Mohon tunggu...
Iis Daniar
Iis Daniar Mohon Tunggu... Dosen - Iis Nia Daniar

Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Improvisasi dalam Pembelajaran Berdiferensiasi

19 Februari 2023   13:44 Diperbarui: 19 Februari 2023   13:48 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

oleh: Iis Nia Daniar

Pada awal pembelajaran modul ini, saya agak kebingungan karena dalam bayangan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas akan semrawut (chostik). Akan tetapi, ketika dipelajari lebih lanjut ternyata bayangan saya salah. Pembelajaran berdiferensiasi bukan menuntut guru untuk mampu memenuhi semua kebutuhan murid, melainkan pelaksanaannya ada penyesuaian-penyesuaian. 

Karena penyesuaian inilah yang membuat pembelajaran berdiferensiasi terasa mudah dijalankan. Penyesuaian tersebut di antaranya adalah kompetensi guru, karakteristik materi, kompetensi murid, karakteristik sekolah. Dari hal tersebut alhasil guru memang harus bisa merancang pembelajaran sebelum pelaksanaan di kelas. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus dapat mendeskripsikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut.

  1. Apa yang akan murid lakukan?

  2. Apa yang guru lakukan? 

  3. Apa yang dibuat murid?

  4. Penilaian yang bagaimana yang akan dilakukan guru?

 Akan tetapi, sebelum kita merancang RPP, langkah awal adalah mengetahui kebutuhan para murid. Tomlinson mengatakan bahwa ada setidaknya tiga kebutuhan murid, yaitu kesiapan belajar, minat murid, dan profil belajar murid. Setelah penganalisisan  kebutuhan murid  dan pemetaan murid berdasarkan kebutuhan selesai, baru guru merancang pelaksanaan pembelajaran. Bisa juga dikatakan skenario pelaksanaan pembelajaran karena  bisa saja terjadi improvisasi dalam pelaksanaannya. 

Contoh improvisasi adalah ketika kelompok murid yang hanya tahu konsep tidak dapat menghasilkan produk yang kita pilihkan untuk mereka, berarti guru harus dapat mengubah bentuk produk saat pembelajaran berlangsung. Atau dalam proses murid yang masuk pada kelompok memahami konsep dan mampu menerapkan, ternyata tidak bisa semua, ini berarti ada indikasi kesalahan pemetaan kebutuhan pada kelas tertentu. Dengan kata lain di kelas lain berhasil, tetapi di kelas tertentu murid sulit untuk mengikuti, guru harus siap dengan kondisi yang demikian. Ingat kita adalah pemimpin pembelajaran!

Memang tidak mudah juga dalam pengejawantahannya, tetapi mari kita coba bersama! Dengan dukungan para pemangku pendidikan, kepala sekolah dan tim manajemen, pembelajaran berdiferensiasi optimis bisa terlaksana. Apalagi saat ini yang dilaksanakan adalah kurikulum merdeka. Materi yang ada pada kurikulum merdeka hanya materi esensial sehingga guru memiliki waktu untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Dengan pembelajaran berdiferensiasi, para murid mempunyai peluang untuk menguasai konsep materi dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.  Keberhasilan satu kelas adalah lebih baik daripada keberhasilan satu murid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun