Teman-teman, new normal bukan menjadi hambatan untuk mengajarkan ilmu pada anak. Terlebih mengenai pendidikan seks. Ilmu ini sangatlah penting, agar kita paham cara yang benar mengajari anak kecil sampai dengan remaja mengenai hal yang masih tabu ini.Â
Sehingga kita mudah untuk menjelaskan dan sekaligus melatih anak untuk waspada terhadap hal yang tidak benar. Yang pada faktanya, 30% pelaku kekerasan seksual adalah orang yang dikenal oleh si anak.
Mudahnya dengan mengajarkan rambu-rambu lalu lintas. Merah untuk berhenti, kuning untuk hati-hati, dan hijau untuk berjalan. Teman-teman bisa menggunakan simulasi menggunakan boneka ketika akan mengajarkan toodler (anak usia 1,5-3 tahun) dengan memberikan tanda pada setiap bagian dengan penting dengan warna merah, kuning, dan hijau.Â
Bahasa yang digunakan untuk toddler harus konkrit, sederhana, dan mudah dipahami. Jangan sampai membuat mereka takut atau sampai trauma.
"Yuk, ini bunda punya boneka. Warna hijau untuk daerah aman yang boleh dipegang ya, kak. Kalau warna kuning, kakak harus hati-hati. Yang warna merah, tidak boleh dipegang sama sekali oleh orang lain. Tandanya "STOP", enggak boleh dipegang. Ok kak!"
Pada saat kondisi tidak benar, ajarkan anak untuk:
1. Berani bilang kalau tidak suka
2. Berani teriak, menjerit, tendang, dan gigit, dll
3. Lari ke tempat yang ramai
Saran dari psikolog, gunakan bahasa ilmiah ketika menjelaskan tentang perbedaan alat kelamin. Perempuan adalah vagina dan payudara. Laki-laki adalah penis. Jangan buat perumpamaan yang aneh-aneh.Â
Contohnya orang tua yang menyebut vagina dengan istilah dompet. Yang bahaya, ada orang lain yang tahu kebiasaan orang tua tersebut dan ketika anak sendirian, orang ini bisa bilang, "dompet kamu boleh lo dimasukkan uang". Harus hati-hati banget ya teman-temanku semua.