Mohon tunggu...
Iip  Syarip Hidayat
Iip Syarip Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Blogger, Enterprenuer, Konten Kretor dan penulis

email :iipsyarip1@gmail.com Fb. Iip Syarip Hidayat Telp. 085524657568

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cara Agar Meningkatkan Kecerdasan Emosional pada Siswa

19 November 2020   20:20 Diperbarui: 20 November 2020   15:39 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman mengajar di beberapa kelas di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu Malaysia , membuat saya lebih banyak menemukan hal -- hal baru di Sekolah ini. Karakter setiap kelas tidak sama, ada kelas yang cenderung lebih hiper aktif,  ada pula kelas yang tidak begitu aktif tetapi sulit diatur, dan ada juga kelas cenderung lebih tenang dan tertib. Jika saya amati ada beberapa  faktor yang mempengaruhi suasana dalam kelas.

Faktor  yang pertama adalah dari gurunya sendiri,  saya merasakan jika dalam suatu kelas siswanya terbiasa tenang dan tertib ,berarti mereka terbiasa dengan aturan kelas yang telah disepakati sebelumnya oleh siswanya sehingga mereka tidak akan melanggar aturan yang telah mereka sepakati sebelumnya. Mereka akan berfikir dua kali jika mereka melanggar aturan kelasnya seperti adanya sanksi dendaan atau menulis penuh di bukunya. Biasanya kelas yang menerapkan aturan yang benar- benar tegas dari  gurunya,  maka kelas tersebut akan lebih tertib dan rapi dari pada kelas yang kurang menerapkan aturan yang tegas.

Faktor kedua adalah karena memang kebetulan dalam kelas tersebut adalah kumupulan anak- anak yang cenderung lebih pendiam serta penurut. Biasanya dalam suatu kelas adakalnaya kebetulan terdiri dari siswa- siswa yang lebih pendiam. Sehingga suasana di dalam kelas lebih tenang, tertib dan lebih mudah diatur.

Faktor ke tiga adalah faktor lingkungan dimana mereka tinggal. Jika dalam suatu kelas lebih banyak anak- anak yang lingkungannya keras, liar dan kurang perhatian orang tua, maka cenderung dikelas pun akan lebih ramai, sulit diatur dan lebih banyak terjadi kekerasan. Seperti perkelahian, bully dan kekerasan lainya. Dan faktor terakhir  adalah dari tontonan TV dan game yang mereka lihat.

Saya banyak menemui kasus kekerasan yang terjadi di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu, seperti perkelahian dengan teman satu kelas atau  perekalahian dengan kelas lain. Itu terjadi tidak hanya dikelas -- kelas yang tinggi tetapi terjadipula dikelas rendah seperti kelas satu Sekolah Dasar. Ketika saya sedang mengajar sering  menenumui siswa saling tonjok dengan siswa lainya yang pada ujungnya berkelahi hebat. Bahkan bisa merusak semua benda yang ada di kelas. Selain kasus perkelahian dan penganiayaan, pelecehan,  bullying dan pencurian.

Hal ini tentunya menjadi keprihatinan bagi kita semua terutama para pendidik. Terjadi fenomena dimana anak- anak menjadi semakin agresif dan tidak mampu mengendalikan emosi. Berbagai kajian menyimuplkan bahwa tayangan TV dan game kekerasan menimbulkan dampak yang buruk terhadap perkembangan psikologis atau emosi anak.

Anak -- anak yang masih hidup dalam perekembangan kematangan berfikir memiliki keinginan untuk meniru ( imitasi) terhadap tayangan -- tayangan Tv atau game kekrasan yang mereka lihat. Seolah hal tersebut nyata, padahal banyak adegan rekayasa. Akibatnya anak -- anak sudah ada yang berani melakukan tindakan kekerasan dan melakukan pelecehan seksual.

Sebuah studi tahun 2006 menemukan video game yang berbau kekerasan menyebabkan peningkatan  gejala gangguan emosional pada anak. Para peneliti juga mencatat bahwa bermain video game berjam- jam dapat meningkatkan penurunan kinerja memorial verbal (merdeka, 08/ 08/ 2012)

Melihat fenomena diatas, sebuah tantangan terbesar dikalangan para pendidik. Dimana disekolah ditanamkan karakter positif, etika, budi pekerti dan kebiasaan -- kebiasaan baik. Akan tetapi  banyak sekali hal -- hal yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosional siswa tersebut. Maka dalam hal ini semua elelmen harus ikut bertanggung jawab akan pendidikan emosional siswa, tak hanya di sekolah saja. Akan tetapi orangtua pun di lingkungan mereka tinggal harus lebih banyak memberikan contoh teladan -- teladan yang baik bagi anaknya.

Di sekolah, guru terus membimbing, mendidik, membina dan mengawasi setiap aktivitas siswa. Kasus kekerasan biasanya terjadi ketika  luput dari pengawasan guru. Guru perlu membangun kecerdasan interpersonal dan intrapersonal siswa, membangun sikap saling menyayangi, saling menghormati, dan saling menghargai antar siswa dan menegmbangkan berbagai kegiatan dalam rangka membentuk karakter positf siswa. Dan hal yang paling penting adalah orang tua dan tenaga guru harus meberikan contoh teladan agar mampu mengendalikan emosi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun