Teruntuk belahan hatiku yang jauh di sana,, malam ini seperti biasa aku merindukanmu. Aku ingin kamu tau, betapa aku mencintaimu dengan segala konsekuensi, cerita dan kenyataan yang harus kita hadapi. Ada banyak hal di dunia ini yang berubah, tapi tidak dengan rasaku. Semuanya selalu ada di sini bertahan seperti layaknya sang waktu yang tak pernah berhenti.
Aku ingin kamu kembali memutar waktu ke belakang, Melintas pada suatu masa 8 tahun lalu, saat kita masih berseragam putih abu-abu. Aku ingat saat itu, saat pertama kali aku sadar, ada sesuatu yang berbeda setiap kali menatap kamu, sesuatu yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Saat itu momen sederhana yang kamu percikkan begitu memberi arti besar bagi hidupku. Sebuah arti yang bertahan sampai sejauh ini.
Waktu itu kita begitu muda, begitu polos dan lugu. Apa kamu masih ingat betapa kaku dan grogi nya saat kita pertama kali bisa ngobrol berdua. Andai kamu tau, saat itu jantung serasa melompat-lompat saking girangnya. sekuat tenaga aku mencoba tenang dan bersikap biasa di hadapan kamu, berusaha tampil seanggun dan semanis mungkin untuk kamu. Aku serasa ingin kabur saat itu juga saking malunya sekaligus ingin tetap berada di sana bersama kamu.
Apa kamu tau, sejak ada kamu, aku selalu menghabiskan waktu lebih lama di depan cermin. Mematut diri agar serapi dan secantik mungkin. aku berharap agar aku selalu menjadi objek fokus pandangan mu. Setiap hari berharap agar dapat mendengar kata-kata sakti itu dari mulut kamu : “Aku suka kamu, mau gak jadi pacar aku”. Aku selalu menunggu kata-kata itu.. selalu..
Apa kamu tau, rasanya ada kebahagian tersendiri saat mengintip kamu dari balik jendela perpustakaan. Sekaligus rasa takut ketahuan. Aaah... semuanya... hal-hal kecil dan sederhana itu terasa begitu indah. Bahkan sampai sekarang aku masih saja tersenyum geli setiap kali mengingatnya.
Apa kamu tau, betapa hancur, sakit dan perihnya saat kamu lulus, lalu pergi. Pergi tanpa ada penjelasan pasti untuk semua kisah kita. Pergi tanpa sempat mengucapkan kalimat yang selalu aku tunggu. Ingin rasanya memarahi kamu, tapi toh buat apa? aku pun ingin memarahi diriku sendiri karna aku terlalu abstrak mendefenisikan rasa yang ada untuk kamu. “Aku pernah menonton sebuah film yang mengatakan, jika kamu mencintai seseorang, maka katakanlah saat momen itu datang. Karna jika tidak. Maka momen itu dapat hilang begitu saja. Dan kamu akan menyesal. Dan disinilah penyesalan itu menghampiri. Mengapa harus selalu menunggu, mengapa tidak memulai. Tapi aku terlalu picik. Aku selalu berharap. Sebuah pengharapan yang sia-sia.
Apa kamu tau.. pada hari pertamaku dikelas 3, di tahun terakhir SMA, Aku berjalan menyusuri koridor kelas,, Penuh semangat melangkah riang menuju kelas baru. Tapi sebelum sampai disana. Kakiku terhenti didepan sebuah kelas. Sesuatu tiba-tiba menohok jantungku, semangat pagiku yang tadi bergelora meyusut seketika. Aku memutar badan berpaling menghadap kelas itu. Mataku menatap tulisan di atas pintu, III IPA3. Aku tersenyum getir sembari menyentuh pintu kelas dan berkata pelan seolah ada seseorang disana “ kapan aku bisa melihatmu lagi, satu bulan.. dan aku benar-benar kehilangan”.
Setiap detik, setiap langkah semenjak saat itu adalah saat dilema antara segala rasa yang pernah ada. Aku serasa tidak mengenali lagi semua apa yang pernah aku rasakan. Mencoba melupakan sesuatu yang ternyata masih saja bergelayut tanpa benar-benar bisa aku lepaskan. Terkadang aku merasa telah benar-benar melupakan kamu. Merasa segala hal yang telah aku miliki setelah tidak adanya kamu sebagai rasa yang sesungguhnya tanpa harus ada kehadiran kamu. Tapi ternyata aku salah. Sebuah keputusan yang aku ambil malah menyadarkan aku dengan telak bahwa ternyata aku masih mencintai kamu. Tanpa sengaja mencari bayang-bayang kamu dari orang lain, berharap kamu mendengar dan menyadarinya. Tak pernah ada yang menyadari semuanya, tidak.. bahkan diriku sendiri.. aku tertawan dalam setiap putaran waktu. Aku menutup semua kesempatan untuk kamu, aku mengkhianati setiap rasa yg terpendam hingga aku tersadar saat aku berada di ujung jurang yg bernama kebahagiaan dan aku tau aku telah terjatuh teramat dalam.
Untuk kamu, yang jauh di sana. Entah bagaimana mendeskripsikan dengan kata-kata saat setelah bertahun-tahun kemudian kesempatan itu akhirnya datang. rasanya sungguh tidak percaya kamu berada sangat dekat denganku, bahkan aku bisa mendengar jelas saat kamu mengehela napas. Garis wajah yang semakin tegas menandakan bahwa kamu sekarang bukan lagi kakak kelas manis, innocent dan pemalu yang aku kenal dulu. kamu, adalah lelaki dewasa dengan kepribadiaan yang semakin matang. Begitu pula aku, aku juga bukan lagi adek kelas lugu yang harus mencuri-curi pandang di balik jendela perpus, bukan lagi gadis kecil yang mulai belajar dandan ke sekolah dengan alasan aneh, harus jaga-jaga (penampilan) kalau tiba-tiba dicegat dan mendengar kalimat sakti : “aku suka kamu, mau gak jadi pacar aku”. Aku adalah wanita dewasa, dengan semuayang telah aku laui dan konsekuensi yang aku miliki. 8 tahun... adalah waktu yang cukup lama. Akan ada banyak hal yang berubah. Tapi berada dengan jarak sedekat ini dengan kamu, membuatku menyadari sebuah kenyataan yang tidak pernah berubah, bahwa setiap kali berada di dekat kamu aku akan terkena sindrom aneh, jantungku secara otomatis memompa darah dengan sangat cepat, ada perasaan bahagia yang tiba-tiba menyelusup dan aku berharap waktu membeku saat itu juga. Menatap kamu, merasakan kehangatan genggaman tangan mu dan mendengarkan kata-kata itu terucap membuat aku merasa menjadi seorang putri yang paling berbahagia di dunia. Kamu adalah pangeran ku, dulu, sekarang, selalu.. dan selamanya.
Tidak ada satupun didunia ini yang melihatku seperti caramu melihatku. Kamu dengan semua yang kamu miliki seperti memahami ku dari semua sisiyang aku sendiri bahkan tidak tau. kamu membuatnya terasa mungkinuntuk aku lakukan, kamu membuat aku percaya tentang semua keajaiban ini, hingga setapak demi setapak aku berani melangkah kembali, aku tidak pernah mengerti, sampai saat ini pun aku tidak pernah mengerti mengapa aku selalu merasa berbeda dimatamu.
Bersama kamu, aku selalu bisa menjadi diriku sendiri, sanggup menceritakan semua mimpi-mimpi yang sebelumnya hanya jadi hayalan tak berwujud. Meski dengan semua kekurangan yang aku miliki, segala sifat egois dan ketakutan-ketakutan ku, kamu selalu sanggup menjagaku dalam keadaan apapun. Kamu... adalah anugrah terindah yang tuhan hadirkan di dunia ini.
“ untuk kamu yang jauh di sana... selamat ulang tahun ya.. semoga Tuhan selalu melimpahkan nikmat, rahmat, dan hidayahnya untuk kamu.. jangan pernah patah semangat. Teruslah berjuang. Jika kamu lelah, bersandarlah sejenak di pundakku . Akan kuseka dan kuhapus peluh mu. Aku mencintaimu.. selalu.. dan selamanya”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H