Mohon tunggu...
Iis Istikomah
Iis Istikomah Mohon Tunggu... Lainnya - saya merupakan mahasiswa aktif UIN saizu purwokerto

saya orang yang tidak terlalu suka menonton film tapi selalu suka dengan hal hal baru di sekeliling saya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Enaknya Hidup di Pesantren

13 Juni 2022   11:30 Diperbarui: 13 Juni 2022   12:10 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler


Kata pesantren mungkin sudah tak asing lagi dikalangan masyarakat. Pesantren merupakan sebuah sarana untuk belajar ilmu agama yang dibimbing atau diasuh langsung oleh guru yang biasa disebut Kyai. Sedangkan anak-anak yang belajar di pondok pesantren dinamakan santri, biasanya disebut juga santriwan bagi santri laki-laki, dan santriwati bagi santri perempuan.

Menurut H.M. Arifin tujuan umum pesantren adalah membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.

Saat mendengar kata santri tak sedikit orang yang beranggapan bahwa santri itu kampungan, budug atau gatal-gatal, kurang update, dan cemoohan-cemoohan lainnya. Padahal hidup sebagai santri itu begitu nikmat, kita hanya tinggal makan, tidur, belajar, dan mengaji tentunya. 

Dengan melakukan itu saja orang tua kita akan tetap mengirim kita uang jajan setiap bulannyaa. Perihal gatel-gatel itu sebenarnya hanya berlaku bagi santri yang jorok atau jarang mandi, bagi kalian yang ingin mondok tapi takut budug, tenang saja, asalkan kita hidup bersih dan sering membersihkan badan saat di pondok hal itu tidak akan ter-alami. Enak bukan hidup di pondok? Lalu apa lagi sih enaknya mondok di pesantren?

Pertama, paham tentang agama
Dari kata pesantren saja sudah dapat disimpulkan bahwa siswa yang belajar di tempat itu tentu akan paham tentang Islam. Dari pagi sampai malam seorang santri akan disibukan dengan jadwal mengaji yang telah ditentukan. Ia akan diampu langsung oleh ustadz sesuai kelasnya. Jadi tidak heran jika pengetahuan santri dengan anak lainnya akan berbeda. Mungkin anak lainnya hanya mendapat ilmu agama saat pelajaran PAI di sekolah saja, lain halnya dengan santri yang jadwalnya begitu padat.

Kedua, belajar hidup mandiri
Mandiri disini bukan berarti mandi sendiri ya, karena di pesantren itu kadang kita mandi bareng teman, biasanya satu kamar mandi bisa muat dua sampai tiga orang, mengingat jumlah kamar mandi tidak sebanding dengan jumlah santrinya. Mandiri disini artinya kita mampu melakukan sendiri sesuatu yang biasa dikerjakan oleh ibu dirumah, seperti mencuci, memasak, menyetrika, dan lainnya. Jadi saat kita sudah dewasa hal itu sudah menjadi kebiasaan.

Ketiga, belajar hidup toleran dengan sesama
Dalam satu kamar di pesantren, kita akan dipertemukan dengan bermacam-macam orang. Ada yang berbeda daerah, suku, bahasa, bahkan pemikiran dan sifat yang tak sama pula. 

Oleh karena itu sebagai santri maka lambat laun akan terbiasa dengan perbedaan. Kita akan bisa menghargai pendapat orang lain saat tidak sesuai dengan pendapat kita. 

Selain itu, di Pesantren kita juga akan menemukan istilah pinjam-meninjam barang, mulai dari pinjam baju, rok, sandal, tas, atau bahkan uang jajan. Jadi jangan khawatir jika kalian kehabisan baju gara-gara belum kering atau kehabisan uang saat belum saatnya kiriman, tinggal pinjam saja ke teman satu kamar, karena hal itu sudah menjadi sesuatu yang tak aneh lagi seakan menjadi ciri khas santri.

Keempat, terhindar dari pengaruh dunia luar
Di era yang semakin maju ini, pergaulan dunia luar sangat mengerikan. Arus globaliasi telah mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Namun selama kita tinggal di pesantren kita akan terhindar dari dampak negatif globalisasi. Karena kita akan dibekali tentang akhlak dan adab agar mampu menghadapi arus itu dan pesantren itu akan memberikan dampak dan energi positif bagi santrinya

Kelima, semua terasa enak
Bagi santri makanan apapun terasa enak, entah karena lapar atau doyan, makan dengan nasi campur sambal pun rasanya seperti makan dengan daging ayam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun