Mohon tunggu...
Indira P.m
Indira P.m Mohon Tunggu... -

life is about moving on, accepting changes and looking forward to what makes me stronger and more complete

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sejuta Kupu-kupu

26 November 2013   15:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:39 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13854523911266763072

(Sumber gambar : mytravel.co.id)

Bunyi klason kendaraan di mana-mana, angkot yang kutumpangi merengsek lamban, terbatuk-batuk mengehembuskan karbonmonoksida menambah koleksi udara kota ini yang semakin siang semakin suram. Masih pagi sesunggunhya, masih jam 7 tapi hawa sejuk subuh tadi seolah menguap dengan cepat, menghilang begitu saja. Kutatap nanar pepohonan dipinggiran jalan meranggas dan menguning seakan sudah menyerah, polusi dimana2 dan jumlah mereka yang hanya segelintirtak akan pernah cukup memeranginya.

Di angkot yang sempit ini dengan susah payah kurapikan kembali kertas-kertas bergambar kupu-kupu aneka warna. Berharap agar tanganku yang berkeringat tidak membasahi kertas-kertas itu. Tetesan keringat mulai membasahi jilbab biruku, semakin gerah saja. Kuintip keluar melaui jendela angkot yang berdebu, Alhamdulillah, sebentar lagi sampai dan segala kegerahan dalam perjalanan pagi ini akan segera terbayar. Tak sabar rasanya untuk bertemu kembali dengan malaikat-malaikat mungilku.

***

***

“Ibu Anaaabeeell....!!” seorang gadis kecil bersepatu pink berlari-lari menghampiriku. Gigi serinya yang seminggu lalu baru saja copot membuat senyum lebarnya menjadi semakin lucu. Dengan senyum bahagia kupeluk gadis mungil ini, teriakan nya yang kencang membuat teman-temannya yang tengah asik bermain pun ikut berlari memelukku. Kupeluk dan kucium pipi-pipi tembem itu satu persatu. Aaaah... merekalah malaikat-malaikat kecilku,, murid-muridku... dan segala kepenatan tadi terangkat begitu saja dari pundakku.

“maaf ya ibu telat sayang, tadi dijalan maceeet bgt...”

“iya ibu.. tadi juga mobil papa jalannya kaya siput..” Neysa, gadis mungil bersepatu pink itu menjawab polos. Kujawil hidungnya yang bangir.

“okeee... sekarang kita masuk kelaaass...” kukepalkan dua tangan ke atas, lalu berlari-lari kecil menuju kelas anggrek, kelas kami, dimana aku yang menjadi wali kelasnya.

“Horeeeeee...” murid-muridku yang lucu itu ikut-ikutan mengepalkan tangan ke atas ke atas meniru gayaku dan tak lupa berlari-lari kecil di belakangku. sesaat aku merasa seperti snow white yang dikelilingi para kurcaci. Hahaha.

***

Aku duduk bersila di atas karpet. Di depanku, malaikat2 mungil itu menatapku dengan antusias. Pandangan mereka silih berganti padaku dan pada whiteboard yang saat ini telah dipenuhi oleh tempelan gambar kupu-kupu aneka warna. Aku belum mulai mendongeng masih gemas menatap mereka. Ada yang duduk manis di atas kursi2 kecilnya, ada yang ikutan bersila, ada yang berselonjor di atas karpet, bahkan ada yang tiduran bertopang dagu. Semuanya menatapku dengan pandangan mata menunggu. Kuhela napas dalam-dalam.. dan mulailah aku mendongeng.

“Dahulu kala disebuah kerajaan, hiduplah seorang putri cantik yang baik hati. Putri ini sukaaaaa sekali dengan bunga dan kupu-kupu. Setiap sore, bersama dayang-dayangnya ia akan datang ke kebun bunga istana, menanam berbagai jenis bunga, merawatnya dan menyiraminya dengan telaten. Sehingga berbagai macam jenis bunga berwarna-warni tumbuh dengan indahnya. Ada anggrek, tulip, mawar, aster, lili dan lain-lain. Setiap kali sang putri datang, Kupu-kupu di kebun itu beterbangan mengelilingi sang putri, sama sekali tidak takut, seakan tau bahwa si putri baik hati inilah penjaganya. Sang putri pun senang sekali bermain dan berkejaran dengan kupu-kupu di kebun bunganya. Suatu malam saat akan tidur sang putri dikejutkan dengan serbuk bercahaya keemasan yang bertebaran di lantai kamarnya. Ia mengambil jubahnya lalu mengikuti arah serbuk itu, ternyata serbuk itu berujung di kebun bunga. Dan disana tergeletak sebuah bros cantik berwarna emas berbentuk kupu-kupu. Putri memungut bros indah itu, lalu ia dikagetkan oleh sebuah suara yang merdu. Bros kupu-kupu itu khusus untuk yang mulia, sebagai tanda terimakasih kami. Sang putri ketakutan karna ia tidak menemukan asal suaranya. Di bawah sini yang mulia, kata suara itu lagi. Lalu putri pun menengok ke bawah, ia kaget, disana puluhan peri bersayap indah tengah membungkuk hormat ke arahnya. Peri..? katanyakaget. Kenapa kalian harus berterima kasih kepadaku? Dan bukankah peri tidak mau menampakkan wujudnya pada manusia..?.lalu salah seorang peri dengan sayap berwarna pink keemasan menjawab, kami hanya menampakkan diri pada manusia-manusia berhati bersih yang mencintai tumbuhan dan lingkungan, seperti anda yang mulia. Tapi bagaimana kalian tau? sang putri bertanya dengan kebingungan. Peri-peri itu tersenyum dan sedetik kemudian mereka berubah menjadi kupu-kupu aneka warna yang biasa bermain bersama sang putri. Sesungguhnya kupu-kupu itu adalah kami para peri yang mulia, jawab mereka saat berubah wujud kembali menjadi peri. Bunga-bunga yang mulia tanam, telah menjadi sumber madu yang merupakan sumber makanan kami, dan kami juga membantu mereka menebarkan serbuk sari untuk pertumbuhannya, kami, para peri kupu-kupu dan bunga tidak bisa dipisahkan, kami saling membutuhkan. Selama ada bunga, maka saat itulah kami akan selalu ada beterbangan dengan aneka warna menghiasi bumi. dan anda adalah manusia berhati tulus yang telah merawat kami. Sang putri tersenyum bahagia, lalu menangis terharu. kemudian sang putri berkata.Terimakasih peri kupu-kupu, aku akan selalu menjaga kalian dengan sepenuh hatiku.”

Aku mendekapkan kedua telapak tangan ke dada lalu menutup mata, membiarkan kesempatan beberapa detik di akhir cerita untuk murid-muridku meresapinya, mengambil pesan moral dengan pemikiran dan cara mereka sendiri. lalu..

prok prok prok....!! tepuk tangan memenuhi ruangan kelas. Aku tersenyum dan membuka mata. Wajah-wajah polos itu terlihat bahagia. Puas rasanya bisa membahagiakan mereka.

“aku juga ingin jadi putli yang baik hati ibu anabel” Neysa melompat dari tempat duduk lalu berputar-putar mengembangkan gaunnya.

“aku juga aku juga...!!” teman-temannya yang lain mengikuti.

“kalau aku.. aku jadi pangelan yang baik hati ibu..” Bima tersenyum berkacak pinggang.

“tapi gak ada pangelan di celitanya” Dena memprotes Bima “iya kan ibu...?”

“tapi kan aku kan laki-laki” Bima mengembungkan mulutnya kesal, sungguh menggemaskan sekali melihat tingkah mereka. Tapi aku harus segera menenangkan mereka karna kulihat Dena mulai mencubit pipi Bima.

“sudah ya sayang.. “ ku gendong dena lalu ku posisikan kembali di bangkunya. Kurapikan pita rambutnya. Kulihat Bima masih mengembungkan mulutnya. Kali ini terlihat cemburu. Kuhampiri dia.

“di dongeng tadi, memang tidak ada cerita tentang pangeran, tapi, bima tetap bisa jadi pangeran yang baik hati kok sayang, kalau bima juga bisa menjaga bunga2, tumbuhan, menjaga alam” ku usap-usap tubuhnya yang gendut. Ia tersenyum.

“dan yang terpenting adalah, seorang putri dan pangeran yang baik hati, tidak akan pernah berantem sama teman-temannya..” ku tatap satu persatu wajah mereka. “Mau kan..?”

“MAU IBUUUUUU...!” Serentak mereka menjawab.

“Nah, untuk dirumah, ibu tugaskan kalian untuk mengambar kupu-kupu, dikumpul besok pagi yah”

“BAIK IBUUUUU...!”

***

Siang ini di ruangan kelas aku tersenyum-senyum sendiri melihat hasil gambar mereka. Berbagai macam kupu-kupu aneka warna. Neysa mewarnai sayap kupu-kupu sewarna pelangi, Andien karna suka warna pink mewarnai semua kupu-kupunya warna pink, Bima lebih lucu lagi, dia memberi kupu-kupunya kacamata hitam besar. Ketika aku tanya mengapa kupu-kupunya pake kacamata dengan polos ia menjawab “Kupu-kupunya pengen gaya ibuuuu”.

Mereka mewarnai kupu-kupu sesuai dengan imajinasi mereka masing-masing. Kurapikan kertas-kertas gambar dan memasukannya ke lemari kelas. Saat tengah merapikan lemari, tiba-tiba aku dikejutkan oleh sebuah suara bening yang nyaring, Neysa.

“Ibu Ibuuu... Ibu Anabell...” ia melompat lompat dari balik meja mungilnya.

“iya sayang... ada apa..?” kuhampiri ia sembari merunduk.

“coba kalau kupu-kupu itu benelan ada ya ibu.. kaya di film balbi..pasti selu sekali.. bisa liat kupu-kupu telbang belwalna walni...”

Deg...! aku tersentak kaget... barusan.. Neysa mengatakan seandainya kupu-kupu itu benaran ada..? Neysa adalah salah satu muridku yang paling kritis. Apa jangan-jangan dia hanya menganggap kupu-kupu hanya ada di dongeng dan di film barbie..? bukan di dunia nyata?. aku tersadar.. mungkin aku telah melupakan detail kecil yang penting. Kuhela napas dalam-dalam. Kuusap wajah polos itu. matanya yang bening mengerjap-ngerjap penuh pengharapan. Aku bangkit, lalu berjalan ke depan kelas. Saatnya menjelaskan apa yang sempat tertinggal kemaren.

“Hmmm... anak-anak ibu yang cantik dan ganteng.. sebelumnya udah pernah liat kupu-kupu belum.. selain di gambar dan di film barbie?”

Wajah-wajah mungil itu menggeleng-geleng polos. Aku kembali menarik napas dalam, kali ini terasa sedikit sesak. Cukup mengagetkan memang, menyadari mereka tidak pernah bertemu dengan kupu-kupu. Tapi tentu saja. Mereka adalah anak-anak zaman sekarang yang lahir dan tumbuh di kota besar, dengan segala kemajuannya. Kemajuan yang semakin hari menyisakan semakin sedikit pengetahuan dan pengalaman tentang alam yang sesungguhnya. Miris rasanya menyadari mereka tidak pernah mengalami masa kecil yang pernah aku alami. Berkejaran menangkap kupu-kupu.. saat lahan untuk taman masih luas, saat pepohonan masih menghijau dan saat masih banyak bunga yang bermekaran.

