Perkembangan zaman memicu fenomena yang cukup kompleks terhadap minat generasi muda (Gen-z) terhadap teater tradisional. Teater tradisional merupakan warisan budaya yang memiliki sarat akan makna dan estetika. Pada zaman modern kini, teater tradisional menghadapi tantangan serius dalam mempertahankan ekstensinya.
Beragam hiburan modern yang lebih mudah dan cepat diakses, menggantikan minat gen-z terhadap teater tradisional. Hal ini harus diperhatikan dengan serius, mengingat teater tradisional tidak hanya sekedar hiburan, tetapi juga menjadi identitas budaya bangsa.
Pada artikel ini akan membahas tentang turunnya minat gen-z terhadap teater tradisional serta upaya-upaya apa saja yang dapat menghidupkan kembali. Berikut merupakan faktor-faktor penyebab turunnya minat gen-z terhadap teater tradisional:
- Perbedaan gaya hidup
Hidup di era digital yang serba cepat saat ini, membuat gen-z terbiasa dengan hiburan instan seperti serial televisi, film, game online, dan media sosial. Itu sebabnya teater tradisional yang membutuhkan kehadiran fisik dan waktu yang lebih lama dianggap kurang praktis dan memakan waktu.
- Kurangnya relevansi
Minimnya penggunaan teknologi membuat pertunjukkan dalam teater tradisional kurang menarik dan terkesan monoton. Selain itu, penggunaan bahasa dan cerita yang kaku sering dianggap terlalu kuno bagi gen-z dalam kehidupan sehari-hari di zaman modern ini.
- Kurangnya promosi
Desain poster, tiket, dan merchandise yang kurang menarik dapat menjadi penghambat promosi teater tradisional. Selain itu, kurangnya promosi dalam platform utama bagi gen-z yakni media social.
- Persepsi negatif
Umumnya generasi muda beranggapan bahwa teater tradisional itu membosankan dan kuno serta tidak sesuai dengan tren saat ini. Selain itu, tata panggung penampilan para pemain yang dianggap kuno dan tidak menarik juga menjadi salah satu pengaruh persepsi gen-z.