Mohon tunggu...
Iin Nadliroh
Iin Nadliroh Mohon Tunggu... Mahasiswa Pendidikan (Fakultas Tarbiyah) -

Mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Si Mawar yang Tidak Punya Hati Nurani

14 November 2017   21:50 Diperbarui: 15 November 2017   05:25 1627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JANGAN TERTIPU OLEH PENAMPILAN!!

Aku punya teman satu kamar kos dan satu kelas di kampus. Namanya disamarkan saja yaa.. Dia berasal dari ya masih daerah jawa timur sihh. Tapi entah kenapa aku sama sekali tidak cocok berteman sama dia. Aku fikir dia anaknya baik soalnya dilihat dari penampilannya tidak ada yang mencurigakan. Tapi gatau juga sih ya??

Kesehariannya di kelas kurang disenangi sama teman-temanku, entah apa yang membuat mereka enggan untuk berteman dengannya. Awal kisah dulu kalo tidak salah pertengahan semester 1 temanku ini sebut saja Mawar. Mawar ini tiba-tiba memakai cadar dan sontak itu membuat semua anak kelas berpusat perhatian padanya. Lalu ada seorang teman yang bertanya "Hey Mawar kenapa kamu tiba-tiba memakai cadar?" lalu Mawar menjawab. "Aku memakai cadar ingin berhijra". Oke dari situlah semua teman kelas bisa menerimanya karena dia ingin menjadi yang lebih baik lagi.

Tapi entah kenapa akhir semster 2 si Mawar malah melepas cadarnya. Lalu pas waktu ngambil KHS (Kartu Hasil Studi) aku ketemu dia memakai cadar lagi. Hellooo!!! Semua temen-temenku kan jadinya heran kok bisa sih dia lepas pakai lepas pakai cadar. Maksutnya apa coba??
Kalo ditanya eh Mawar kenapa sih kamu lepas pakai cadar. Mawar said "Aku masih dalam tahap berhijrah jadi maklum kalo sering tergoda imannya". Kata mawar gitu. Tapi entah kenapa temen-temen sekelasku jadi nggak nyaman aja berteman sama dia.

Kan si Mawar ini teman sekamar kosku kan yaa?? Aku mau cerita sedikit ya, waktu itu kejadiannya sore hari. Di kos ada ibu-ibu yang nggak dikenal bilangnya sih ibu itu nyarikan kos buat anaknya. Lalu singkat cerita sore itu aku keluar dan yang ada di kamar itu si Mawar bersama ibu-ibu itu. Dan malamnya sekitar pukul setengah 10 malam, aku sampai di kamar, lalu teman depan kamarku ini tanya padaku. "Mbak lihat tabletku nggak? (Tablet disini hp yang besar itu loh ya, bukan tablet obat). 

Aku menjawab "Gatau kan tadi yang terakhir di kamar si Mawar". Lalu aku coba membuka lemari atas tempatku menyimpan laptop. Ternyata aku mendapati kalau laptopku sudah tidak ada. Sejenak aku terdiam. Setelah aku usut ternyata si Mawar yang menyuruh ibu-ibu tadi tiduran dikamarku dan si Mawar pergi meninggalkan ibunya di kamar. Menurut keterangan teman depan kamarku begitu.

Setalah aku menangisi laptopku yang hilang tiba-tiba Mawar datang dan bertanya "ada apa?". "Laptopku hilang" jawabku. Lalu Mawar menjawab "Masak ibu-ibu yang tadi, ya Allah maafkan aku, aku sudah teledor membiarkan ibu itu tidur di kamar kita dan aku pergi tanpa mengunci pintu". Mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur. Laptopku nggak bakalan kembali. 

Lapor polisipun juga harus mengekuarkan uang, bapak sama ibukku sudah mengikhlaskan mungkin memang bukan rejekiku. Tapi tanpa rasa bersalah Mawar sama sekali, dia juga tidak berusaha untuk mengganti sebagai rasa bersalahnya, dia malah enak-enakan pergi main bersama pacarnya. Entahlah ya mungkin hati nuraninya sudah mati. Dia terlalu acuh sama keadaan disekitarnya, dia hanya mementingkan diri sendiri yang penting diriku tidak merugi ya sudah orang lain biarkan. Seumur hidup baru kali ini aku punya teman macam dia.


Buat semuanya yang membaca artikel saya. Kalian patut waspada dalam memilih teman, apalagi kita yang sedang merantau hidup jauh dari orang tua. Karena semua orang di luar sana munafik tidak ada yang tulus. Hanya keluarga kita sendiri yang benar-benar tulus apa adanya. Contohnya tadi Mawar meskipun dari luarnya dia terkesan sebagai muslimah yang sempurna tapi coba lihat hatinya, hatinya sama sekali tidak mencerminkan cara berpakaiannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun