Sejak saat itu, sapaan ramah dari ibu kostpun sirnalah sudah, yang aku terima senyum sinis seakan menghinaku, dengan keadaan ini kadang aku pesimis, apakah Ibu kost bisa berubah, bisakah menerimaku denga kedua tangan yang terbuka.
Aku lewati lorong gang menuju tempat kerja, aku lihat dia tersenyum di balik tirai kamarnya, dan tatapan itu seolah memintaku untuk memperjuangkan cintaku ini, aku balas senyuman itu, dan aku anggukkan wajahku meyakinkan dia kalau aku siap apapun yang akan terjadi.
Sejak saat itu aku semakin giat bekerja, aku kumpulkan sedikit demi sedikit dari gaji bulananku (sisa mengirim ibu dan bapak di kampung), setelah aku rasa cukup, aku menemui Bapak dan Ibu di kampung, dan aku utarakan apa yang menjadi tujuanku, Alhamdulillah Bapak dan Ibu setuju setelah aku ungkapkan keinginanku untuk malamar putri Ibu kost yang sudah membuatku menjadi pria dewasa dan pemberani.
Senja itu, Bapak dan Ibuku tiba di kota tempatku bekerja, beliau berdua menginap di tempat kost ku untuk 2 hari kedepan, aku kenalkan pada Bapak dan Ibu kost, aku ingin beliau berdua sedikit banyak mengenal kedua orang tuaku yang sederhana, dan serius ingin melamar putrinya buatku.
Harapanku ada pada Bapak dan Ibu bagaimana beliau berdua meyakinkan bapak dan ibu kost, akan keseriusanku. Dan memang benar adanya, Tuhan akan memebrikan pada waktu yang tepat. Tuhan memberikan kabar berita, kalau lamaranku di terima, tapi dengan syarat, aku tidak boleh menyakiti perasaannya, tidak boleh membuatnya sedih, dan pastinya semua permintaan beliau adalah harapan semua orang tua,
Everything will be fine, semua akan indah pada waktunya, aku bisa melamarnya gadis yang sudah membuat hatiku gundah gulana, membuat jiwaku yang terbelenggu rindu, menjadi sinar yang penuh kasih dan sayang, terima kasih buat Bapak, Ibu, Bapak, dan Ibu mertuaku, dan Istriku yang sudah memberikan kepercyaan kepadaku untuk menjadi imam dan suami yang baik buat Dia. Semoga Allah senantiasa mencurahkan kasih dan sayang nya pada keluarga kami, sampai maut memisahkan kami. amiin.