Menuju Kesuksesan Part 1
Malam sunyi terasa sepi
Ku lukiskan sejuta bintang di bennaku
Agar Kelak ku dapat gapai bintang itu
“Awal cerita yaaaaa ^_^”
Pada saat itu Kegagalan bagiku adalah sebuah keberhasilan yang tertunda . Bertekad untuk merubah semua dari setahap hingga ke tahap berikutnya. Pepatah mengatakan “Hidup itu berawal dari Mimpi”.
Aku ingat saat tanggal 7 Mei 2010 saat pengumuman kelulusan tiba, gemuruh suara terdengar mendebarkan jantungku dan nama ku pun disebut “Ananda Melissa Sahab” dinyatakan “Lulus”, tertulis dikertas itu.
“Subhannallah,Alhamdulillah aku lulus”, gumamku.
Kebahagiaan ini tak dapat diungkapan lewat kata-kata. Ku lihat Nem UN ku 32.
“Ya Allah Nem ku hanya 32 bagimana ini?
“Mungkinkah aku masuk di SMA yang aku inginkan ? “ gumamku.
Namun aku tetap bersyukur .
“Alhamdulillah, engkau telah mengabulkan doa ku ya Allah”, ujarku dalam hati.
Pendaftaran SMA di mulai ku coba telusuri sekolah-sekolah yang ada di Pekalongan. Awalnya ku beranikan diri untuk mendaftar di SMA N 1 Pekalongan. Aku daftar bersama sahabat-sahabatku yaitu : Ekky , Puspita , Ecca , Ricky dan Fira namun nasib kami sama ternyata kami sama-sama tidak diterima di SMA tersebut karena tahap test tertulis tidak lolos.
“ Yah.. Kita sama-sama gak lolos nih Lis ?”, ujar Fira
“Yaa gimana lagi Fira, kita tetep harus sabar aja deh, mungkin Allah masih belum ngasih kesempatan”, Jawabku dengan senyum.
“ Terus kita mau kemana lagi ini setelah dari SMA ini?”, ujar Ecca.
“ Ayo ke SMA N 3 Pekalongan saja, Insya Allah kita bisa”, jawab Puspita dengan semangat.
Akhirnya tahap ke dua pun kami putuskan untuk melangkah ke SMA N 3 Pekalongan dan lagi –lagi kami tak di terima karena urutan jurnal kami mepet.
“Astaghfirullahaladzim Lis.. kenapa nasib kita sama sih?”, ujar Ricky.
“ Hehee... belum di izinkan aja mungkin”, jawabku dengan datar.
“Ya Allah harus gimana lagi SMA yang kita inginkan menolak kita juga gara-gara nem nya kurang. Apa kita bodoh ya?”, Ujar Ecca
“Hus.. jangan ngomong gitu ca.. gak baik”, jawab Ekky
Berfikir dan terus berfikir itulah yang kami rasakan saat ini namun kami tak berputus asa. Kami tetap mencari SMA agar kami dapat bersekolah .
Malam hari nya kira-kita pukul 03.00 WIB aku sholat tahajud agar di berikan petunjuk yang baik dimana aku untuk bersekolah. Setelah selesai tahajud aku pun tertidur kembali. Ketika aku tidur mimpi-mimpi langakah kaki ku terus terbayang ingin sekali ku pijakan kaki ku di SMA-SMA tersebut namun tak dapat ku ulang kembali tapi anehnya dalam mimpi ku terdapat dua buah SMA ynag belum aku kunjungi dan mimpiku terpusat ke SMA N 2 Pekalongan dan SMA N 4 Pekalongan.
Pagi harinya aku meminta pendapat pada guru Bahasa Inggris ku yaitu Pak Edy dan menanyakan perihal mimpi-mimpiku.
“Pak setelah saya sholat tahajud rasanya aku di perlihatkan dua buah SMA yang belum aku kunjungi yaitu SMA N 2 dan SMA N 4 Pekalongan,Apa maksud dari mimpiku tersebut Pak?”, tanyaku dengan bingung.
Pak Edy hanya tersenyum lalu berkata “ Coba saja daftar di SMA N 2 Pekalongan , Insya Allah kamu bisa disana”, jawabnya.
Aku benar-benar bingung mau mengambil keputusan kemana aku aku mendaftar sekolah dan ku coba kembali bertanya pada guru agamaku .
“ Turutilah nasehat orang tuamu karena dengan itu akan menjadi barokah untuk hidupmu”ujarnya.
Malam harinya aku meminta pendapat dengan ke dua orang tua ku dan ternyata beliau mengizinkan ku mendaftar di SMA N 4 Pekalongan dan tidak mengizinkan ke SMA N 2 Pekalongan karena jarak antara rumah ku dan SMA itu terlalu jauh. Pada awalnya aku sangat ragu atas keputusan ibuku yang memintaku untuk bersekolah di SMA N 4 Pekalongan namun aku mencoba menghapus segala keraguanku terhadap SMA tersebut karena bagiku restu ibu ku adalah segala-galanya bagiku dan ku putuskan untuk mendaftar. Akhirnya aku pun di terima dan tak menyangka ternyata aku di pertemukan kembali dengan sahabat-sahabatku .
Seiring berjalannya waktu masalah demi masalah kian hari menghampiriku dan itu semua membuatku merasa tak tenang di SMA ini. Aku duduk di kelas x-1. Kelas yang terkenal dengan Silence atau biasa anak-anak dari kelas lain memanggil dengan sebutan kelas sepi yang seperti kuburan karena berisikan anak-anak yang lugu dan pendiam.Ku coba adaptasi dengan mereka dan mereka menerimaku dengan baik. Lambat laun ku temukan jati diriku pada pelajaran Kewarganegaraan iya karena aku mengerti tentang hukum dan ingin menjadi politikus serta mengerti tentang ilmu perhukuman. Pada saat pelajaran Bk berlangsung, Pak Wi selaku guru Bk menjelaskan tentang penjurusan untuk kelas XI. Kita semua pun larut dalam perbincangan tentang pemilihan jurusan.Tiap kali ditanya pasti teman-temanku semua menjawab dengan kompak “IPA” .
“Mengapa gak Ips?”, pikirku.
Memang benar anak Ipa cenderung lebih pintar sedangkan Ips cenderung lebih brutal namun menurutku tak ada masalahnya kalau ada yang mengambil jurusan ke Ips. Waktu itu teman sebangku ku bertanya padaku
“ Lis.. kamu mau milih jurusan apa?”, ujar Ulya .Ulya adalah salah seorang teman sekelasku
Aku hanya tersenyum.
“Ips mungkin Ulya”, jawabku dengan santai.
“Apa.. IPS? Hahahaha..Aku enggak salah dengarkan?”, sahutnya.
“Enggak Ulya.. Insya Allah aku Ips”, jawabku kembali dengan senyum .
Selain itu teman-temanku juga membicarakan tentang perguruan tinggi . Ada yang menjawab mau melanjutkan ke Undip, UNS, UNNES, dan lain –lain dan tiba-tiba Ulya menanyaiku lagi
“Lis kamu mau kuliah dimana setelah lulus?”, tanya Ulya
“Insya Allah merintis ke Al-azhar university “, jawabku dengan senyum.
“Apa.. Al-azhar Mesir itu? Haahahhaa”, ujarnya dengan tawa
“Bukannya gak ada salahnya kan kalau kita bercita-cita ke al-azhar”, jawabku kembali
Setelah dia puas menertawakan tentang cita-cita ku . Dia langsung bergegas menyebarkan info tersebut ke teman-teman yang lain dan mengatakan bahwa cita-citaku aneh. Aku hanya terdiam dan merasakan sakitnya perkataan dia. Semangatku dan cita-citaku tuk gapai semua ini seakan luntur. Aku tak sanggup dengan semua ini namun ku tegarkan diriku untuk membangun semangatku kembali.
“Sebenernya aku pengen masuk Ips karena aku kepengen banget jadi pengacara,” gumamku dengan suara lirih.
Namun ternyata Ulya mendengar gumaman ku tadi .
“Pengacara Lis.. Pengacara itukan Pengangguran banyak acara?”. Ujar Ulya
Sungguh malang nasib ku ini hidup dengan penuh tertawaan teman-teman.
“Astaghfirullahaladzim”,batinku
Menurut mereka profesi pengacara itu tak menjamin kelangsungan hidup namun menurutku kita juga dapat membuat lapangan pekerjaan sendiri dengan kreativitas yang kita punya seperti menulis dengan menulis kita juga bisa menghasilkan uang. Menurut teman-temanku orang Indonesia hanya bisa Kereaktif bukan kreatif tapi bagiku pandangan teman-temanku itu salah besar karena lihat saja perjuangan Pak B.J. Habibie. Beliau orang Indonesia tapi beliau juga sangat kreatif buktinya saja beliau mampu membuat pesawat terbang yang luar biasa. Beliau juga pintar dan mendapat beasiswa ke Jerman dan bekerja disana.
“Aku ingin seperti beliau yang mempunyai semangat yang gigih, walaupun dahulu beliau juga pernah mengalami kontroversi dengan masayarakat”,batinku.
Kegigihannya menjadikan ku bersemangat dan memotivasiku untuk lebih giat dan terus bekerja dengan semangat. Beliau melakukan sesuatu dengan pelan-pelan namun pasti seperti hal nya aku mempunyai cita-cita ke Mesir dan melanjutkan ke Al-azhar agar aku dapat membuktikan bahwa aku sanggup ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H