Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Memeluk Kenangan

5 Juni 2022   21:07 Diperbarui: 9 Juni 2022   21:45 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebulan sudah kau menghilang dari pandanganku, namun tak bisa menghilang dari hatiku...

Aku mencoba mencari informasi tentang keberadaanmu, dengan beragam alasan Aku untuk menghubungimu, bahkan Aku mencarimu sampai ke kantor cabang, namun kau menghilang bagai di telan bumi, lelah sudah jiwa ini mencarimu Mas.

"Anisa..." sahut Bunda sambil mengelus lembut rambutku

"Ya Bun..."jawabku di sela isak tangis

"Kalau Nak Azka itu jodohmu, maka kalian akan bertemu dengan cara yang terindah menurut Allah, dan seandainya kalian tidak bertemu, berarti Nak Azka bukan jodohmu, bersabar, dan bertawakallah, serahkan semuanya pada Sang Pemilik kehidupan ini," nasehat Bunda yang membuat hati ini semakin tenang.

***

Senja ini, aku pergi ke toko buku di dekat alun-alun, sekalian Aku mau mengambil uang ke ATM, hujan gerimis menyambutku di tempat parkir toko buku, segera Aku parkir dan berlari untuk berteduh di depan toko.

Dengan kacamata yang berembun terkena air hujan, Aku melihat sepasang kekasih yang sedang asik mengobrol di sudut kafe di seberang jalan, Aku berjalan di bawah rintik hujan, seakan Aku pernah mengenal sosok tegap itu.

Semakin Aku mendekat, dan mendekat, Aku mencoba berjalan di depan mereka ...ah wajah yang pernah Aku kenal kini tak mengenalku lagi, tak ada lagi tatapan lembut, dia seolah tak peduli dengan kehadiranku, dan memang benar dia tak mengenalku.

Dengan sejuta rasa penasaran, mengapa dia tak menyapaku, Aku ikuti mereka sampai di depan rumahnya, dan Aku memberanikan diri menyapanya, dan ternyata dia bukan Mas Azka, yang selama ini aku kenal.

Namun saudara kembarnya, sedangkan Mas Azka meninggal karena kecelakaan sebulan yang lalu, bagai suara petir yang menggelegar, melemahkan jiwaku, air mata yang sontak mengalir dengan deras membuatku hanya bisa duduk terhenyak tak berdaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun