[caption id="attachment_230938" align="aligncenter" width="565" caption="admin/ilustrasi/Tribunnews.com(http://www.tribunnews.com/2012/06/18/madagascar-3-kuasai-box-office-amerika)"][/caption]
“Libur telah tiba libur telah tiba, hatiku gembira...”
Lantunan sebaris lirik lagu dari penyanyi cilik yang sekarang menginjak dewasa yaitu Tasya sering kita dengar ataupun kita sendiri senang menyanyikan ketika hari libur tiba. Beragam rencana tentunya sudah disusun untuk menghabiskan waktu liburan. Entah berlibur keluar kota, mendatangi tempat-tempat rekreasi, ataupun hanya menghabiskan liburan di rumah bersama keluarga bisa menjadi pilihan alternatif untuk menghabiskan liburan. Terkadang bagi beberapa orang maupun anak-anak yang lebih memilih untuk berlibur di rumah, biasanya mereka sudah mempersiapkan agenda kegiatan yang akan mereka lakukan selama liburan dirumah. Beberapa kegiatan itu seperti, mengerjakan tugas sekolah yang memang biasanya bagi anak-anak sekolah selalu diberikan pekerjaan rumah, ataupun hanya sekedar bermain-main saja di sekitar lingkungan rumah, atau hanya menghabiskan waktu didepan televisi menyaksikan film-film kartun yangmemang biasanya selalu disajikan oleh stasiun-stasiun televisi untuk menghibur penonton yang menghabiskan liburan dirumah walau terkadang film-film kartun yang disajikan hampir selalu diulang tiap liburannya.
Berbicara tentang film-film kartun yang ada di pertelevisian Indonesia, saat ini jumlah tayangan kartun sangat sedikit dibanding lima tahun belakangan. Film-film kartun tersebut kini diganti oleh acara-acara yang kebanyakan ditujukan untuk para remaja bahkan dewasa. Mulai dari acara-acara musik yang tiap harinya selalu tayang, Infotainment, FTV, bahkan sinetron yang harusnya tayang pada jam-jam orang dewasa kini mulai muncul di pagi hari ketika anak-anak bangun tidur dan ingin menonton tv. Jangankan pada saat liburan sekolah, pada hari minggu pun yang merupakan hari bagi anak-anak untuk bersantai selama satu hari dalam seminggu harus dilewati dengan menonton acara tv yang kini sudah semakin minim dengan acara bagi anak-anak, terutama kartun.
Dulu, ketika saya masih SD hari minggu merupakan hari paling menyenangkan karena dihari itu bisa menonton dengan puas film-film kartun kesukaan. Bahkan lagu-lagu pembuka maupun lagu penutup serta tidak lupa beberapa karakter dari film kartun tersebut dengan mudah diingat. Ufo Baby, Sailormoon, Samurai X, Death Note, Card Captor Sakura, One Piece, Slam Dunk , Detective Conan merupakan beberapa jenis film kartun yang sering di tonton pada hari minggu beberapa tahun lalu. Tapi sekarang, kartun-kartun tersebut menghilang tanpa jejak. Bahkan terkadang beberapa film kartun menghilang tiba-tiba di tengah cerita dan di ganti dengan film kartun lain, atau bahkan malah film tersebut diulang kembali dari awal dan ketika sampai ditengah episode film tersebut lagi-lagi menghilang dan yang paling ‘nyesek’ ketika film kartun tersebut tiba-tiba diganti oleh tayangan-tayangan sinetron. Beberapa alasan yang menyebabkan film-film tersebut menghilang dari peredaran televisi Indonesia antara lain dikarenakan pencekalan, film-film kartun yang tidak lolos dari sensor, biaya lisensi atau ijin penayangan anime yang mahal, bergantinya trend dari otaku (japanese geek) menjadi K-Pop, serta perusahaan televisi yang merupakan profit oriented.
Film-film kartun yang mendapat pencekalan antara lain; Pertama, Death Note yang dicekal dengan alasan karena dalam film tersebut memakai adegan kekerasan dari awal hingga akhir , serta banyaknya adegan pembunuhan dan yang lebih penting pembunuhan tersebut hanya dengan sebuah buku yang bertuliskan “Death Note” sehingga dianggap tidak pantas untuk anak-anak. Kedua, Detective Conan yang merupakan salah satu film kartun yang memiliki banyak penggemar bukan hanya filmnya tapi juga dari komiknya. Alasan pencekalan, karena dalam film kartun ini kasus pembunuhan yang terjadi merupakan kasus pembunuhan sadis dengan berbagai cara. Ketiga, Naruto yang tidak kalah banyak memiliki penggemar. Alasan pencekalan, masih dikarenakan kekerasan yang memang dalam anime ini cara pembunuhan para ninja tergolong sadis. Bahkan ada kabar yang mengatakan kalau sampai ada anak yang meninggal karena mempraktekan adegan berbahaya didalamnya. Keempat, One Piece yang juga merupakan salah satu anime ciptaan Eichiro Oda yang cukup memiliki penggemar yang banyak di samping anime Detective Conan dan Naruto. Anime yang mengangkat kisah tentang perjuangan sekelompok bajak laut yang dipimpin oleh seorang kapten bernama Monkey D. Luffy yangbermimpi menjadi seorang raja bajak laut ini dicekal dengan alasan bahwa dalam film ini mengandung banyak sekali unsur kekerasan yang memang tergolong dalam unsur sadisme yang cukup tinggi. Selain itu, beberapa karakter perempuan dalam anime ini memang tergolong seksi sehingga tidak pantas ditonton oleh anak-anak dibawah umur.
Untuk biaya lisensi atau perijinan yang diberlakukan untuk sebuah penayangan anime pada tv swasta di Indonesia, untuk sebuah episode anime berdurasi 30 menit pada tahun 2010 menghabiskan biaya 11.000.000 yen ($145,214 / sekitar Rp. 1,2 Milyar) “itu saja pada tahun 2010, bagaimana dengan jumlah biaya pada tahun 2012 ini?”. Bisa dibayangin jika film kartun untuk satu season (13 episode) saja biaya yang harus dikeluarkan berapa banyak. Alasan yang menyebabkan mahalnya biaya ijin pemasangan kartun tersebut dikarenakan anime jepang dibuat dari gambar traditional / tangan / manual / manga (original work) yang kemudian dianimasikan. Berbeda dengan animasi 3D hollywood yang designnya menggunakan komputer. (sumber: http://xinnosuke.blogspot.com/2012/07/alasan-kenapa-anime-jarang-tayang-di-indonesia.html.html)
Perusahaan televisi adalah sebuah perusahaan dengan tujuan yang mencari keuntungan. Tentu saja mereka hanya menayangkan acara yang sekiranya dapat menguntungkan mereka dan pastinya acara-acara tersebut merupakan acara-acara yang sedang memiliki peminat yang tinggi. Peminat anime jepang yang kini sudah mulai reda di banding drama-drama korea, acara gosip, yang membuat para pertelevisian Indonesia lebih memilih untuk menayangkan acara-acara tersebut dibanding menayangkan anime, apalagi jika diingat dengan biaya perijinannya. Sekarang, untuk mengikuti perkembangan dari film-film tersebut (OnePiece, Detective Conan, Naruto, dll) harus mendownload dahulu tiap episodenya. J
Semoga pihak-pihak pertelevisian Indonesia di tahun-tahun mendatang lebih memperhatikan acara-acara khusus untuk anak-anak pada saat libur sekolah, bukan cuma menayangkan acara yang bersifat sementara...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H