Satu lagi dan kini terjadi di Depok, seorang siswa SMP memilih mengakhiri hidupnya dengan menggantung dirinya sendiri di rumahnya. Sang ibu pun menangis histeris, dia tidak pernah menyangka putrinya memilih jalan seperti itu, dirinya tidak pernah merasa membebani putrinya dengan sebuah keharusan HARUS lulus UN. Sang ibu pun melukiskan bahwa putrinya sebenarnya seorang yang periang, mudah bergaul, dan suka mendengarkan musik namun hobi-nya tersebut hilang saat menghadapi UN, kesenangannya tersebut ditinggalkan putrinya menjelang UN, putrinya pun lebih memilih mempersiapkan dirinya untuk menghadapi UN. “Putri saya merasa tertekan menghadapi hasil UN yang akan keluar, dia merasa terbebani jika tidak lulus akan membuat saya dan kakak-kakaknya malu” kata sang ibu.
Pedih perasaan sang ibu sudah tidak sanggup terbayangkan lagi dalam fikiran saya yang juga seorang ibu. UN yang konon katanya dapat meng-upgrade kualitas siswa kini menjadi momok menakutkan yang menasional. Lihatlah betapa hebohnya sekolah-sekolah memberi perlakuan-perlakuan ‘luar biasa’ terhadap siswa-siswanya, ada yang langsung mengadakan istghosah kemudian memberi air minum khusus yang sudah diberi doa, ada juga ibu yang membawa anaknya ke paranormal yang kemudian paranormal tersebut memberikan mantra-mantra khusus pada pensil yang akan digunakan, dan bahkan menurut seorang guru yang dijadikan narasumber di acara Kick Andy ada sekolah yang membiarkan siswanya mendapatkan jawaban secara ‘cuma-cuma’.
Jika saja pengambil kebijakan negeri ini mau melihat fenomena-fenomena tersebut dengan mata hati lalu berkenan menurunkan program-program pendidikan yang membuat nyaman siswa dan jauh dari sifat memaksa maka sangat dimungkinkan generasi muda bangsa ini tidak akan menjadi manusia yang bermental lemah. Jika saja sekolah-sekolah dari awal melakukan pembinaan melalui tarbiyah islamiyah (bagi siswanya yang beragama islam) lalu memberi pemahaman yang baik terkait makna syahadatain maka dapat dipastikan akan lahir Bilal Bilal modern yang punya mental baja, visioner, dan anti berputus asa. Jika saja para orang tua di negeri ini tidak mendoktrin anak-anaknya dengan kalimat “kalau kamu tidak lulus UN, kamu mau jadi apa”, “kalau kamu tidak dapat rangking, kamu bisa jadi apa nanti”, jika saja para ibu-ibu di negeri ini mau berikhlas hati meluangkan banyak waktu untu anak-anaknya dan tidak mem-follow suami-suaminya menjadi pencari nafkah..tentu negeri ini akan mudah untuk menjadi sepenggal Firdaus (mengutip dari kata-kata salah seorang presiden partai, Anis Matta).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H