Mohon tunggu...
Iis Suwartini
Iis Suwartini Mohon Tunggu... Dosen - Dosen PBSI FKIP Universitas Ahmad Dahlan

Iis Suwartini merupakan dosen di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta sejak tahun 2014. Mengajar pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saat ini sedang menempuh studi S3 pada jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Sebelas Maret (UNS). Penulis aktif menulis kolom opini, cerpen, cerita sejarah dan cerita misteri di beberapa koran.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Tradisi Membangunkan Saur sebagai Wujud Solidaritas dan Kreativitas

1 Mei 2021   20:14 Diperbarui: 1 Mei 2021   20:19 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Yedi Supriadi Deskjabar

Indonesia memiliki keanekaragaman tradisi secara turun-temurun dan hingga kini tetap dilestarikan salah satunya tradisi membangunkan saur. Tradisi membangunkan saur merupakan wujud solidaritas antar sesama. Tak hanya itu tradisi membangunkan saur juga meningkatkan kreativitas. Diberbagai daerah memiliki keunikan tersendiri dalam membangunkan saur.  Berbagai alat tradisional turut serta memeriahkan suasana saur. Tak heran kehadirannya begitu dirindukan di bulan Ramdan. Berikut ini beberapa tradisi unik yang dimiliki di berbagai daerah.

Tradisi membangunkan saur dengan kentongan terdapat di beberapa daerah. Di daerah Gorontalo tradisi membangunkan saur biasa disebut  Koko'o Saur yang artinya ketuk saur. Mereka memukul kentongan yang terbuat dari bambu secara bersama-sama sambil berkeliling kampung. Tradisi tersebut sampai kini masih dilestarikan. Selain di Gorontolo terdapat juga tradisi membangunkan saur dengan kentongan yang bernama Thethek di daerah Blora. Para pemuda berkeliling kampung menggunakan kentongan yang dipukul berirama.

Tradisi membangunkan saur dengan bedug juga terdapat di beberapa daerah.  Salah satunya di daerah Jakarta dikenal dengan sebutan Ngarag Beduk atau Beduk Saur. Tradisi tersebut biasa dilakukan oleh penduduk Betawi. Puluhan orang peserta, mengarak beduk menggunakan gerobak dilengkapi dengan genta, rebana dan genjring. Mereka berjoget sambil menyanyikan lagu-lagu daerah untuk membangunkan orang saur.

Tradisi membangunkan saur dengan angklung dilakukan oleh sekelompok remaja di Desa Sumberjo Kulon, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Mereka bermain angklung berkeliling kampung dengan memainkan  alunan musik yang menarik.

Tradisi membangunkan saur dengan perpaduan alat musik tradisional  dengan modern biasa dikenal dengan istilah Obrog. Biasanya dilakukan oleh penduduk Cirebon, Majalengka, Indramayu dan kuningan. Alat alat musik yang digunakan, seperti kendang, goong, gitar elektrik, tabuhan rebana dan alat

Jika membangunkan saur dengan kreativitas tinggi tentunya Anda pasti akan senang dan merasa terhibur. Saur Anda pun akan semakin menyenangkan. Tidak ada lagi yang merasa terganggu dengan tradisi membangunkan saur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun