Mohon tunggu...
Mardliyatul Faizun
Mardliyatul Faizun Mohon Tunggu... -

i wanna be an author, journalist, diplomat... aamiin... ^-^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Diorama dia

3 Mei 2012   09:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:47 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bumi terus berputar bagai roda.
Dengan detik demi detik yang kan selalu mengiringinya.
Akankah ini selamanya?
Tidak! Karena semua ada ujungnya.
Karena bumi hanya sandaran kita.
Sandaran untuk mencari 'iya'Nya.
Ya, begitu juga dengan dia.
Dia tak ingin terus larut dalam kompleksitas tak berujung.
Yang hanya membuatnya murung.
Yang selalu mengajaknya bertarung.
Bertarung dengan hal yang sebenarnya tak cukup penting untuk dimenangkan.
Tak cukup penting untuk dikalahkan.
Tak cukup penting untuk ditarungkan.
Dia berusaha, walau tak sebenarnya.
Mencoba, dan hasilnya tak ada.
Karna memang tak sebenarnya.
Dia lelah dan payah.
Sungguh lelah dan sakit rasanya.
Ingin dia berobat.
Tapi siapa yang mau berbuat?
Dia pun sadar dan tak ingin menjarah hak semaunya.
Hak kebahagiaan dan ketenangan tentunya.
Biarlah, biarlah dia sendiri mengobatinya.
Kan dicobanya meracik ramuan dengan tangannya.
Dan terlihat kesembuhan mulai ada.
Walau terkadang sakit dan lelah itu masih terasa.
Tapi dia pandai bersandiwara.
Membungkus semua itu dengan senyum dan semangatnya.
Karna dia memang tak ingin ada yang turut merasakannya.
Dia tak berusaha menjadi dewa.
Karna dia hanya manusia yang biasa.
Dia hanya ingin semua baik-baik saja.
Semua senang dan bahagia.
Semua menyanyi dan tertawa.
Terasa indahnya dunia.
Dia pun turut bahagia.
Hingga sakit dan lelah tak lagi terasa..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun