Sampah hingga kini menjadi permasalahan yang belum dapat tertangani secara maksimal. Berbagai daerah mulai kewalahan menghadapi membludaknya sampah di TPST. TPST Piyungan yang berada di Kabupaten Bantul Yogyakarta merupakan salah satu yang kerap mengalami dampak membludaknya sampah hingga menimbulkan polemik bagi warga sekitar. Dusun Nandan merupakan satu dari 16 dusun yang ada di Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman yang turut menyumbangkan sampah di TPST Piyungan.
Biasanya warga mengatasi permasalahan sampah dengan cara membakarnya, membuangnya di jugangan (tanah dipekarangan rumah yang digali untuk menimbun sampah), atau membayar jasa pembuangan sampah yang nantinya akan berahir di TPST. Tentu perilaku tersebut belum dapat mengatasi permasalahan sampah tetapi justru menimbulkan permasalahan baru.
Sampah yang dibakar menurut Lemieux peneliti dari National Risk Management Research Laboratory, US-EPA, pembakaran sampah pada kondisi pembakaran dan suhu yang rendah dapat menghasilkan gas racun dioksin/furan lebih tinggi daripada insenerator yang terkendali. Dioksin dan furan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker, gangguan pada sistem reproduksi dan cacat lahir; sedangkan jangka pendek akan menyebabkan kerusakan hati, kehilangan berat badan ataupun penurunan sistem kekebalan tubuh.
Sementara sampah yang dikubur ke dalam tanah dapat mencemari air tanah. Hal tersebut dikarenakan tidak semua sampah dapat hancur setelah dikubur seperti plastik, logam, alumunium, kaca, dan masih banyak lagi yang lainnya. Sementara sampah yang dibuang di tempat pembuangan sampah lambat laun akan menjadi timbunan sampah yang tidak dapat lagi terkontrol. Oleh karena itu, perlu ada perubahan perilaku masyarakat untuk menekan sampah.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tim PKM-PM UAD merintis “Relawan Sadar Lingkungan”. PKM-PM merupakan salah satu wujud implementasi Tridharma Perguruan Tinggi yang diluncurkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada tahun 2021 di bawah pengelolaan Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa).
Program tersebut merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan, mewadahi, dan mewujudkan ide kreatif serta inovatif mahasiswa di bidang pengabdian kepada masyarakat. PKM-PM UAD merupakan salah satu tim yang terpilih untuk membantu menyelesaikan permasalahan dimasyarakat khususnya sampah.
Tim PKM-PM UAD yang terdiri dari Ajeng Suci Ratnaningsih, Isah Fitriani, Dwi Aristi, Feti Setyowati, Annisa Novasari dan Iis Suwartini, M.Pd. sebagai dosen pembimbing mengusung program “Kaderisasi Relawan Sadar Lingkungan Menuju Ekonomi Kreatif Berbasis Technopreneurship di Desa Sariharjo.” Program tersebut akan dilaksanakan selama 4 bulan secara daring dan luring dengan menerapkan protokol kesehatan. Kegiatan tersebut terdiri dari sosialisasi, penyuluhan, pelatihan, pendampingan, peningkatan kapasitas SDM, penerapan teknologi, dan merintis bisnis wirausaha pupuk dan budidaya ulat maggot.
Adapaun kegiatan terkait dengan perubahan tata kelola sampah. Relawan Sadar Lingkungan yang terbentuk bertugas menggerakkan masyarakat untuk menyukseskan program. Sampah terlebih dahulu dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik akan dikelola menjadi pupuk. Untuk sampah organik yang basah akan diolah menjadi pupuk kompos dengan bantuan bahan kimia (formula) sementara untuk sampah kering dengan bantuan alami yaitu ulat maggot. Dari proses tersebut terdapat 2 produk yang dihasilkan yaitu pupuk dan ternak ulat maggot yang dapat dijual untuk pakan ternak. Sementara sampah anorganik dijual melalui aplikasi rapel. Dari sumber pendapatan yang diperoleh dari pengolahan sampah akan dikelola oleh Karang Taruna untuk mendukung program kerja di desa. Sampah yang semula masalah kini berubah jadi berkah. Dengan berubahnya perilaku masyarakat dalam mengolah sampah diharapkan dapat menekan produksi sampah rumah tangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H