Menurut Smith dan Luckasson terdapat tujuh step perencanaan Individualized Education Program (IEP). Langkah menyusun program pendidikan individualisasi tersebut, yaitu: referral, assesmen, identifikasi, analysis of services, placement, instructional decision making, dan  evaluasi program.
Langkah pertama, referral. Referral atau pengalihtanganan merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik ke dalam layanan khusus. Proses pengarahan dimulai dengan meminta informasi atau data yang berkaitan dengan kondisi anak, kemampuan dan keterbatasannya, di sekolah pengalihtanganan atau rujukan yang diperoleh guru adalah hasil pengamatan terhadap perilaku dan hasil belajar peserta didik, sehingga guru dapat mengambil keputusan apakah anak tersebut memerlukan layanan khusus atau tidak.
Langkah kedua, assessment. Assessment adalah penilaian yang  diajukan untuk menentukan apakah anak tersebut mengalami hambatan atau kecacatan, apakah pendidikan khusus diperlukan, dan jenis layanan yang seperti apa yang dibutuhkannya. Informasi yang dikumpulkan merupakan input peserta didik yaitu berupa kemampuan awal dan karakteristik peserta didik yang menjadi acuan utama dalam mengembangkan kurikulum dan bahan ajar serta penyelenggaraan proses pembelajaran.
Langkah ketiga, identification. Identification merupakan proses yang terjadi dalam tahap penilaian. Pertama, tes penilaian, mengidentifikasi apakah seorang peserta didik mengalami kecacatan, kedua mengelompokkan tingkat kecacatannya (misalnya: mental retardasi, ketidakmampuan belajar, perilaku menyimpang, cacat penglihatan, cacat pendengaran, kelemahan berbicara atau berbahasa).
Langkah keempat, analysis of service. Analysis of Service adalah dasar bagi peserta didik yang menerima IEP, yang menunjukkan kebutuhan peserta didik dalam menerima layanan pendidikan dan layanan yang terkait dengan pendidikan tersebut. Contoh seorang peserta didik membutuhkan therapy sesuai dengan hambatan yang dimilikinya, alat bantu khusus komunikasi agar dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran atau kebutuhan instruksional di bidang akademis, seperti membaca, menulis, dan berhitung.
Langkah kelima, placement. Placement adalah penempatan berupa perencanaan program individual meliputi penempatan yang sesuai dengan hasil analisis terhadap kondisi peserta didik. Penempatan mencakup dua konsep utama yaitu; pertama, lingkungan yang lebih luas yang menjelaskan bahwa peserta didik harus digabungkan dengan peserta didik regular sebanyak mungkin dan dilibatkan dalam berbagai aktivitas kemasyarakatan.
Langkah keenam, instructional decision making. Instructional Decision Making artinya pada tahap instruksi pengambilan keputusan dibuat program pembelajaran yang akan diterima anak. Sasaran dan tujuan dinyatakan dalam hal yang lebih spesifik. Tujuan berfokus pada anak, dengan menunjukkan apa yang diharapkan dari anak setelah melengkapi program instruksional. Sasaran dan tujuan ditulis dengan jelas untuk setiap anak yang membutuhkan layanan khusus, dan ditentukan baik tugas maupun konsep yang akan diajarkan dan level kesuksesan yang harus dicapai.
Langkah ketujuh, evaluasi program. Evaluasi program yakni program pembelajaran individual dievaluasi dengan cara pertama, peserta didik yang menerima PPI, dievaluasi ketika peserta didik berperan aktif dalam rencana selama masa sekolah, dengan menggunakan metode pengumpulan data. Kedua, setiap PPI, peserta didik dievaluasi setiap tahunnya. Sejalan dengan tumbuh dan belajarnya peserta didik, keputusan pembelajaran yang dibuat tiap satu tahun bisa jadi tidak berlaku lagi untuk tahun berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H