Mohon tunggu...
Iis Sumiati
Iis Sumiati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia

Menyebarkan kebaikan melalui sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbandingan Cerpen Mimpi-Mimpi Laila Majnun Karya Tere Liye dengan Novel Layla dan Majnun Karya Nizami Ganjavi

21 Desember 2023   23:45 Diperbarui: 22 Desember 2023   00:27 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Majnun mencari Laila/Pexels.com

"Mimpi-Mimpi Laila Majnun" merupakan salah satu cerita pendek yang dimuat dalam buku kumpulan cerpen Berjuta Rasanya karya Tere Liye. Cerpen ini mengisahkan tentang laki-laki bernama Qais yang jatuh cinta kepada seorang perempuan bernama Laila. Qais adalah seorang pemuda berkulit hitam yang terlahir dari keluarga tidak mampu sedangkan Laila adalah seorang wanita cantik yang berasal dari keluarga terpandang. Orang tua Laila tidak setuju dengan hubungan mereka. Laila pun dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pemuda hingga akhirnya mereka menikah. Akibat kenyataan pahit inilah Qais selalu menyenandungkan kerinduannya kepada Laila dengan berjalan dari gua tempatnya mengasingkan diri sampai ke rumah sang pujaan hati. Tindakan berlebihan ini membuat Qais dipanggil dengan sebutan Majnun yang artinya "gila".

Cerpen "Mimpi-Mimpi Laila Majnun" memiliki alur atau jalan cerita yang sama dengan novel Layla dan Majnun karya Nizami Ganjavi. Karya asal Persia ini merupakan salah satu novel best seller yang ramai dibaca. Novel ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Qays yang jatuh cinta kepada wanita bernama Layla. Namun, ayah Layla tidak menyetujui hubungan tersebut dan malah menjodohkan Layla dengan seorang saudagar kaya. Kisah Layla dan Majnun ini sekilas mirip dengan cerita Romeo dan Juliet yang ditulis oleh William Shakespeare. Bahkan para tokoh barat menyebut cerita ini sebagai Romeo dan Juliet versi Timur padahal cerita Layla dan Majnun lebih tua dari kisah legendaris tersebut.

Tere Liye mungkin saja terinspirasi dari novel Layla dan Majnun karya Nizami sehingga ia pun menulis sebuah cerpen dengan kisah yang sama. Namun, terdapat beberapa perbedaan antara kisah Laila dan Majnun yang ada di dalam cerpen dengan versi novel. Perbedaan pertama dapat dilihat dari pemilihan judul novel dan judul cerpen. Nizami Ganjavi memilih judul Layla dan Majnun untuk novelnya sedangkan Tere Liye memilih judul "Mimpi-Mimpi Laila Majnun" untuk cerpennya. Dapat dilihat bahwa Tere Liye menambahkan kata "mimpi" pada cerpen ini dan mengubah ejaan nama "Layla" menjadi "Laila". Begitu pun dengan ejaan nama Qays yang diubah menjadi Qais.

Pembukaan cerpen ini diawali dengan penggambaran tempat yang mendeskripsikan negeri Arab dengan segala pemandangan oasenya. Terdapat sebuah perkampungan dengan pepohonan hijau, rumah-rumah berbentuk kotak, dan pohon-pohon kurma. Kemudian diceritakan bahwa ada seorang pemuda bernama Qais yang sedang berjalan untuk memetik kurma. Qais pun menyenandungkan sebuah nyanyian kesenangan. Sementara itu, pada bagian awal novel Layla dan Majnun dikisahkan tentang latar belakang keluarga Qays yang merupakan keturunan seorang raja. Selanjutnya diceritakan awal mula pertemuan Qays dan Layla. Dikabarkan bahwa Qays bertemu dengan Layla ketika sedang menempuh pendidikan di suatu sekolah agama. Ketika itu, Qays langsung jatuh cinta kepada Layla pada pandangan pertama, begitu pun dengan Layla. Qays mulai tergila-gila kepada Layla dan mengagungkan sosok gadis menawan itu ke dalam syair-syairnya. Ia pun tidak segan membacakan puisi Arab itu di sudut-sudut jalan. Qays bahkan tidak memedulikan pendapat orang lain yang berkata buruk tentangnya dan lebih memilih untuk mengacuhkannya. 

Permasalahan di dalam cerpen dimulai ketika Laila dijodohkan dan dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang saudagar kaya. Namun, Laila tidak pernah mencintai laki-laki itu dan tidak mau disentuh olehnya. Kemudian diceritakan bahwa tidak lama setelah menikah, suaminya itu meninggal. Sesudah kepergian sang suami, Laila tidak mampu lagi mengenali Qais. Bahkan ketika suatu malam Qais datang untuk menemuinya, perempuan itu hanya bisa menatap kosong. Disebutkan bahwa Laila sudah kehilangan akal dan melupakan Qais, seseorang yang selama ini dicintainya. Akhirnya Qais pun ikut menggilakan diri demi sang kekasih. Adapun di dalam novel, penggalan cerita ini tidak pernah disebutkan. Layla tetap setia kepada Qays bahkan setelah kematian suaminya, Ibn Salim. Dikisahkan ketika Layla menyadari bahwa hidupnya tidak lama lagi, ia masih saja mengingat Qays. Wanita itu bahkan menitipkan pesan kepada ibunya untuk sang kekasih. Ketika nyawa sudah di kerongkongan, Layla masih saja memanggil nama Qays untuk terakhir kalinya. 

Tere Liye mengisahkan bahwa Laila meninggal tidak lama setelah kepergian suaminya. Mendegar kabar itu, Qais yang sedang bearada di sisi kota pun berlari menerobos rumah-rumah penduduk untuk pergi ke rumah Laila. Ketika sampai di sana, ada banyak penjaga yang siap menghunuskan pedangnya kepada Qais. Namun, mereka semua gagal. Entah kekuatan dari mana, Qais mampu melawan mereka bagaikan seekor banteng yang sedang mengamuk. Diceritakan bahwa Qais membawa kabur mayat Laila dengan seekor unta. Namun sebelum tiba di gua untuk menguburkan kekasihnya, mayat Laila terjatuh karena tubuh Qais sudah semakin lemah. Ia pun ikut menjatuhkan diri. Direngkuhnya tubuh berdebu Laila. Ia sudah siap jika pedang para penjaga itu akan mencabik-cabik tubuhnya. Akan tetapi, para penunggang itu justru dilumpuhkan oleh sebuah badai dahsyat yang datang entah dari mana. Sementara itu, Qais pun telah pergi menyusul Laila. Disebutkan bahwa serumpun bambu tumbuh dari jasad mereka sebagai bentuk prasasti cinta.

Berbeda dengan cerpen, akhir kisah cinta Layla dan Majnun di dalam novel justru tidak demikian. Mayat Layla berhasil dikuburkan oleh keluarganya. Dijelaskan pula bahwa Qays yang mendengar tentang kematian itu berusaha untuk menemui Layla di pemakamannya. Ia berlari bersama segerombol teman-teman hewannya dan mendekati makam Layla. Setelah kepergian Layla, ia tidak mempunyai lagi harapan untuk hidup. Pria itu pun sering kali mengunjungi makam sang kekasih saat ia merindukannya. Hingga pada suatu hari, ia menyeret tubuh lemahnya menuju makam Layla. Sampai akhirnya, maut pun menjemputnya. Ia meninggal dunia di atas pusara Layla. Ucapan terakhir yang keluar dari mulutnya adalah nama Layla. 

Meskipun cerpen "Mimpi-Mimpi Laila Majnun" dengan novel Layla dan Majnun sama-sama berlatar negeri Arab, tetapi ada satu hal yang membedakannya. Di dalam cerpen dikisahkan bahwa Laila tinggal di sebuah oase dengan rumah megah nan mewah. Ia tinggal di sana sampai ajal menjemputnya. Sementara jika dilihat di dalam novelnya, Layla justru tinggal di sebuah tenda bersama dengan sukunya. Bahkan ia juga disebutkan berpindah-pindah dari satu lembah ke lembah lainnya. Perpindahan ini disebabkan karena Majnun selalu saja berusaha untuk mencari keberadaannya. 

Di samping perbedaan-perbedaan itu, ada beberapa kesamaan antara cerpen "Mimpi-Mimpi Laila Majnun" dengan novel Layla dan Majnun. Setting tempat di dalam cerita ini sama-sama berlatar di negeri Arab yang terkenal dengan gurun pasirnya. Kemudian Qais sama-sama disebut Majnun atau gila karena ia telah dibuat gila oleh cintanya kepada Laila. Karena cinta inilah Qais pergi meninggalkan sukunya untuk mengembara demi menjemput cinta Laila. Kisah ini pun diakhiri dengan kematian Laila dan Majnun. Mereka pun disebutkan telah bersatu di alam keabadian.

Jika dianalisis menggunakan skema aktansial greimas, terdapat beberapa persamaan dan perbedaan di dalam cerpen "Mimpi-Mimpi Laila Majnun" dengan novel Layla dan Majnun. Tokoh utama di dalam kedua karya ini adalah Laila dan Qais atau Majnun. Qais merupakan seorang pemuda yang berharap untuk mendapatkan cintanya Laila. Kegilaan Qais terhadap Laila didasarkan pada satu alasan, yaitu cinta. Alasan inilah yang nantinya diharapkan membawa kebahagiaan di antara Qais dan Laila. Keberanian Qais ini didukung besar oleh dirinya sendiri. Ia bahkan rela menjadi Majnun hanya karena diperbudak oleh rasa cintanya kepada Laila. Tidak hanya itu, di dalam novel dijelaskan bahwa selain sikap pantang menyerah yang Qays miliki, pemuda ini juga mendapatkan dukungan penuh dari keluarga, saudara, dan teman-temannya. Namun, dukungan-dukungan tersebut justru ditentang oleh keluarga Layla. Ayah Layla tetap bersikeras untuk menolak Qays. Ia pun menikahkan anaknya dengan pemuda lain. Di dalam novel disebutkan bahwa nama pemuda ini adalah Ibn Salim. Perjuangan Qais pun diolok-olok oleh banyak orang, bahkan mereka sampai menjuluki Qais sebagai Majnun atau orang yang gila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun