kandhalawi. Â
Sejak semula, mereka berdakwah dengan turun langsung ke masyarakat. Mereka meninggalkan rumah dan berkelana ke berbagai pelosok, ke negeri jiran, bahkan ke negeri-negeri nun jauh dari tempatnya bermukim. Inilah yang mereka istilahkan khuruj. Sebelum khuruj mereka memastikan membawa sangu dan meninggalkan pula bekal untuk keluarganya yang ditinggalkan.
Kitab-kitab rujukan Jamaah Tabligh juga standar rujukan kelompok suni, yakni: Riyadus Salihin, Ihya' Ulumu al-din dan Fathul Muin. Tetapi selain itu mereka juga dibekali pegangan standar, yakni kitab Fadail A'mal atau disebut pula Tabligh Al-Nisab. Kitab ini karya Maulana Muhammad Zakariah. Selain itu masih ada kitab Hayat Al-Sahabah dan Muntakhab Ahadith karangan Maulana Yusuf al-Khandalawi.
Didi Junaedi (2013) menyebutkan, Kitab Muntakhab Ahadith inilah yang memuat penjelasan tentang enam prinsip Jamaah Tabligh, yakni : Mewujudkan hakikat syahadat, salat, ilmu disertai zikir, memuliakan sesama muslim, ikhlas beramal dan tablig di jalan Allah. Â Â
Dalam berdakwah, Jamaah Tabligh menghindari pertentangan mazhab dan khilafiah. Kelompok ini mengakomodir semua kalangan umat Islam. Bahkan ketika pertama kali berdiri, mereka hanya ingin menamakan dirinya sebagai Islam saja. Hanya karena kebiasaan mereka bertablig, akhirnya diistilahkan Jamaah Tabligh.
Penampilan Jamaah Tabligh memang ala salafi. Berjanggut, berserban, berjubah atau bercelana cingkrang, yang perempuan kebanyakan bercadar dan makan dalam satu nampan. Tetapi mereka tidak gemar mengkafirkan orang lain, tidak juga menantang pemerintahan satu negara dan mempermasalahkan bentuk negaranya. Â Penampilan dan bentuk gerakannya yang semacam itu, mendorong Kholid Syeirazi (2019) menggelarinya 'Salafi' van India. Cirinya fisiknya mirip salafi, tetapi semangat gerakannya tidak persis sama dengan salafi pada umumnya.
Namun akhir-akhir ini, Jamaah Tabligh terlihat tidak persis sama dengan gerakan mereka pada tahun-tahun yang lampau. Â Dalam beberapa gerakan yang berbau politik, ada beberapa Jemaah Tabligh yang mulai terlibat. Dalam aksi-aksi 212 beberapa tahun yang lalu, beberapa anggota Jamaah Tabligh ini juga mulai terlihat. Memang bendera Jamaah Tabligh tidak terpancang, tetapi orang-orang mereka ada dalam kerumunan massa.
Dalam media online DutaIslam. Com, diberitakan pula bahwa salah satu anggota Jamaah Tabligh yang pernah ditanya, Â telah mulai menunjukkan preferensi politiknya. Mereka misalnya mulai mencita-citakan terwujudnya Khilafah Islamiyah. Hal yang tidak pernah menjadi perhatian dari Jamaah Tabligh. Â