***

Di atas angkot aku kembali memikirkan kejadian di sekolah. Aku harus melakukan sesuatu. Sebagai seorang guru aku merasa ini adalah tanggug jawab moralku, untuk mengajarkan mereka pengetahuan tentang alam sedini mungkin. Tapi aku tidak hanya ingin menghadirkan teori di depan kelas. Aku ingin murid-muridku..para malaikat kecilku merasakan kebahagian yang sesungguhnya, merasakan ikatan sesungguhnya dengan alam.

Seperti biasa, angkot terjebak kemacetan. Tapi kali ini tidak terlalu aku pedulikan karna aku sedang berpikir.. dan akhirnya.. ide itu pun muncul begitu saja.

***

“Semuanya siaaaap...??” Revan bertanya penuh semangat ke barisan murid-muridku yang sekarang berbaris rapi dengan ransel mungil warna warni mereka.

“Siap ooooommmm” mereka menjawab tak kalah semangat..

“Kalo gitu ayo naiiiik...” ia menunjuk penuh semngat ke arah bus sekolah yang parkir di halaman. Mang Jana, sopir bus sekolah melambai-lambai juga dengan semangat membara dari belakang kemudi”

“Ayooooo....” kaki-kaki mungil itu berlarian menuju bus.

“Hati-hatiii.....!” teriakku cemas dari balik pintu ruangan kepala sekolah.

“Tenang Ibu Anabel yang cantik.. ! ada om Revan yang ganteng yang siap jagain murid-muridnya” Revan mengacungkan dua jempolnya dari arah halaman. Ibu Vita sang kepala sekolah hanya tersenyum senyum pengertian saja melihat tingkah Revan tunanganku ini. Aku berpaling ke arah bu Vita untuk kembali mengucapkan ucapan terimaksih atas izin melakukan study tour bagi murid-muridku hari ini.

“Iya Anabel... sama-sama.. saya juga senang kamu kepikiran bikin kegiatan kaya gini.. saya juga percaya kamu dan Revan bisa jagain anak-anak” Ibu Vita menepuk-nepuk bahuku. Dan akupun menganguk penuh semangat.

***

Perjalanan 2,5 Jam sama sekali tidak terasa melelahkan dan sebentar lagi akan sampai dirumah Oma Ratna. Ya, study tour kali ini memang bertujuan kerumah oma Ratna, omanya Revan. Beliau memiliki perkebunan bunga. Daerah tempat tinggal Oma yang sejuk dan tidak terlalu jauh dari kota serta perkebunan bunganya yang luas merupakan paket sempurna untuk study tour ini.

Seperti yang dijanjikan, oma telah menunggu di kebun bunganya yang luas. Mang jana menghentikan bus. Aku berdiri..Kutatap wajah murid-muridku yang masih duduk manis menunggu instruksi ku. Susah payah aku menahan geli melihat kaki kaki mereka bergoyang-goyang tak sabaran ingin segera melompat turun. Sepanjang perjalanan tadi mereka memang tidak henti-hentinya menatap takjub kepemandangan di luar jendela. Apalagi sekarang bunga warna-warni di kebun oma begitu menggoda mata mereka.

“Nah, kita udah sampai...ayo turun anak-anak...” ucapku dengan senyum yang mengembang

“Horeeeeeee....” satu persatu mereka turun. di sambut oleh Revan. Lalu berlari-lari ke arah kebun bunga oma. Di sana oma Ratna telah menunggu dengan tangan terbuka dan keliatan sekali betapa ia bahagia menyambut tamu-tamu kecilnya.

“Selamat datang di kebun omaa... selamat menikmati bunga-bunga... daaan... selamat bermain dengan kupu-kupu indah di sana...” oma menunjuk ke arah kebun bunganya. Berbagai macam kupu-kupu beraneka warna beterbangan dengan indahnya....

“WAAAAAAAAAA” Mata mereka langsung kembali membulat takjub.....

“Kupu-kupu..... cantiiik.” ku dengar Neysa mendesah kagum...

