Mohon tunggu...
Iin Nadliroh
Iin Nadliroh Mohon Tunggu... Mahasiswa Pendidikan (Fakultas Tarbiyah) -

Mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pudarnya Permainan Tradisional

15 Oktober 2017   17:16 Diperbarui: 16 Oktober 2017   02:20 1372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa itu petak umpet? Apa itu egrang? Permainan model apa ini? Mungkin sekarang kita jarang menemukan bahkan mendengar berbagai permainan tersebut di sekitar kita. Mari kita bernostalgia tentang permainan tersebut sambil membayangkan betapa serunya ketika dulu kita memainkannya.Yang pertama apa itu petak umpet? Petak umpet yaitu permainan cari dan sembunyi yang cara bermainnya dimulai dengan "hompimpa alaihum gambreng" untuk menemukan siapa yang menjadi kucing. Dan si kucing nantinya akan memejamkan mata dengan menghadap ke tembok/pohon sambil menghitung 1-10 dan teman-temannya segera bersembunyi. Setelah itu tugas si kucing adalah mencari teman-temannya yang bersembunyi sampai dapat. 

Yang kedua apa itu egrang? Egrang yaitu permainan yang dimainkan minimal 2 orang dengan menggunakan dua bagian bambu yang panjangnya 2-3 meter dan terdapat bambu berukuran 20cm untuk pijakan kakinya. Permainan egrang ini bertujuan untuk adu kecepatan dan keseimbangan. Cara bermainnya yaitu dimulai di garis start saat aba-aba dimulai maka pemain akan berlari menggunakan egrang sampai digaris finish, yang pertama sampai di garis finis itulah yang menjadi pemenangnya.


Mungkin permainan tersebut dapat dikatakan sangat jadul di zaman modern ini. Canda tawa, kebersamaan, keceriaan sudah tidak tergambarkan lagi di wajah anak-anak Indonesia sekarang. Kini hal tersebut sudah digantikan dengan sikap individualis yang tumbuh pada anak muda sekarang. Ini semua karena anak zaman sekarang banyak menghabiskan waktunya untuk bermain gedget maupun alat elektronik lainnya.


Hanya sebagian kecil atau bahkan tidak ada dari kita yang dapat melihat permainan tradisional yang umumnya terdapat di daerah perkampungan. Padahal permainan tradisional tersebut merupakan ciri khas dari daerahnya. Namun seiring perkembangan zamam permainan tradisional kini kian memudar.


Apakah permainan tradisional harus digantikan dengan permainan modern yang lebih canggih dam tidak membosankan? Padahal permainan tradisonal lebih mempunyai hal yang positif untuk tumbuh kembang anak. Permainan tersebut bermanfaat untuk merangsang saraf motorik anak, membuat anak lebih peduli pada sesama dan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, menumbuhkan sifat kejujuran, kerjasama serta melatih fisik anak.


Namun para orangtua banyak yang menganggap bahwa permainan tradisional itu sudah tidak menarik dan juga memerlukan tempat yang luas untuk memainkannya. Kebanyakan orangtua berpendapat jika anak mereka bermain petak umpet dam egrang akan membutuhkan banyak tenaga, mereka takut jika anak-anak akan kecapekan lalu sakit. Sehingga anak dilarang untuk bermain permainan tersebut, para orangtua lebih menyarankan agar anaknya bermain di dalam rumah misalnya bermain gedget atau menonton tv.


Kita sebagai generasi muda perlu melestarikan permainan tradisional yang kini telah dianggap kuno dan hampir ditinggalkan, yaitu dengan cara orangtua bisa mengajak anaknya agak tidak selalu menghabiskan waktu di depan tv maupun gedget, ajak anak untuk mengenal apa itu permainan tradisional, lingkungan bermain yang mendukungnya mengenal berbagai macam permainan tradisional atau bisa juga dengan cara mengadakan pameran budaya daerah membuat permainan yang lebih menarik dan menghibur. Lingkugan dan keluarga harus turut aktif dalam acara tersebut agar dapat memilih permainan yang baik dan bermamfaat untuk tumbuh kembang anak dan mengajarkan anak sejak dini untuk melestarikan budaya daerah kita yang hampir memudar.


Sekian terimakasih..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun