Mohon tunggu...
Iis Daniar
Iis Daniar Mohon Tunggu... Dosen - Iis Nia Daniar

Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Pemikiran KHD di Tengah Arus Globalisasi: Menjadi Guru seperti Reyhan

2 November 2022   15:26 Diperbarui: 2 November 2022   15:32 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh    : Iis Nia Daniar

Potret pendidikan Indonesia saat ini sangat miris apabila membaca beberapa berita kekerasan yang dilakukan guru terhadap para siswanya atau pun seballiknya. Nilai-nilai luhur tentang moral yang sejatinya ditransformasikan oleh para guru di sekolah lama-kelamaan seolah luntur. Hal tersebut banyak yang mengklaim bahwa perilaku para siswa adalah akibat perkembangan zaman. Perkembangan zaman dengan penawaran perkembangan teknologi tidak diimbangi dengan permintaan penanaman budi pekerti sehingga berdampak pada ketidakpuasan nurani. Ketidakpuasan nurani ini memicu keluarnya  sifat negatif.

Memang benar pendidikan itu bukan semata-mata wewenang dan kewajiban para guru yang berada di sekolah, semua elemen harus bertanggung jawab pada "output" pendidikan. Siapa sajakah elemen pendidikan itu? Elemen yang pertama adalah keluarga. 

Keluarga menjadi elemen yang sangat fundamental karena di sinilah awal dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran walaupun pendidikan yang dilakukan tidak diinsyafi. Orang tua menyelenggarakan pendidikan yang tidak teratur karena hanya didasarkan oleh keharusan mempertahankan keturunan. Akan tetapi, setidaknya  dari arahan dan bimbingan orang tualah anak mampu menguasai diri dan mengembangnya kognitif.

Elemen yang kedua adalah pemerintah. Pemerintah sebagai pengatur kebijakan dalam pendidikan harus mampu mewadahi semua inspirasi positif yang mengarah kepada ke kemajuan pendidikan Indonesia. Tentu dalam hal tersebut, upaya pemerintah yang kongkret di antaranya adalah mengadakan pelatihan-pelatihan mandiri seperti yang ada dalam  PMM dan program Guru Penggerak. 

Dalam proram Pendidikan Guru Pengerak (PGP) diharapkan dapat mencetak guru-guru yang keinsyafannya terhadap pendidikan didasari oleh pemikiran Ki Hadjar Dewantara, yaitu budi pekerti, ing ngarso sung tulodo, dan ing madyo mangun karso. Guru sebagai elemen ketiga dalam pendidikan menjalankan semua hal yang diamanatkan oleh pendidikan nasional, tentu saja semua tidak terlepas dari aturan-aturan dan kebijakan pemerintah.

Guru sebagai pelaku pendidikan harus memiliki kompetensi mengajar dan mendidik di samping kompetensi administratif. Mari mengingat kembali empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru: pedagogis, professional, kepibadian, dan sosial. Keempat kompetensi tersebut seyogyanya mengacu pada pemikiran KHD tentang pendidikan yang disebutkan sebelumnya.

Begitu sulit menjadi guru yang baik karena yang baik hanya Reyhan, mungkin guyonan ini yang akan terlontar dari para guru. Apalagi di tengah arus globalisasi yang kental akan paham materialistik dan individualistik. Namun, inilah tantangan yang harus dilakukan oleh para guru sebagai ujung tombak pendidikan. Ketika sudah terlanjur menjadi seorang guru, mau tidak mau kita harus menjadi guru yang dapat memberikan tuntunan bagi semua para siswa. 

KHD menginspirasikan bahwa para guru selayaknya memberikan tuntunan hidup yang dapat menebalkan sifat positif dan menyamarkan sifat negatif para siswa. Kedua sifat itu adalah kodrat alam, tetapi dalam prosesnya kita jangan melupakan kodrat zaman. Jadi, semua hal yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran harus berpegang pada kedua kodrat tersebut: kodrat alam dan kodrat zaman.

Interpretasi pemikiran KHD tentang pendidikan diharapkan mampu menggubah orientasi para guru bahwa pengajaran dan pendidikan yang dilakukan adalah siswa dan hanya untuk siswa bukan sekadar gugur kewajiban tugas negara. 

Dengan demikian, pendidikan yang menciptakan generasi emas untuk masa mendatang dapat terwujud. Generasi emas yang dimaksudkan bukan hanya bertumpu pada kualitas kognitif, melainkan juga pada berkembangnya nilai-nilai luhur pada output. Yang perlu digaribawahi tujuan seorang guru tidak menjadikan para siswa menjadi pintar, tetapi membangun peradaban yang tetap menjunjung nilai-nilai bangsa. Jadi, yang sulit dilupakan bukan hanya Reyhan, melainkan guru yang baik pun sulit dilupakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun