Kehidupan kita sekarang ini sudah sangat jauh dari hukum-hukum alam, yang digantikan oleh hukum-hukum buatan manusia sendiri yang sangat egoistis dan mengandung nilai hedonis yang sangat besar, sehingga kita pun merasakan betapa banyaknya bencana yang melanda diri kita. Etika hubungan kita yang humanis dengan tiga kompenen relasional hidup kita sudah terabaikan begitu jauh, jadi jangan harap hidup kita di masa mendatang akan tetap lestari dan berlangsung harmonis dengan alam. Â Â Â Â
Pada masa sekarang ini banyak ilmuwan yang tidak terbuka dengan komitmen epistiologinya yang mengakibatkan posisi positivisme juga berkurang dalam hal verifikasi ilmu pengetahuan. Namun demikian beberapa penulis artikel politik dan sosiologi Amerika masih menggunakan argument postivisme logis. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa ilmu alam dan ilmu sosial dapat dianggap memiliki kepercayaan yang besar sebagai pengetahuan yang berakar pada pandangan yang sama. Pada perkembangan ilmu pengetahuan saat ini positivisme memang tidak lagi memberikan pengaruh besar seperti ketika masa positivisme logis itu sendiri baru berkembang. Saat ini positivisme logis sudah mengalami beberapa modifikasi agar dapat menyesuaikan dengan kondisi zaman yang dimana beberapa pihak menganggap bahwa positivisme logis yang telah dimodifikasi tersebut bukanlah positivisme logis lagi.
Posisi positivisme logis yang juga memiliki berbagai kekurangan di dalamnya pada akhirnya memunculkan berbagai kritik dari berbagai pihak. Beberapa kekurangan dalam positivisme antara lain: hilangnya hegomoni    agama pada abad pertengahan yang digantikan dengan hegemoni ilmu pengetahuan, terciptanya satu rasionalitas ilmiah yang menghilangkan rasionalitas lain, tidak diakuinya sifat kontingensi, relativitas, dan rasio manusia, dan lain-lain. Hal ini lah yang menjadi penyebab timbulnya banyak kritik terhadap positivisme. Salah satu yang paling terkenal yaitu kritik dari Karl Popper yang pernah menjadi anggota Lingkaran Wina sebelumnya.Â
Positivisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu-ilmu alam (empiris) sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak spekulasi dari suatu filosofis atau metafisik.
Jadi, dapat dikatakan titik tolak pemikirannya, apa yang telah diketahui adalah yang faktual dan positif, sehingga metafisika ditolaknya, karena positif adalah dalam artian segala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-pengalaman objektif bukannya metafisika yang merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal yg nonfisik atau tidak kelihatan. Aliran ini menurut Atang Abdul Hakim mirip dengan aliran empirisme, namun tidak menyetujui pendapat John Locke yang masih mengakui pentingnya jiwa dalam mengolah apa yang ditangkap indra. Bagi positivisme hakikat sesuatu adalah benar-benar pengalaman indra, tidak ada campur tangan yang bersifat batiniah.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktivitas yang berkenaan dengan metafisik. Positivisme tidak mengenal adanya spekulasi, semua harus didasarkan pada data empiris.
Karena aliran ini lahir sebagai penyeimbang pertentangan yang terjadi antara aliran empirisme dan aliran rasionalisme. Aliran positivisme ini lahir berusaha menyempurnakan aliran empirisme dan rasionalisme, dengan cara memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukur.
Ajaran-ajaran di dalam filsafat Positivisme memuat nilai-nilai dasar yang diambil dari tradisi ilmu alam, yang menempatkan fenomena yang dikaji sebagai objek yang dapat dikontrol, digeneralisasi sehingga gejala ke depan bisa diramalkan. Yang mana positivisme menganggap ilmu-ilmu alam adalah satu-satunya ilmu pengetahuan yang secara universal adalah valid. Jadi, ajaran di dalam filsafat positivisme dapat dipaparkan sebagai berikut :
1) Positivisme bertolak dari pandangan bahwa filsafat positivisme hanya mendasarkan pada kenyataan (realita, fakta) dan bukti terlebih dahulu.
2) Positivisme tidak akan bersifat metafisik, dan tidak menjelaskan tentang esensi