Dan tanpa menunggu waktu lagi, mereka langsung berlarian di kebun bunga oma. Mengejar kupu-kupu di antara bunga-bunga. Kutatap mereka dengan penuh rasa bahagia dan haru yang membuncah. Akhirnya.. mereka bisa melihat kupu-kupu yang asli, bukan hanya sekedar dari gambar dan cerita dongeng.

“Mereka keliatan bahagia sekali..” Kata Revan yang sekarang berdiri di samping ku.

“iya... aku juga bahagia sekali. Aku ingin mereka merasakan pengalaman langsung dengan alam, agar mereka nantinya bisa menjadi generasi penerus yang bisa menghargai dan menjaga alam” mataku masih menatap malaikat-malaikat kecil itu berlarian ke sana kemari.

“kamu guru yang baik dan luar biasa...” Revan kali ini menatapku dalam

Aku berpaling ke arahnya..

“Dan kamu adalah tunangan yang sangat baik dan luar biasa.. terimakasih telahmembantu aku mewujudkan semua ini”

“Apapun untuk kamu.” ucapnya tulus.

***

Aku berdiri tertegun di depan sekolah, heran menatap bunga dalam pot-pot kecil berjejeran di teras sekolah. Murid-muridku tersenyum riang menungguku. Sebelum aku sempat bertanya, sebuah mobil berhenti di depan sekolah. Papa Neysa turun membukakan pintu untuk putrinya.

“Selamat pagi ibu anabel.. terimakasih untuk study tournya kemaren,, merupakan pengalaman yang sangat berarti untuk Neysa dan teman-temannya..saya jalan bu “ beliau menganguk sopan sembari berpamitan

“Iya pak.. sama-sama.. hati-hati pak” aku tersenyum sopan.

Lalu mataku beralih ke arah Neysa. Lebih tepatnya ke arah pangkuannya yang tengah memeluk sebuah bunga dalam pot kecil. Lalu ia menaruhnya dengan semangat di antara pot-pot bunga lain yang berjejeran.

“Ibuuuu... ” Neysa melambai ke arahku.. aku melangkah.. dan murid-muridku segera mengerumuni ku..

“hmmmm... coba ibu tebak.. bunga-bunga iniii.. kalian semua yang bawa ya sama kaya Neysa...??” aku sengaja menyipitkan mata dengan ekspresi menebak..

“Iyaaaa Ibuuuuuu....!” mereka berteriak serempak dan melompat-lompat.

“Kemalen abis pulang dali kebun bunga oma, kita minta mamah untuk beliin bunga ibuu.. buat sekolah kitaa.. bial sekolah kita cantik kaya kebun oma “ Pio menjelaskan dengan kalimatnya yang cadel padaku.

Rasa bahagia langsung membuncah dalam dadaku, jauh lebih bahagia dari pada kemaren. Sungguh aku tidak menyangka pengalaman kemaren benar-benar memberikan dampak yang berarti bagi mereka. Aaah... malaikat-malaikat kecilku, bocah-bocah mungil lucu yang tumbuh dan besar di kota. Yang sangat jarang sekali punya kesempatan menikmati alam, yang bahkan sebelumnya tidak pernah sama sekali melihat kupu-kupu, namun pada akhirnya bisa menyadari betapa pentingnya menjaga dan melestarikan alam. Sungguh suatu kebahagian tersendiri sebagai seorang guru melihat kesadaran dan semangat yang timbul dari dalam diri mereka saat ini.

“Ibu...” Neysa menarik-narik rok ku... menyadarkan lamunanku

“iya sayang.?”

Kutatap ia.. kubelai pipinya dengan penuh rasa sayang.. dan kemudian, dengan sorot mata yang tulus dan bersungguh-sungguh, kudengar suaranya yang bening berkata.

“Neysa dan temen-temen janji akan menjaga alam, kaya yang ibu ajalin... bial kita bisa liat kupu-kupu lagi ibu... banyaaaaak kupu-kupu.. kalo bisaa...sejuta kupu-kupu...”

-The End-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun