Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peluru Tinta: Melawan Tulisan dengan Tulisan (Catatan untuk Para Perazia Buku)

6 Agustus 2019   14:45 Diperbarui: 6 Agustus 2019   14:57 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Al-Qur'an sendiri, Allah telah memberikan satu pelajaran berharga terhadap ketidaksetujuan segolongan orang atas keagungan Al-Qur'an;

"Jika kamu tetap dalam keraguan terhadap Al-Qur'an yang kami wahyukan pada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah saja yang semisal Al-Qur'an dan ajaklah penelongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar (Al-Baqarah; 23).

Dalam ayat ini, Allah seakan-akan menantang, jika tidak setuju dengan gagasan yang ada dalam Al-Qur'an, cobalah buat tulisan untuk menandinginya. Tak perlu berkoar-koar, melecehkannya,  atau berupaya memusnahkan salinan para sahabat.

Kendati ayat ini ditujukan pada orang kafir saat itu, tetapi juga menjadi pelajaran bagi umat Islam; "Kalau tidak setuju dengan satu pandangan, tulisan atau buku, maka sepatutnya bikin tulisan untuk menandingi atau melawannya."

Namun bagaimana dengan buku-buku Marxisme, Komunisme, dan Leninisme? "Bukankah dengan menyebar buku-buku tersebut, sama dengan menyebar paham-paham tadi?" Tentu saja tidak persis begitu.

Membaca buku-buku Marxisme, Komunisme, ataupun Leninisme, dalam konteks kiwari, tidak ada bedanya dengan membaca pemikiran Kapitalisme, Max Weber, dan Imanuel Kant. Termasuk, sama saja dengan membaca buku-buku khilafah a la Hizbut Tahrir.

Bukan berarti gagasan-gagasan mereka sama. Akan tetapi, membaca buku-buku tersebut hanya dalam kerangka sebagai alat analisis, bukan untuk dijadikan ideologi. Bahkan, banyak yang membacanya supaya bisa mengkritisi ulang gagasan komunisme yang dianggap telah usang tersebut.

Justru jika tidak membaca buku-buku tersebut, bagaimana kita memahaminya? Kalau tidak paham, dan ideologinya, katakanlah masih hidup sampai sekarang, bagaimana kita akan menghadapinya. Alih-alih bisa menghadapi, sebaliknya kita mungkin mudah dipengaruhinya.

Buku-buku Marxisme dan sebangsanya, bukan untuk dihindari, tetapi justru harus "dikunyah".  Dengan dikunyah selumat-lumatnya, kita bisa membedakan mana sarinya dan mana ampasnya. Kita bisa mengambil saripatinya yang manis dan membuang ampasnya yang mungkin beracun. Dengan cara itu, buku-buku Marxisme dan sebangsanya, tidak akan meracuni otak kita. Ia hanyalah kita jadikan alat (itu pun kalau mau dijadikan alat), bukan tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun