Mohon tunggu...
I Je
I Je Mohon Tunggu... -

seringkali dianggap Lelaki..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Etika Tak Kenal Harga

24 April 2010   04:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:37 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi itu seorang teman menyapa saya lewat YM!, mengomentari stat FB saya yang emosi pagi. Emosi karna hal biasa saja mungkin buat kebanyakan orang.

Pagi itu saya hendak ke kantor tapi tidak menemui sandal yang ingin saya gunakan, sandal saya tentunya. Ternyata anak ibu kost menggunakannya. Saya tunggu cukup lama tapi dia ngga datang juga. Akhirnya saya memutuskan menggunakan sandal lama yang sudah tak layak pakai. Teman saya yang menyapa itu tanya, memang sandal apa. Dia menyebut merk-merk mahal yang entah saya ngga tau pasti brapa harganya. Mahal lah pokoknya menurut saya, kalau saya nilai dari gaya bicaranya. Saya tekankan ke dia. Ini bukan soal harga tuh sandal. Tapi itu milik saya dan saya perlu, dan yang lebih penting yang pakai ngga ijin ke saya. Kalau saya seperti dirumah sih ngga apa. Saya bisa pakai alas kaki saya yang lain. Tapi disana waktu itu, dalam jangka waktu kerja yang seharusnya pendek, saya hanya mempunyai barang-barang seperlunya saja.

Oya kembali ke soal sandal saya tadi dan kaitannya terhadap etika. Usai pulang kerja saya tanya ke teman anak yg memakai sandal saya itu, kebetulan mereka pergi bersama pagi itu. Eh ternyata mereka pergi jalan-jalan pagi itu. Ealaaaah mak, gw pake mau buat kerja eh dia pake buat jalanjalan. Sebelum kejadian hari itu, ibunya yang juga ibu kost saya menggunakan sandal itu tanpa ijin juga. Sementara saya berencana mau pergi ibukota. Untungnya ada sebab lain yg membuat saya menunda kepergian saya. Maka jadi saja pagi itu saya rada emosi menerima kejadian yang sama.

Dan kaitannya dengan etika ngga kenal harga, lebih kepada hasil ucapan teman saya. Pikiran saya jadi meledak dengan rentetan pertanyaan hasil tangkapan ucapan dan gaya bicara teman saya.Memang etika hanya boleh dilekatkan pada barang-barang dan orang-orang yang bernilai tinggi ya?! Bernilai tinggi dengan parameter apa? Harga, merk, status sosial?! Parameternya siapa?! Orang-orang kaya saja?! Heh?! Maaf saja, ngga berlaku buat saya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun