Masih menjadi hal yang tabu di kalangan masyarakat Indonesia, menjadikan pendidikan seksual minim untuk dibicarakan. Padahal, ini sangat penting sekali untuk dibahas, melihat mulai banyaknya anak-anak di Indonesia yang kekurangan edukasi soal seks bebas. Anak-anak yang sudah beranjak ke fase remaja harus dibekali dengan pengetahuan tentang pendidikan seks supaya tidak berakibat fatal ketika ia mulai penasaran mengenai hal tersebut. Melalui pendidikan seksual, anak-anak dapat memahami tentang pentingnya hal ini untuk kebaikan diri mereka, bukan hanya tentang hubungan badan pria dan wanita saja. Meskipun masih minim diedukasikan, nyatanya sudah banyak remaja Indonesia yang terjerumus oleh masalah ini. Ditinjau dari survei yang telah dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kemenkes pada Oktober 2013, menemukan ada 63% remaja sudah melakukan hubungan seks di luar nikah. Sementara menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) di tahun 2017 mengungkapkan 2% remaja wanita dan 8% remaja pria di usia 15-24 tahun mengaku telah melakukan hubungan seks pranikah. Lalu 11% di antaranya mengalami kehamilan di luar rencana.
Pendidikan seksual seharusnya sudah mulai diberikan seusia dini. Di usia praremaja, biasanya anak-anak mulai penasaran dan punya rasa ingin tau yang kuat. Di sini lah peran orang tua sebagai tempat pertama mereka belajar segala hal harus mampu bertanggung jawab untuk memberikan edukasi tentang hal ini. Orang tua akan banyak mendapatkan pertanyaan-pertanyaan seputar seksualitas. Banyak orang tua yang masih bingung bagaimana cara memberikan pendidikan seksual kepada anak. Perasaan tidak nyaman dan risih menjadi faktor penghambat para orang tua untuk memberikan pendidikan seks pada anak mereka.
Memberikan pemahaman seks kepada anak bisa dimulai saat anak berusia 3-4 tahun ketika anak-anak mulai belajar untuk mengenali anatomi fisiologis dari tubuhnya. Orang tua dapat mulai membantu anak untuk mengenali bagian tubuhnya beserta fungsi dan kegunaannya. Mereka mungkin mulai menyadari adanya perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Gunakan kesempatan itu sebagai wadah untuk memberikannya pemahaman mengenai seksualitas. Memberikan pemahamannya pun harus diberikan secara bertahap sesuai dengan perkembangan usia dan daya tangkapnya. Supaya tidak terjadi miskonsepsi terhadap hal yang diberikan.
Pada usia 5-9 tahun, mulai jelaskan tentang apa itu menstruasi pada wanita, mimpi basah, masturbasi, dan kata-kata seksual lainnya. Beritahu tentang proses reproduksi secara sederhana, bagaimana asal-usul terciptanya seorang bayi. Pada anak yang sudah memasuki Sekolah Dasar atau berusia 9-12 biasanya akan sering mendengar kata seks. Bila hal itu terjadi, beritahukan mereka bahwa hubungan seks hanya boleh dilakukan pada orang dewasa yang telah menikah. Jika anak sudah memasuki usia remaja, beritahukan tentang dampak dan risiko dari berhubungan seksual sebelum menikah tanpa menggunakan pengaman. Saat orang tua mulai merasa kebingungan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan anak, orang tua dapat menggunakan alat bantu dari media lain. Seperti memanfaatkan buku, majalah, berita di televisi, ataupun hal lain yang berhubungan dengan seksualitas. Namun tetap harus melihat batasan usia dan daya pikirnya. Semakin sering para orang tua mendiskusikan tentang pendidikan seksual, maka rasa tidak nyaman yang awalnya menjadi penghambat perlahan-lahan mulai menghilang.
Bila bukan orang tua yang memperkenalkan sejak dini tentang topik seksualitas, anak-anak akan menanyakan hal tersebut kepada teman sebayanya atau jejaring internet dan media sosial. Ini akan lebih membahayakan bila mereka justru menemukan portal atau situs-situs berbahaya untuk dilihat oleh anak seusia mereka. Bukannya memberikan pemahaman malah justru menjerumuskan. Supaya tidak ada pemahaman yang keliru, peran orang tua dibutuhkan untuk menunjang pola pikir anak tentang seksualitas. Maka dari itu, penting untuk memperkenalkan tentang pendidikan seksual di usia sedini mungkin. Agar nantinya, anak-anak dan remaja di Indonesia punya pemikiran yang terbuka terhadap hal ini.
Penulis: Iis Binar Cahyani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H