Oke, jadi saya harus mulai darimana ya, hmm menulis review (walaupun hanya abal-abal) sebuah mini seri memang tak semudah merangkum sebuah film yang habis dalam sekali tayang, tapi karena ini adalah mini seri favorit saya maka dengan segala daya dan upaya nggambleh tetap akan saya coba, semoga saja ada yang jadi tertarik untuk menontonnya, yach atau minimal saya sudah berhasil menyita sedikit waktu berharga anda untuk sejenak menengok tulisan tanpa manfaat ini, jadi yuk mari ngglundhung dulu …
***
Serial televisi garapan HBO ini pertama rilis tanggal 12 Januari 2014 dengan 8 episode dan durasi tayang 55 menit setiap serinya. Seri pamungkasnya sendiri sudah selesai 9 maret 2014 lalu, tapi entah kenapa saya masih saja terpesona dan terkadang menontonnya kembali, mungkin saja saya subyektif karena pemeran utamanya adalah salah satu idola saya, tapi setelah membaca sana sini ternyata serial ini memang memiliki banyak penggemar dan menerima banyak kritik positif, bahkan juga diganjar beberapa penghargaan bergengsi seperti Primetime Emmy Awards 2014. Tak hanya itu, bahkan situs rujukan saya menonton film IMDB pun memberi rating tinggi 9,3. Jadi memang film ini telah diakui sebagai sebuah miniseri terbaik.
Secara garis besar film True Detective berkisah tentang duet detektif hebat di kepolisian Lousiana yang berhasil memecahkan kasus pembunuhan misterius terhadap wanita dan anak-anak yang terjadi 17 tahun lalu. Duo maut itu adalah Rust Cohle (Matthew Mc Conaughey) dan Marty Hart (Woody Harrelson). Ada tiga plot waktu yang menghiasi film ini, pertama di tahun 1995 kemudian tahun 2012 dan beberapa cerita di tahun 2002. Ketiganya berkaitan erat dan menjadi tahun-tahun dimana terjadi peristiwa besar yang menjembatani rangkaian cerita secara keseluruhan. Bagi yang tidak menyukai alur flashback, mungkin saja film ini akan menyebabkan anda mati bosan sebelum selesai, tapi bagi penyuka misteri dan sedikit pemikir, maka saya jamin film yang naskahnya ditulis dengan amat sangat brilian oleh Nic Pizzolatto ini akan membuat anda lengket dengan kursi.
Dimulai dengan tahun 2012 saat Marty dan Rust sama-sama sudah pensiun dari kepolisian, keduanya diinterogasi oleh penyidik kepolisian di waktu dan tempat terpisah terkait dengan kasus yang mereka tangani 17 tahun silam. Adegan pun bergantian antara tahun 1995 dan 2012, bagaimana keduanya berkenalan dan mulai menangani kasus kematian misterius seorang perempuan bernama Dora Lange., kematian yang mereka yakini terkait dengan sebuah sekte sesat. Dari wawancara itu pula akhirnya terkuak bahwa ternyata Marty dan Rust tidak lagi menjadi partner dan bahkan tak saling tahu kabar masing-masing selama lebih dari 10 tahun.
Bagaimanapun Marty dan Rust adalah nyawa dalam serial ini ,tanpa mengesampingkan karakter lain tentunya. Marty digambarkan sebagai bapak berwajah ganteng dengan dua anak dan seorang istri cantik bernama Maggie (Michelle Monaghan), memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjaan, yach tipikal family man kebanyakan, namun sebagai manusia biasa ternyata Marty adalah hidung belang kronis yang sudah infausta, dan inilah yang menyebabkan kehidupan berkeluarganya menjadi berantakan. Sebaliknya Rust digambarkan sebagai sosok misterius, penyendiri , anti sosial dan segudang hal-hal ganjil yang melekat padanya, tapi bagaimanapu Rust itu seksi, iya seksi dan cerdas, apalagi kalau sudah ngomong, duh suaranya yang serak-serak jeblok dan pemilihan kalimat yang cenderung ngelantur, mbulet, sarkastis tapi selalu benar dan menohok membuat saya sering melongo dan kerap berpikir kalau sosok Rust itu benar-benar ada, sehingga tak berlebihan rasanya kalau saya menahbiskan Mc Conaughey sebagai salah satu actor bertalenta luar biasa yang dimiliki Hollywood saat ini. Tapi sehebat-hebatnya, tak akan ada Rust tanpa Marty, Woody Harrelson juga memberikan kualitas akting yang mumpuni dalam menghidupkan tokoh Marty. Kedua tokoh utama ini memiliki chemistry luar biasa.
***
Dua episode awal miniseri ini mungkin adalah sebuah siksaan atau kalau boleh saya sebut ujian, karena cerita berjalan dengan sangat lambat, pokoknya slow motion pakai bingit padahal sebenarnya disitu banyak kunci-kunci tersembunyi untuk membuka teka-teki. Barulah di episode selanjutnya tensi ketegangan mulai terasa, apalagi di episode 4 yang saya beri dua jempol karena the best banget pokoknya. Adegan dimana Rust harus bertaruh nyawa dengan menyamar kembali seperti dimasa lalu dan masuk dalam gerombolan gang motor pengedar narkoba, arrghh bikin sesak napas. Tapi tetap saja semua episode adalah layak tonton, meski True Detective adalah mini seri tapi bagi saya ini seperti sebuah film utuh berdurasi 8 jam. Episode per episode tak terasa seperti penggalan cerita yang terpaksa, semua natural dan berjalan wajar apa adanya.
Tentu saja tak seperti sinetron ala Indonesia dimana karakter hanya ada dua yaitu hitam dan putih dengan segala atribut yang jelas membagi sisi jahat dan baik, dalam True Detective hal itu jelas tak akan kita temui, semua tokoh mempunyai masalah dan rahasianya sendiri, semua tokoh memiliki sisi baik dan sintingnya masing-masing dalam menjalani hidup. Tak hanya aksi seru detektif yang bisa kita simak, tapi juga drama kehidupan Marty dan keluarganya, bagaimana hubungan Marty dan anak perempuannya Audrey menjadi renggang, mengapa Maggie begitu tega membalas perlakuan Marty, mengapa Rust bisa menjadi pribadi yang anti sosial, mengapa Rust dan Marty menjadi tidak berteman lagi, mengapa akhirnya mereka memutuskan untuk menyelesaikan kasus yang sudah mereka pecahkan sendiri, ahh semua hanya bisa terjawab dengan menontonnya sendiri.
***
Kembali lagi ke masa kini, dari duo detektif Papania (Torry Kittles) dan Gilbough (Michael Potts) Yang menginterogasi Rust dan Marty akhirnya diketahui bahwa di masa kini (tahun 2012) terjadi kasus pembunuhan dengan ciri-ciri serupa seperti tahun 1995, padahal pelaku pembunuhan yaitu Reggie Ledoux sudah mati ditangan Marty. Polisi akhirnya mendapat kesimpulan bahwa pelaku pembunuh sebenarnya 17 tahun yang lampau belum benar-benar tertangkap, bahkan jejak yang ditemukan justru mengarah pada Rust, benarkah semua tuduhan itu dan bagaimana cara Rust membuktikan dirinya tidak bersalah, bagaimana cara Rust meyakinkan Marty bahwa dia tidak bersalah seperti yang dituduhkan, semua akan terjawab di dua episode terakhir.
Satu yang pasti, kalau anda mengharap adegan dar der dor dengan korban mayat-mayat bergelimpangan berlumuran darah dimana-mana, hal ini tidak akan ditemukan disini. Kengerian itu justru tergambar dari sikap tokoh-tokoh yang ada di dalamnya dan cara mereka bercerita tentang ancaman, terror psikologis dan propaganda penyesatan pikiran. Oh ya masih ada tingkah Rust yang bikin saya semakin sesak napas disini, bagaimana tidak, sepanjang 8 episode, sepertinya hampir 90% adegan yang dilakoni Rust tak pernah memisahkannya dengan rokok, sampai serial berakhir total rokok yang dihisap Rust adalah 49 Batang dan 8 kaleng bir.
***
Dan semua teka-teki panjang akhirnya terjawab di akhir episode, bagi penyuka twist-twist seru meski siap-siap  gigit sosis, karena memang True Detective bukanlah film dengan teori-teori njlimet  penuh konspirasi dan labirin-labirin rumit seperti jamak ditemui di genre film seperti ini. Namun begitu dengan ending story yang sebenarnya sudah kita ketahui dari awal, malah justru menjadi nilai lebih film ini. Kisah yang sederhana tentang gelap dan terang , sesuatu yang kita alami sendiri, cerita yang berulang kali kita dengar namun justru  terhalang begitu saja. Bukankah terkadang kita sengaja membuat sesuatu yang sederhana menjadi begitu kompleks hanya demi menunjukkan bahwa kita pribadi yang cerdas? Heuheuheuhe Jadi siapa pembunuh sebenarnya? Dengan kondisi yang tidak seperti 17 tahun lampau bagaimana duet maut ini beraksi kembali, akankah kematian menjemput keduanya di akhir cerita, monggo dipirsani sendiri.
Satu yang pasti, di sekuel selanjutnya True Detective season 2 yang akan segera tayang, Rust dan Marty tak akan muncul lagi, Cary Fukunaga sang sutradara di seluruh episode season 1 juga tidak akan balik lagi jadi director di season selanjutnya, kabarnya Fukunaga hanya mengambil porsi sebagai produser saja. Hmm semoga saja season 2 akan berjalan tak kalah apiknya dengan musim sebelumnya, sinematografi indah dengan gambar-gambar indah, gelap tapi syahdu, tragis tapi artistik juga soundtrack yang benar-benar pas. Keputusan para artis seperti Mc Conaughey yang tak akan ambil bagian lagi walau dengan peran yang berbeda patut mendapat apresiasi tersendiri, biarkanlah Rust berakhir dengan megah dan wah, biarkan Marty tetap menjadi kenangan tersendiri di hati.
***
Fiuh , ternyata saya sudah nggambleh sepanjang rangkain gerbong kereta barang pengangkut pupuk, sudah saatnya semua saya sudahi. Saya pasti akan sangat merindukan Rust dan Marty walaupun sepertinya tak mungkin terjadi, dialog-dialog mereka yang absurd , terkesan ngelantur tapi mengena, kalimat-kalimat panjang Rust yang bikin dahi mengernyit, huft. Tapi ya sudahlah, bagi saya True Detective menjadi salah satu cerita favorit dan terbaik yang pernah ada. Masih ragu? Coba tonton saja deh hahaha.
Walaupun semua yang saya tulis adalah positif, tetap saja True Detective tidak akan saya izinkan untuk anak dibawah umur. Bagaimanapun film ini adalah R rated, khusus dewasa, jadi sebaik apapun tayangan ini jangan sampai dikonsumsi oleh putra putri anda yang memang belum berhak melihatnya. Memilihkan tontonan bermutu, berkualitas namun tetap sesuai batasan umur adalah bentuk sederhana sebuah tanggung jawab dan kasih sayang orang tua terhadap buah hatinya.
***
It’s just one story….time is flat circle….Death created time to grow the things that it would kill …arrgghhh gak jelas banget kan, ngglundhung dulu bareng Rust ahh wkwkwkw
sumber gambar : www.imdb.com , www.io9.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H