Mohon tunggu...
Iis Sholikhati
Iis Sholikhati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Go follow @Iis_sholikhati

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mencari Kebahagiaan

19 Februari 2015   00:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:55 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebahagiaan itu adalah ketika kita bersendiri dan menepi di kamar mendengarkan alunan musik klasik yang membuat hati damai.

Terkadang aku berpikir apa arti kebahagiaan yang sesungguhnya. Kebahagiaan dari kebaikan ataukah menjadi seseorang yang mengalah.

Bagiku, kebahagiaan dapat ku jumpai ketika aku dapat menatap wajah ibu dan bapak tersenyum bangga padaku

Namun pada kenyataannya aku belum sanggup membuat mereka tersenyum bangga. Ya, terkadang aku berpikir apakah aku tidak pantas membahagiakan mereka? Patuh saja mungkin menurut mereka terasa kurang. Seperti halnya mencuci piring, mengantar jemput ibu, atau bahkan kena marah gara-gara salah mengetikan tugas ibu. Entah bagaimana aku ungkapkan semua ini. Aku sadar, aku bukanlah seorang lelaki yang dapat kokoh dan tegap perasaannya meski di terpa badai.

Entah sampai kapan aku kan terus begini. Ibu, aku mencintaimu dari segenap jiwa raga. Ketika ibu sakit, sungguh hati ini terluka menerka-nerka perasaan yang semakin terluka ketika aku melihat ibu berbaring di rumah sakit kala itu. Aku mencintaimu Ibu. Sudikah Ibu memaafkan tingkah dan sikapku?

Ibu, aku adalah mutiara hatimu yang sedang mencari celah keluar agar tak tertutup oleh debu. Meski aku nakal, meski aku manja, meski aku pemarah. Namun, sikapku ini sangat menghargaimu, menghormatimu. Ibu, aku sedang berjuang. Berjuang demi masa depan yang lebih baik. Entah akan menghasilkan emas atau perak yang pasti disini aku akan berjuang.Ini demi kau, Malaikat yang selalu menyebut namaku dalam setiap "doa"nya.

Bapak, terimakasih yang selalu bekerja keras untuk keluarganya. Aku rindnu bapak. Rindu bapak yang dulu. Bapak yang selalu tersenyum dengan gigi putihnya. Namun, entah periode waktu dan umur mengubahmu bersikap bijaksana. Bahkan aku jarang melihat engkau tersenyum lebar dirumah. Bapak, maafkanlah aku yang sempat menyalahkanmu dalam beberapa hal. Memang terpikir tidak logis. Bapak aku mencintaimu dari dalam jiwa dan raga. Aku sedang berjuang untukmu. Untuk membahagiakan bapak. Untuk melihat bapak tersenyum dengan gigi putih bapak.
Ibu, Bapak.
Kebahagiaanku hanya kalian. Jauh dari hati yang paling dalam, aku menyayangi kalian. Mencintai kalian.
Ibu, meski ibu terkadang memarahiku. Meski bapak terkadang membentakku. Aku mengerti. Itu semua untuk kebaikanku.
Ibu, bapak doakan putri kecilmu ini menjadi sosok wanita dewasa yang anggun dan dapat membahagiakan kalian. Izinkan aku berjuang untuk kalian.
Aku sayang Ibu dan bapak
Putrimu, Iis Sholikhati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun